Kamis, 29 Maret 2012

Foto2 Aksi Penolakan Kenaikan BBM

Foto Aksi Demo Penolakan Harga BBM - Ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa di depan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, dipukul mundur oleh ratusan Brimob dengan gas air mata dan tembakan peluru karet. Para mahasiswa yang terpukul mundur bergerak ke arah Penjambon menuju TIM dan Salemba melewati kawasan Senen.

Ketika berada di Simpang Lima Senen, sejumlah mahasiswa dari massa pengunjuk rasa yang tidak mengenakan jaket almamater merusak Pos Polisi. Mereka menimpuki Pos Polisi dengan batu dan botol. Akibatnya seluruh kaca jendela dan pintu Pospol tersebut pecah.

Tak hanya itu, dua unit motor dan satu unit mobil Toyota Kijang milik Satlantas Jakarta Pusat tak luput menjadi sasaran amuk massa. "Mobilnya penyok-penyok. Semua kacanya juga pecah," kata Kepala Urusan Bina Operasi Jakarta Pusat, AKP Yusuf Supriyanto di Jakarta, Selasa 27 Maret 2012 malam.

Mahasiswa yang sebelumnya akan berunjuk rasa di kawasan Monas, tertahan di depan Stasiun Gambir. Mereka pun merusak sejumlah fasilitas umum. Polisi menyatakan bentrok yang terjadi disebabkan olah mahasiswa yang terlebih dulu melakukan provakasi dengan melempar bom molotov ke arah anggota Polisi. Sebanyak 35 demonstran ditangkap

Demo besar-besaran menentang kenaikan harga BBM terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia sejak Selasa (27/3). Hari ini, beberapa aksi masih berlangsung terutama di Makassar yang mengakibatkan bentrok antara polisi dan mahasiswa. Sejumlah warga yang tidak diketahui asalnya juga ikut bentrok dengan mahasiswa. Mereka saling lempar batu dan kejar satu sama lain. Bagaimanakah gambar aksi demo yang diklaim untuk memperjuangkan nasib rakyat itu? Simak foto-foto aksi demo di 2 kota besar di Indonesia yang dihimpun dari berbagai sumber berikut ini:
Okay Langsung Simak foto-foto aksi demo di 2 kota besar di Indonesia yang dihimpun dari berbagai sumber berikut ini:

Foto di Makassar:
http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/03/5.foto+demo+bbm+versi+media+asing-police-on-bikes_2178563k4.jpg

http://cdn-u.kaskus.us/71/tuoyte0k.jpg

http://cdn-u.kaskus.us/71/6joltprb.jpg


Foto di Jakarta:
http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/03/p.jpg

http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/03/p-2.jpg

http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/03/6365624.jpg

Rabu, 28 Maret 2012

Membuat Studio Rekaman Sendiri


Ada suatu sindiran perihal kualitas Musik Digital yang dibuat di rumah berbeda dengan yang diproduksi oleh studio-studio khusus rekaman-mixing-mastering. Siapa bilang begitu ? Di era digital saat ini tidak ada yang tidak bisa dikerjakan di rumah (ruangan sempit sekalipun), dan dari sisi kualitas tidak kalah dengan produk studio-studio yang khusus untuk itu. Software rekaman, plugins, software-mixing maupun mastering mudah didapatkan dan telah dijual di mana-mana (termasuk software-software bajakan mudah di dapat). Satu hal yang paling penting adalah kemampuan kita (skill) serta kemauan kita untuk selalu belajar meningkatkan tehnik individu kita sendiri. Banyak tutorial-tutorial yang bisa kita dapatkan, mulai dari bentuk pdf-file, video-tutorial sampai dengan e-book. Tinggal kita, mau berusaha atau tidak.
Dan kembali kepada masalah kualitas produksi dari pada musik digital (produk rumahan) adalah sepenuhnya bergantung kepada "si operator" nya sendiri, bukan kepada kualitas alat yang dimiliki. Untuk hal ini ada pepatah asing 'THE MAN BEHIND THE GUN'. 

Kembali ke masalah berkarya dalam ruang sempit, 

Selama ini dunia recording alias rekaman memang identik dengan kemewahan, peralatan canggih dan modal banyak menjadi persyaratan mutlak untuk membangun sebuah studio dengan kemampuan bagus agar dapat bersaing di pasaran. Belum lagi, proses perawatan piranti-piranti tersebut yang membutuhkan biaya dalam jumlah yang tidak sedikit. Tidak  mengherankan bilamana banyak orang menjadi enggan berkecimpung di dunia ini. Tentunya hal ini berkaitan dengan masalah investasi.
 
Tapi sekarang, seiring dengan berkembangnya teknologi digital, anggapan bahwa ‘recording hanya milik orang berduit telah terpatahkan. Dengan modal yang relatif kecil, kita juga bisa memaksimalkan karya kita. Demikian halnya dengan studio, bukan lagi mutlak berupa sebuah ruangan berdinding kedap suara, dipenuhi peralatan band komplit, dan setumpukan rak-rak berisi alat-alat super canggih dengan ratusan bahkan ribuan kenop dan gulungan-gulungan kabel yang rumit. Yah, sekarang ruangan sempit –bahkan- kamar tidur kita pun dapat menjadi sebuah studio pribadi!
Semua kemudahan ini berawal dari ditemukannya teknologi MIDI (Music Instrument Digital Interface) pada tahun 1981 oleh Dave Smith. MIDI merupakan sebuah perangkat digital untuk pertukaran data musik. Dengan adanya teknologi MIDI ini, instrumen elektrik/digital bisa saling bertukar data. Dengan kata lain, kita dapat memainkan berbagai instrumen (alat musik) dengan tanpa harus memiliki peralatan (instrument) tersebut. Berangkat dari teknologi MIDI tersebut, proses rekaman sebuah band tidak lagi mutlak harus menggunakan alat-alat musik ‘nyata’. Drum, gitar, efek gitar, bahkan orkestra pun bisa digantikan oleh MIDI.

 Nah, selain MIDI, perkembangan software pun juga turut mempengaruhi kemudahan piranti-piranti studio. Tumpukan rak-rak efek atau mixer yang biasa dijumpai dalam studio-studio dapat tergantikan oleh perangkat lunak yang tersimpan dalam sebuah PC atau laptop saja!  Dengan demikian studio 'mahal' kita hanya berupa sebuah PC atau laptop saja. Mantap kan ?

Sekalipun perkembangan teknologi sudah sangat membantu meminimalkan modal yang akan kita keluarkan untuk melakukan rekaman, tentu saja ada beberapa alat-alat wajib yang harus kita miliki. Berikut adalah beberapa DAW (Digital Audio Workstation) yang wajib ada dalam sebuahhome studio:

 
 1. PC/ Laptop
Ini adalah syarat mutlak untuk ‘bermain-main’ dengan home recording. Karena dapat dikatakan bahwa sumber teknologi, efek-efek, jenis suara, dan pengerjaan recording, mixing sampai dengan mastering, semuanya tersimpan dalam piranti ini. Operating System (OS) yang digunakan bisa antara Macintosh atau Windows Operating. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Macintosh dinilai sebagi OS yang paling ideal dalam stabilitas audionya, namun kekurangannya adalah kesulitan dalam mencari software-software tambahan yang compatible (sesuai). Satu lagi, OS Macintosh juga tidak mungkin terjangkit virus-virus yang dapat membahayakan keselamatan data-data Anda. Sedangkan Windows Operating,  lebih umum dan mudah untuk mendapatkan software-software untuk recording, mixing ataupun mastering, sekalipun sebenarnya rawan virus dan tidak memiliki stabilitas audio sebagus Mac. Untuk memory, idealnya 2 GB yang paling aman dan sesuai dengan berbagai software recording.


  2. Software Recording
Saat ini, software recording yang cukup umum di kalangan masyarakat luas adalah  Steinberg-Cubase, Steinberg-Nuendo, dan juga Pro tools. Sedikit catatan, software-software tersebut harganya cenderung ‘tidak terjangkau’, karena itu banyak juga yang menggunakan versi bajakannya. Versi bajakan memang cenderung bermasalah (sering error), tapi masih cukup ‘layak’ digunakan, mengingat perbandingan harganya dengan versi original yang bisa mencapai seratus kali lipatnya. (Bayangkan, Nuendo bajakan harganya sekitar seratus ribu rupiah, sedangkan versi asli bisa mencapai lima belas juta rupiah). Pemilihan antara Pro Tools maupun Nuendo juga tergantung selera. Pro Tools dikenal terbagus dalam kualitastake audio, sedangkan Cubase maupun Nuendo lebih dikenal ideal dalam proses mixing.
Sedangkan untuk proses mastering, kita dapat menggunkan software-software semacam Steinberg-WaveLab yang lebih kompatibel dengan plugins-plugins tambahan, sehingga produk yang kita hasilkan akan mampun bersaing. 


 3. Converter / Soundcard
Umumnya, setiap PC/ Laptop pasti sudah dilengkapi dengan soundcard internal. Sebenarnya soundcard bawaan tersebut sudah dapat digunakan, namun masih kurang ideal, karena akan banyak menjumpai latency (keterlambatan), disamping itu kualitas record-nya pun tidak begitu menjamin. Karena itulah diperlukan soundcard eksternal atau yang biasa disebut converter oleh para pelaku digital recordingMerk dan jenis converter yang dipilih bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan budget. Jika keperluannya hanya untuk bermain MIDI, converter dengan dua output juga sudah cukup. Merk yang biasa ditemui adalah EMU (Creative), Presonus Audiobox, Presonus Inspire, M-Audio. Converter-converter ini ada yang terhubung menggunakan port USB, PCI maupun fire wire. Tips untuk pemilihan sound-card ini adalah usahakan mencari sound-card yang memiliki spesifikasi 24 bit/48 KHz, karena dengan menggunakan spesifikasi yang demikian ini keseluruhan frekwensi yang mampu didengar oleh telinga kita (20 Hz - 20 KHz) dapat terakomodir dengan baik.

  
4. MIDI Controller
MIDI Controller yang sering dijumpai adalah keyboard. Karena itu, bagi para pelaku musik digital, khususnya yang suka bermain MIDI, paling tidak harus menguasai instrumen keyboard (sekalipun dia adalah seorang gitaris atau bahkan drummer). Fungsi MIDI Controller murni hanya sebagai alat untuk pertukaran data (sepertikeyboard pada komputer yang digunakan untuk mengetik). Merk untuk MIDI Controller yang biasa dijumpai adalah M-Audio dengan type Keyrig, Oxygen, maupun Axiom. Range tutsnya juga bervariasi mulai dari 25, 49, 61, hingga 88 keys.


5. Headphone
Headphone di sini berfungsi untuk memonitor hasil recording kita. Sangat berguna misalnya saat kita ingin take vokal, sambil mendengarkan panduan pola musik yang sudah kita aransemen. Dengan menggunakan headphone, musik akan terdengar lebih fokus. Harga headphone juga bervariasi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Philip SHP-250 merupakan pilihan yang cukup oke dengan harga yang juga cukup terjangkau.

 
6. Monitor Speaker
Fungsi Monitor Speaker juga mirip dengan headphone, untuk memonitor hasil recording kita. Hanya saja, fungsi dari monitor speaker ini cenderung lebih optimal untuk proses mixing, di mana kepekaan hasil suara yang keluar dari kiri dan kanan (panning), sangatlah diperlukan. Untuk monitor speaker ini carilah yang memiliki karakter 'flat' speaker-monitor. Ada beberapa merk terkenal semacam Behringer, M-Audio, Yamaha, KRK dan lain-lain.



 
7. Microphone
Microphone merupakan piranti penting khususnya untuk take audio, semacam vokal (penyanyi), maupun instrumen akustik non elektrik, seperti gitar, biola, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, ada dua jenis microphone yang paling dikenal, yaitu Dynamic dan Condenser. Mic Dynamic, yang lebih terjangkau harganya, memiliki sensitivitas lebih rendah dibanding dengan Mic Condenser. Karena itu, jika take audio dilakukan di ruang dengan akustik minimalis seperti di kamar, Dynamic Microphone sudah cukup. Samson, Shure dan AKG merupakan beberapa merk yang cukup ideal untuk Microphone. Disarankan untuk take vokal hendaknya menggunakan condenser microphone agar semua detil-detil suara si penyanyi dapat di record dengan maksimal.

 

8. VST (Virtual Studio Technology)
VST ini merupakan instrumen virtual untuk digital musik, yang dapat diartikan sebagai  sumber yang menghasilkan suara-suara berbagai jenis alat musik mulai dari gitar, efek gitar, drum, biola, keyboard, dan masih banyak lagi. Contohnya Real-guitar (untuk gitar akustik),  Virtual Elektrik Gitar (untuk gitar elektrik), Toontrack EZ Drummer (untuk drum), Trilogy  (untuk bass gitar), Sample-Tank (untuk piano, keyboard dan lain-lain), Edirol Vsti (untuk string atau orkestra) dan lain-lain. Jadi, semakin banyak perbendaharaan VST yang Anda miliki, semakin kaya jenis suara alat musik yang dapat Anda ‘mainkan.’

 
9. Virtual Plugins
Virtual plugins ini adalah software pembantu yang salah satunya mampu untuk memperbaiki hasil permainan midi kita agar memiliki kualitas suara analog, disamping itu plugins-plugins ini dibutuhkan dalam melakukan proses mixing ataupun mastering. Contohnya adalah PSP Vintage-warmer, AMT (analog mastering tools), BX Digital, BBE Sonic Maximiser dan lain sebagainya. Terus terang, plugins-plugins ini sangat membantu meningkatkan kualitas produk musik digital yang kita mainkan.


Read more: http://dolananmusik.blogspot.com/2011/02/berkarya-dalam-ruangan-sempit.html#ixzz1qP45WagZ

Selasa, 27 Maret 2012

Solar Ark | Bangunan "Monumen Tabut Surya" Berdesain Unik

The Ark Surya adalah salah satu bangunan surya yang paling terkenal di dunia. Ini adalah sebuah bahtera berbentuk panel surya fotovoltaik sebagai fasilitas pembangkit listrik yang menawarkan kegiatan untuk menumbuhkan apresiasi yang lebih baik dari generasi tenaga surya. The Ark Surya dibangun oleh sebuah perusahaan elektronik besar bernama Sanyo Electric Co pengembangannya adalah disengaja antara lain.  Pada awalnya, Sanyo Electric telah dimaksudkan untuk menciptakan sistem fotovoltaik terbesar di dunia, dengan output 3,4 Megawatt, untuk menandai organisasi ke-50 ulang tahun.
 
Pada tahun 1998, desainer sudah lebih dulu dalam diskusi tentang penampilan Tabut Solar. Sanyo telah merencanakan untuk menggunakan teknologi terdepan surya tersedia bagi mereka pada saat itu, menggunakan kombinasi kristal silikon dan film tipis silikon amorf dengan efisiensi 14-15%. Namun selama perencanaan awal, Sanyo harus mengingat sel monocrystalline beberapa, yang merupakan pendahulu dari teknologi hibrida disebutkan sebelumnya, karena produksi tidak mencukupi.

Sanyo Electric Co tetap memutuskan untuk melanjutkan pembangunan Surya Ark, namun, tidak menggunakan teknologi sebelumnya direncanakan, Sanyo sebagai gantinya, menggantinya dengan sel monocrystalline. Sanyo mengatakan "Kami telah melakukan ini untuk menunjukkan penyesalan yang tulus kami bahwa masalah ini telah terjadi dan untuk mengekspresikan kemauan dan tekad untuk kedua mengingat apa yang terjadi dan betapa pentingnya untuk menjaga kualitas." Konstruksi bangunan ini selesai pada Desember 2001.

Desain bahtera Surya terinspirasi oleh visi sebuah bahtera memulai perjalanan ke abad ke-21. Ide ini menyebabkan ukuran Tabut Solar dan bentuk simbolis keseluruhan menjadi contoh dalam memproduksi sebuah energi bersih. Secara total, luas bangunan untuk Tabut Solar adalah 3294,48 m2 beton bertulang digunakan untuk dasar konstruksi. Dari salah satu ujung bahtera ke yang lain, total panjang dari bahtera surya adalah 315 meter. Sedangkan ukuran Bahtera adalah 31,6 meter dari pusat struktur. 




Ada 5.046 panel surya secara total, yang terpasang pada tabut surya. Dua belas kristal tunggal silikon modul sel surya per unit berkumpul di tanah, dan 470 unit yang diangkat dan melekat pada tubuh utama dari Ark Surya
Berat badan sebenarnya dari bahtera (pilar yang dikecualikan) adalah 3.000 metrik ton dan dibangun dari baja struktural, yaitu sekitar dua kali lebih kuat dari baja normal dan relatif tipis untuk baja. bahan konstruksi ini membantu memberikan kesan tabut surya yang tergantung di udara. Setiap kolom adalah 2 meter dan diameter 31 meter dan adalah bahtera surya adalah 315 meter.

The Solar seluruh Ark chassis didukung oleh empat "G-Kolom" yang merupakan pilar yang dibangun khusus oleh Kubota secara total, mempunyai pilar beratnya sekitar 5.000 ton. berkualitas tinggi dan homogen, dibanun dengan metode mulus konstruksi yang memanfaatkan gaya sentrifugal. Karena kokoh bahan Surya bahtera bangunan, kapal itu masih mampu menahan angin berkecepatan 34 meter / detik dan tingkat 7 gempa bumi pada skala Jepang.

Tabut ini dikelilingi oleh 5 meter air mancur yang tinggi dan dua kolam, masing-masing kaskade mereka sendiri. Pintu masuk ke bahtera surya memiliki sayap surya yang terdiri dari sel surya HIT yang menghasilkan listrik di geladak dan dibawah, sementara juga berfungsi sebagai tirai yang memungkinkan menyaring sinar matahari . Antara individu panel surya , secara total, 75, 000 komputer dibagi dalam warna merah, hijau dan biru dikontrol LED yang diaktifkan pada malam hari untuk menghasilkan gambar dan data akurat dalam bangunan.







Senin, 26 Maret 2012

Membedah Pembuatan Musik Digital (dari analog)


Pembuatan musik digital dari proses analog-recording (rekaman secara analog) bisa dikatakan gampang-gampang susah, tergantung kita mau belajar, menggali ilmu dan sabar atau tidak. Pertama-tama tidak perlu kita membayangkan bagaimana jadinya lagu/instrumen kita setelah diproses secara digital ??? Enak apa nggak ya ???
Berikut ini akan coba saya uraikan proses dan prosedur pembuatan musik-digital (dari analog) tersebut berdasarkan pengalaman yang saya alami tentunya.
Begini ceritanya, pertama-tama kita lakukan proses recording (rekaman) instrumen/alat-alat musik satu persatu, mulai dari drum, bass, gitar, piano dan organ. Kenapa memakai contoh seperti itu ? Kebetulan sesuai dengan contoh lagu/musik yang bisa di don-lot di bawah ini.
Untuk proses record drum kita menggunakan 9 track mono, masing-masing untuk track hats, ride-cymbal, amb.drum, oh_ride, snare-top, snare bottom, tom-01, tom-02 (floor tom), dan kick-drum.

Perhatikan gambar di atas, track yang berwarna hijau adalah 9 track mono untuk drum, dan setelah kita lakukan proses mixing awal maka suara record drum tersebut adalah seperti ini.
Tahap berikutnya adalah melakukan recording suara gitar dengan menggunakan 2 track mono (perhatikan track warna kuning pada gambar di atas), setelah kita lakukan tracking dan mixing awal suaranya menjadi seperti ini.
Tahap berikutnya adalah recording bass (perhatikan track warna orange tua pada gambar di atas), yang dalam hal ini kita lakukan dengan menggunakan 1 track mono, dan setelah kita tracking serta mixing awal maka suaranya menjadi seperti ini.
Tahap berikutnya adalah recording piano (perhatikan track warna biru-muda pada gambar di atas), yang kita lakukan dengan mempergunakan 2 track mono, dan setelah tracking seta mixing awal, suaranya menjadi seperti ini.
Tahap terakhir adalah recording organ (perhatikan track warna orange muda pada gambar di atas), yang mana untuk suara organ inipun kita menggunakan 2 track mono, dan setelah di tracking serta mixing awal, suaranya menjadi seperti ini.
Catatan penting, bahwa keseluruhan audio dari instrument-instrument tersebut diatas di simpan dalam bentuk file wav, 24 bit, 48000Hz
Keseluruhan instrument tersebut di atas bila diperdengarkan hasilnya seperti ini, sebelum mengalami proses mixing, tuning, dan balancing.

Proses selanjutnya adalah proses mixing, yang dalam hal ini kita lakukan secara satu-persatu mulai dengan instrument  :

Drum,  tujuannya adalah untuk memperhalus suara ride-cymbals, cymbals dan hats, serta membalancing semua part mulai dari snare-drum sampai dengan kick-drum, dan juga menambah punch kick-drum. Cara yang kita lakukan adalah dengan menambahkan plugin-plugin pada track drum ini. Adapun plugin yang kita pergunakan adalah Analog Compresor CP-2S (by Nomad), EQ Studiochannel SC-226 (by Nomad) dan terakhir menggunakan BlueVerb (by Nomad). Semuanya dapat dilihat pada gambar di samping kanan ini.

Bass, tujuannya adalah untuk menambah gain pada bass gitar agar seimbang dengan kick-drum, serta menambah punch-bass. Untuk itu kita mempergunakan plugin Analog Compressor CP-2S (by Nomad) yang dalam hal ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki karakter tube (tabung). Semuanya dapat dilihat pada gambar di samping kanan ini.



Elektrik Gitar, tujuannya adalah untuk memberikan efek flanger, delay, phaser dan sedikit wah-wah agar suara gitar tidak kering-kerontang. Dalam hal ini kita mempergunakan plugin EQ Studiochannel SC-226 (by Nomad) yang telah berkarakter tabung ditambah dengan Steinberg VG Eletric FX. Kesemuanya dapat dilihat pada gambar di samping kanan ini.


Piano, dengan tujuan untuk memberikan nusansa stereo yang lebar, tajam, serta tebal tetapi tidak terlalu menghentak, agar tidak bertabrakan dengan suara bass, drum maupun gitar. Untuk itu kita mempergunakan plugin EQ Studiochannel SC-226 (by Nomad) sebagai yang telah dipergunakan di atas dan berkarakter tabung ditambah dengan Blueverb-DRV 2080 (by Nomad) untuk memberikan efek ruangnya. Gambarnya dapat diperhatikan di samping kanan ini.


Organ, dengan tujuan sama yaitu memberikan efek stereo yang lebar, namun tidak terlalu tajam, tebal namun tidak menghentak, sehingga tidak menutup instrument-instrument yang lainnya. Untuk itu kita pergunakan plugin BT Compressor FA-770 (by Nomad) yang juga berkarakter tabung ditambah dengan Blueverb-DRV 2080 (by Nomad). Gambarnya, dapat dilihat di samping kanan ini.



Proses selanjutnya adalah proses mixing (pre-mastering), yang dalam hal ini bertujuan untuk membanlancing keseluruhan instrument, agar masing-masing dapat terdengar jernih tanpa menutup satu sama lain. Disamping itu proses ini juga bertujuan untuk membuat audio/musik kita lebih warm, clean dan tidak tenggelam (mendhem).Dan untuk kepentingan ini maka di bagian stereo-out kita pasang plugin PSP Vintagewarmer-2 dan EMI TG-12412. Dan hasilnya dapat kita dengarkan seperti ini. Suaranya telah balance, efek stereonya telah jelas, dan terasa visualisasi sumbu X,Y dan Z telah terreproduksi dengan baik. Tetapi satu hal yang menjadi kendala yaitu suaranya masih lemah atau kurang keras. Untuk itu diperlukan suatu proses akhir yang terkenal dengan sebutan proses mastering.

Akhirnya, sampai juga kita pada proses akhir pembuatan musik-digital (dari analog) ini. Setelah proses recording, tracking dan mixing kita lalui, maka sampailah kita pada tahap akhir, yaitu proses mastering. Untuk proses mastering itu sendiri, kita mempergunakan software Steinberg Wave-Lab5 dan pada bagian effects-nya kita masukkan plugin-plugin resampler 192 kHz, brainworx BX-Solo, Vst Dynamics, TLS Pocket Limiter, PSP Vintagemeter, EMI TG-12413 Limiter dan terakhir Steinberg Magneto 1-5. Gambar bisa dilihat di samping kanan, dan hasil akhirnya adalah seperti ini HIDUP HANYA SATU KALI SAJA 

Nah, sekarang kita tinggal menjalankan proses take-vocal atau record-vocal atau merekam suara penyanyinya. Selesai sudah proses kita, dan untuk proses take-vocalnya akan diuraikan pada tulisan mendatang. Sekedar tambahan bahwa proses tracking, mixing maupun mastering ini kita menggunakan sound-card M-Audio fast-track MKII (usb).
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian.


Read more: http://dolananmusik.blogspot.com/2011/02/membedah-proses-pembuatan-musik-digital.html#ixzz1qHfh9afX

Mastering Audio


Mastering audio, suatu bentuk audio pasca produksi, adalah merupakan suatu proses penyusunan dan atau transfer audio (yang direkam dalam suatu perangkat penyimpanan audio dan berisi hasil fix-mixing audio) ke dalam suatu perangkat penyimpanan data (file), hasil mastering audio inilah yang nantinya merupakan bahan dasar untuk sebuah produksi audio(audio production). Adapun proses mastering audio ini biasanya merupakan kombinasi dari beberapa proses semacam compressing, limiting, duplication dan levelling. Dewasa ini -seiring dengan kemajuan tehnologi- format mastering audio lebih cenderung mempergunakan format digital-mastering, walaupun beberapa kalangan masih tetap mempertahankan format analog-mastering.


Dalam rangka membuat proses determinasi, maka dalam suatu proses mastering sangat membutuhkan suatu 'pendengaran' yang kritis dan tidak akan dapat tercapai tanpa adanya seorang Mastering Engineer. Meskipun terdapat berbagai macam software mastering yang dapat membantu kita dalam menyelesaikan proses mastering itu sendiri, tetapi hasil akhirnya masih bergantung kepada kualitas monitor-speaker. Disamping itu seorang mastering engineer wajib melakukan proses pemerataan, perbaikan dinamisasi audio dan lain-lain, agar hasil daripada proses mastering audio ini dapat diperdengarkan di berbagai sistem pemutar audio dengan baik (dengan kata lain dapat didengar secara baik di berbagai macam alat pemutar audio).

Teknologi Digital
Sejak sekitar tahun 1990-an, segala proses elektro mekanis, sebagian besar telah digantikan dengan proses tehnologi-digital, mulai dari proses recording secara digital yang tersimpan dalam bentuk HDD atau Digital Tape dan dipindahkan ke dalam Cakram Digital (CD). Proses digital audio workstation (DAW) menjadi suatu hal yang umum dalam proses mastering, karena memungkinkan untuk memanipulasi line-off audio yang direkam dalam suatu graphical user interface (GUI). 
Meskipun proses digital-mastering ini telah banyak digunakan, namun pada kenyataannya proses analog -mastering (dengan mempergunakan alat-alat analog) pun masih tetap dipertahankan dalam rangka menyelesaikan proses mastering audio ini. Masih sering pula terjadi perdebatan mengenai kelebihan dan kekurang proses digital-mastering ini, utamanya diperbandingkan dengan hasil proses analog-mastering. Perdebatan ini biasanya berkisar pada proses pengolahan sinyal audio (pengolahan sinyal analog versus pengolahan sinyal digital). Namun perdebatan ini tidak menampik proses digital dalam rangka penyimpanan audio hasil mastering.
Di dalam proses mastering ini tidak mengenal apa yang disebut dengan "optimum mix level for mastering", meskipun demikian para mastering-engineer sepakat bahwa -3 dB sampai -6 dB headroom (pada saat mixing audio) adalah merupakan syarat mutlak untuk dapat menghasilkan mastering-audio yang baik, sehingga pada akhir proses mastering dapat menghasilkan rata-rata level antara -12 dBFS sampai -10 dBFS pada sisi kiri dan atau kanan.

Digital Mastering
Proses mastering audio ini selalu didahului dengan suatu proses mixing-audio yang bertujuan mengedit,  cutting, meratakan, panning dari berbagai instrument musik (termasuk vokal) yang telah selesai direkam. Setelah selesai proses fix-mixing, barulah menginjak tahap mastering audio, yang dalam tulisan ini lebih menekankan pada proses digital-mastering.
Dalam proses digital-mastering ini banyak metode yang berkembang dan dipergunakan oleh para mastering engineer, diantaranya adalah tehnik mastering dengan Wave-Labmastering dengan T-RackHar Ball mastering tehnik dan AMT mastering.
Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan anda meng-klik masing-masing tehnik tersebut di atas.


Read more: http://chorddigital.blogspot.com/2011/03/mastering-audioaudio-mastering.html#ixzz1qHdMu1Uf

Sejarah Musik Digital


Musik Digital pada dasarnya adalah berupa harmonisasi bunyi yang dibuat melalui perekaman dari alat-alat musik analog (konvensional) atau alat-alat musik digital (yang dibuat dengan bantuan komputer) yang disimpan dan diproses dengan media berbasis tehnologi komputer. Format digital ini dapat menyimpan data dalam jumlah besar, jangka panjang dan berjaringan luas. Musik Digital ini sendiri mengalami perkembangan dari masa ke masa yang dimulai dengan piringan hitam sampai kepada CD ataupun MP3 file. Saat ini Musik Digital itu sendiri telah berkembang sedemikian rupa sampai kepada hanya berupa suatu file (musik) yang dapat diperdengarkan dalam format MIDI ataupun menggunakan IPod.


Musik Digital sebagai Inovasi Baru
Inovasi baru di bidang musik adalah Musik Digital, dengan format MP3, OOG, atau WAV Musik Digital mulai mengeluarkan gaungnya. Banyaknya pemutar Musik Digital yang mendukung format ini membuat era baru Musik Digital. Misalnya kalau sebelumnya, musik di-ripped- istilah untuk ekstraksi audio digital – dan terperangkap di PC dan Mac dengan aplikasi semacam iTunes. Kini dengan hadirnya iPod sebagai peranti musik portable canggih yang pernah diciptakan, terjadi perpaduan kenyamanan web dengan portabilitas dan fungsi sebagai sebuah platform yang benar-benar universal. Hal lain yang mendukung transformasi media sang Musik Digital adalah tindakan label-label besar yang meninggalkan sistem proteksiMusik Digital atau digital right management (DRM). Sampai tahun 2007 lalu, label-label besar masih tidak yakin penghapusan DRM akan mendongkrak penjualan album karena tanpa hal tersebut Musik Digital dengan bebas didisribusikan di antara konsumen yang berarti tak ada pemasukan untuk label.

ELEMEN PENDUKUNG

Ada beberapa situs yang menyediakan lagu yang dapat diunduh secara langsung (gratis) atau berbayar. Lagu yang ditawarkan berformat digital. Misalnya situs www.napster.com yang cukup digandrungi kala itu namun harus berakhir karena dianggap melanggar hak cipta. Ada pula Insound, Rhapsody, dan Apple iTunes Music Store, Lala.com, mdu04522.com dan lain sebagainya. Selain itu di Indonesia kini ada pula Toko Musik Digital secara online misalnya equionxdmd dan Import hingga Digital Beat Store.

KEUNGGULAN

Musik dalam format digital ini memiliki beberapa keunggulan dibanding musik dalam medium konvensional, yaitu :
  • format yang beragam dapat disesuaikan dengan teknologi yang digunakan
  • kualitas copy yang serupa dengan master memudahkan penggandaan dari pihak perusahaan rekaman tanpa menurunkan mutu
  • proses penjualan dengan pendekatan single atau satu lagu terbukti jauh lebih efektif dan efisien ketimbang medium konvensional seperti kaset atau CD

KEKURANGAN

Dengan segala kelebihannya, Musik Digital memiliki beberapa kekurangan juga yaitu :
  • kemudahan perekaman dan penggandaan rekaman memacu terjadinya pembajakan yang tentu saja akan merugikan.
  • penyebaran Musik Digital di Internet tidak bisa sepenuhnya dikontrol oleh label sehingga mempengaruhi pemasukan untuk label.
 
Sejarah singkat perkembangan Musik Digital adalah sebagai berikut  :

Piringan Hitam diputar dengan Gramophone

Awalnya, piringan hitam merupakan sebuah alat yang memiliki pena yang bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah disc. Ide ini berasal dari Charles Cros dari Perancis pada tahum 1887. Namun sayangnya tidak pernah terwujud. Pada tahun yang sama, Thomas A. Edison menemukan Phonograph (pemutar piringan hitam) yang berfungsi untuk merekam suara yang kebanyakan digunakan untuk keperluan kantor. Nama Gramophone berasal dari Emilie Berliner yang pada tahun 1888 menemukan piringan hitam jenis baru dan mematenkannya di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918 masa pematenan berakhir, semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan hitam. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih terbatas pada kalangan menengah atas saja.

Kaset diputar dengan tape, walkman

Compact audio cassette diperkenalkan oleh Philips sebagai media penyimpanan audio di Eropa pada tahun 1963. Kemudian pada tahun 1965 mulai diproduksi secara massal. Pada tahun 1971, Advent Corporation memperkenalkan Model 201 tape deck yang mengkombinasikan Dolby Type B dan chromium dioxide (Cr02). Inilah cikal bakal music cassette player. Tahun 1980an muncul Walkman dari Sony sebagai media pemutar kaset portable. Pita kaset dapat merekam lagu dengan durasi hingga 1 jam di setiap sisinya. Kualitasnya cukup baik namun kerap kali terjadi penurunan kualitas suara yang dihasilkan ketika pita kaset mengalami gangguan, kotor atau rusak.

CD, VCD, DVD diputar dengan CD player, discman

CD dibuat dalam usaha merampingkan media penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan. Pada November 1984, dua tahun setelah CD diproduksi secara massal, Sony mengeluarkan Discman sebagai media pemutar portable. Musik dalam format CD, VCD maupun DVD memiliki kualitas suara yang lebih baik tetapi tetap mengalami gangguan jika disc tersebut tergores, berdebu ataupun rusak.

 

Musik Digital diputar dengan MP3 Player, iPod


Musik Digital menggunakan sinyal digital dalam proses reproduksi suaranya. Sebagai proses digitalisasi terhadap format rekaman musik analog, lagu atau musik digital mempunyai beraneka ragam format yang bergantung pada teknologi yang digunakan, yaitu :
  • MP3
MP3 (MPEG, Audio Layer 3) menjadi format paling populer dalam musik digital. Hal ini dikarenakan ukuran filenya yang kecil dengan kualitas yang tidak kalah dengan CD audio. Format ini dikembangkan dan dipatenkan oleh Fraunhofer Institute. Dengan bitrate 128 kbps, file MP3 sudah berkualitas baik. Namun MP3 Pro-format penerus MP3-menawarkan kualitas yang sama dengan bitrate setengah dari MP3. MP3 Pro kompatibel dengan MP3. Pemutar MP3 dapat memainkan file MP3 Pro-namun kualitas suaranya tidak sebagus peranti yang mendukung MP3 Pro.
  • WAV
WAV merupakan standar suara de-facto di Windows. Awalnya hasil ripping dari CD direkam dalam format ini sebelum dikonversi ke format lain. Namun sekarang tahap ini sering dilewati karena file dalam format ini biasanya tidak dikompresi dan karenanya berukuran besar.
  • AAC
AAC adalah singkatan dari Advanced Audio Coding. Format ini merupakan bagian standar Motion Picture Experts Group (MPEG), sejak standar MPEG-2 diberlakukan pada tahun 1997. Sample rate yang ditawarkan sampai 96 KHz-dua kali MP3. Format ini digunakan Apple pada toko musik online-nya, iTunes. Kualitas musik dalam format ini cukup baik bahkan pada bitrate rendah. iPod, pemutar musik digital portabel dari Apple, adalah peranti terkemuka yang mendukung format ini.
  • WMA
Format yang ditawarkan Microsoft, Windows Media Audio (WMA) ini disukai para vendor musik online karena dukungannya terhadap Digital Rights Management (DRM). DRM adalah fitur untuk mencegah pembajakan musik, hal yang sangat ditakuti oleh studio musik saat ini. Kelebihan WMA lainnya adalah kualitas musik yang lebih baik daripada MP3 maupun AAC. Format ini cukup populer dan didukung oleh peranti lunak dan peranti keras terbaru pada umumnya.
  • Ogg Vorbis
Ogg Vorbis merupakan satu-satunya format file yang terbuka dan gratis. Format lain yang disebutkan di atas umumnya dipatenkan dan pengembang peranti lunak atau pembuat peranti keras harus membayar lisensi untuk produk yang dapat memainkan file dengan format terkait.
Dari segi kualitas, kelebihan Ogg Vorbis adalah kualitas yang tinggi pada bitrate rendah dibandingkan format lain. Peranti lunak populer, Winamp dan pelopor pemutar MP3 portabel Rio sudah mendukung format ini dalam model terbarunya. Walaupun demikian dukungan peranti keras terhadap format ini masih jarang.
  • Real Audio
Salah satu format yang biasa ditemukan pada bitrate rendah. Format dari RealNetworks ini umumnya digunakan dalam layanan streaming audio. Pada bitrate 128 kbps ke atas RealAudio menggunakan standar AAC MPEG-4.
  • MIDI

Format audio satu ini (yang biasanya berextention xxxx.mid) lebih cocok untuk suara yang dihasilkan oleh synthesizer atau peranti elektronik lainnya, tetapi (biasanya) tidak cocok untuk hasil konversi dari suara analog karena tidak terlalu akurat (kecuali digunakan proses tambahan). File dengan format ini berukuran kecil dan sering digunakan dalam ponsel sebagai ringtone.



Ditulis oleh : JB. Tjondro Purnomo ,SH , medio Pebruari 2011


Read more: http://chorddigital.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html#ixzz1qHcJ9cFT

Monitor Speaker Untuk Musik Digital


Salah satu komponen penting dalam dunia Musik-Digital adalah kepemilikan terhadap suatu Monitor Speaker yang responsif serta memiliki jangkauan frekwensi yang luas (20 Hz-20KHzsesuai dengan ambang batas pendengaran manusia). Keberadaan monitor-speaker yang demikian itu sangat diperlukan utamanya dalam rangka proses mixing dan mastering, meskipun di salah satu sisi kita masih juga membutuhkan keberadaan Head-Phone yang memadai. Sebuah monitor-speaker yang baik pada dasarnya harus mampu mereproduksi detil-detil instrument musik yang kita tuangkan dalam sebuah karya-aransemen musik/lagu.

Keberadaan monitor-speaker yang memadai ini sangatlah membantu kita dalam proses mixing ataupun mastering, dengan harapan kualitas hasil produksi musik-digital kita ini dapat sesuai dengan standart-standart musik-digital yang umum. Atau paling tidak mendekati standart-standart tersebut.


Salah satu produk monitor-speaker yang cukup memadai tersebut adalah BEHRINGER Digital Monitor-Speaker MS20 dengan spesifikasi Frequency-response 24bit/192Khz Digital 20 Watt Stereo Near Field Monitor. Berikut ini adalah detil/spesifikasi monitor-speaker tersebut.



Sekedar saran : Teliti sebelum membeli, pikirkan dan sesuaikan dengan kebutuhan anda.


Read more: http://chorddigital.blogspot.com/2012/02/monitor-speaker-untuk-musik-digital.html#ixzz1qHNDvFCj