Jumat, 12 November 2010

Tak Perlu Malu Berkomunikasi Seksual

Bila kehidupan seksual Anda mulai menurun, jangan buru-buru cari obat kuat. Mungkin komunikasi
seksual yang jadi penyebabnya.

Setiap pasangan pasti menginginkan kehidupan seksualnya harmonis. Artinya kehidupan seksual yang
memuaskan kedua belah pihak. Dengan demikian, kehidupan seksual tersebut bisa dinikmati bersama
oleh suami dan istri.

Nah agar keharmonisan kehidupan seksual dapat terjaga, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan:
meliputi faktor fisikdan psikis, yaitu rangsangan seksual, posisi hubungan seksual, fungsi seksual suamiistri
dan komunikasi. Dengan demikian banyak faktor yang bisa menjadi penyebab ketidakharmonisan
dalam hubungan seksual.

Sayangnya, seperti yang dituturkan oleh Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila , masih banyak pasangan yang
mengira penyebabnya semata-mata cuma faktor fisik. Padahal ketidakharmonisan tersebut lebih sering
dikarenakan komunikasi yang enggak jalan, yaitu masing-masing pihak tidak tahu apa yang menjadi
kemauan pasangannya.

Dalam bahasa lain, faktor komunikasi antara suami dan istri tak bisa dianggap enteng dalam upaya
menjaga keharmonisan kehidupan seksual. "Komunikasi pribadi antara suami-istri seputar urusan seksual
justru sangat penting," tandas pakar seksologi ini. Sebab, terangnya, bila suami-istri memiliki komunikasi
yang baik, sebenarnya mereka telah disiapkan untuk melakukan hubungan seksual yang sehat dan
memuaskan kedua belah pihak.

KOMUNIKASI SEKSUAL

Dari hasil pengamatan maupun konseling yang dilakukan Alex, banyak pasangan berdalih bahwa
komunikasi yang dijalankan dalam rumah tangga mereka selama ini oke-oke saja. Artinya, berjalan mulus
tanpa hambatan. "Tapi kalau selama komunikasinya tak pernah menyentuh persoalan seksual yang
menjadi keinginan masing-masing pihak dalam berhubungan, ya, sama saja dengan tak ada komunikasi
seksual," katanya.

Yang dimaksud komunikasi seksual, terang Alex, suatu sarana untuk menyampaikan pesan antara
seseorang dengan pasangannya tentang perasaan, keinginan, fantasi, dan kondisi seksualnya. Jadi,
komunikasi seksual selalu menyentuh esensi tentang berhubungan intim. Dengan demikian, jelaslah
bahwa komunikasi seksual berbeda dengan komunikasi sehari-hari yang dilakukan suami-istri. "Nah, hal
inilah yang tak dipahami oleh kebanyakan pasangan sehingga mereka pun jadi tak tahu pentingnya
komunikasi seksual," tutur Alex.

Akibatnya, keinginan dan perasaan mereka tentang hubungan intim yang dilakukan dengan pasangan
seringkali tak tercapai. Tak heran bila kemudian timbul masalah dalam kehidupan seksual mereka. Ambil
contoh tentang seorang istri yang mengeluh suaminya membosankan kalau berhubungan
seksual.Padahal, sang suami memang tak tahu gaya seperti apa yang dikehendaki istrinya dalam
berhubungan seksual. Bukankah si istri tak pernah membicarakan dengan suami tentang apa yang ia
inginkan dalam hubungan tersebut?

Sebaliknya, suami juga tak pernah menanyakan, apakah yang dilakukannya telah memuaskan istri atau
tidak. Dalam beberapa kasus, tutur Alex, ada, lo, istri yang memendam kekecewaan selama bertahuntahun
tanpa diketahui suaminya. "Lama-lama kekecewaannya memuncak sehingga menimbulkan
ketegangan dalam kehidupan perkawinan mereka. Barulah suaminya tahu kalau selama ini dia tak pernah
memuaskan istrinya. Runyam, kan?"

Tak hanya itu, ketiadaan komunikasi seksual juga bisa mengancam keutuhan perkawinan, lo. Bisa saja,
kan, pasangannya lantas mencari kepuasan di luar? Malah jadi tambah runyam, kan! Maka dari itu, Bu-
Pak, jangan abaikan komunikasi seksual di antara Anda berdua

PENTINGNYA KETERBUKAAN

Memang, diakui Alex, sering terganjalnya komunikasi seksual antara suami-istri agaknya dipengaruhi oleh
pandangan masyarakat yang menganggap tabu untuk membicarakan segala sesuatu tentang seks.
Akibatnya, sampai sudah menjadi suami-istri pun tetap saja merasa malu. "Apalagi bagi wanita, seringkali
takut kalau membuka percakapan tentang seks. Selain karena malu, mungkin juga takut disangka agresif,
dianggap tak sopan, atau khawatir kalau sudah ngomong tapi enggak dilayani pasangannya," tutur
Direktur Eksekutif Pusat Konsultasi Seksual dan Terapi Latihan Kriya Angga di Denpasar, Bali, ini.

Komunikasi seksual juga bisa terhambat akibat ketidakmengertian suami-istri. "Ini berkaitan dengan latar
belakang pendidikan dan lingkungan tempat mereka dibesarkan." Umumnya, semakin tinggi
pendidikannya, mereka semakin sadar bahwa komunikasi seksual itu penting.

"Mereka bahkan sangat terbuka dengan ide-ide tentang komunikasi ini karena menyadari, komunikasi
seksual antara suami-istri sangat diperlukan demi keharmonisan kehidupan mereka." Terlebih lagi bila
masing-masing pihak sama-sama dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menekankan keterbukaan
dan mendapat pendidikan seks yang baik sejak kecil.

"Sangat mungkin ketika memasuki dunia perkawinan, keterbukaan itu akan terus dibawa. Dia tak akan ada
masalah dalam mengutarakan segala keinginannya yang berkaitan dengan seksual kepada pasangan;
karena baginya, bukan tabunya yang penting tapi manfaatnya kalau terbiasa terbuka dalam hal apapun,
termasuk soal seks."

Tentunya, bagi yang tak terbiasa terbuka, apalagi ditambah oleh pandangan masyarakat yang
menganggap tabu, akan sulit untuk melakukan komunikasi seksual. Tapi, tak ada salahnya, toh, bila kita
mau belajar. Bukankah kini kita telah memahami betapa penting komunikasi tersebut?

VERBAL DAN NONVERBAL

Seperti laiknya komunikasi lain, komunikasi seksual pun dapat dilakukan secara verbal dan noverbal. Yang
verbal tentulah dilakukan dengan kata-kata dan suara. Sementara yang nonverbal terjadi lewat
pandangan mata, sentuhan, usapan, atau isyarat-isyarat khusus pada daerah erotis. Untuk komunikasi
nonverbal, sepertinya hampir tak ada masalah. Bukan begitu, Bu-Pak?

Tak demikian halnya dengan komunikasi verbal. Justru ini yang kerap jadi hambatan. Kita menjadi sungkan
apabila hendak mengutarakan keinginan dalam bentuk verbal. Padahal, yang verbal tak kalah pentingnya,
lo. Bukankah dengan bicara langsung kepada pasangan tentang apa yang menjadi keinginan kita, maka
pasangan jadi tahu? Misalnya, posisi apa dalam bercinta yang menjadi favorit kita.

Nah, itu, kan, mesti disampaikan kepada pasangan agar dia tahu. Lagi pula, dengan komunikasi verbal
juga akan terhindar dari salah persepsi. Soalnya, kalau kita hanya mengirim sinyal-sinyal berupa isyarat,
kan, bisa ditanggapi lain oleh pasangan. Akhirnya, pesannya juga jadi enggak sampai, kan? Nah, untuk
menghindari salah persepsi ini, menurut Alex, caranya sederhana saja, kok. "Jangan lagi menganggap
seks sebagai hal yang tabu, apalagi bila sudah menjadi suami-istri," katanya.

Untuk itu, saran Alex, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang hubungan seks dari berbagai media.
Kemudian, diskusikan dengan pasangan tentang pola kehidupan seks yang dijalankan; apakah sudah
betul, sudah menyenangkan semua pihak, ataukah perlu ada yang dilakukan atau dikembangkan lagi.
Diskusinya pun bisa dilakukan kapan saja, termasuk sehabis berhubungan seks. "Dalam suasana
afterplay, sebenarnya juga bisa dilakukan komunikasi seksual yang intens, lo," ujar Alex.

Perlu Bapak-Ibu ketahui, aktivitas seksual adalah sesuatu yang alami, namun perkembangannya
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Jadi, bila kita tak mengembangkan sendiri, maka aktivitas seksual kita
akan tetap alami. Padahal, yang alami belum tentu bisa berjalan mulus dan sesuai dengan apa yang
dimaui oleh pasangan kita. Jadi, banyak-banyaklah berkomunikasi seksual agar kita bisa terus up-to date
dengan kemauan pasangan dan mengerti apa yang menjadi kebutuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.