Rabu, 23 Mei 2012

[Koran-Digital] Kasus Hambalang, KPK Panggil Menpora Andi Mallarangeng Hari Ini

Kasus Hambalang, KPK Panggil Menpora Andi Mallarangeng Hari Ini

Fajar Pratama - detikNews

Kamis, 24/05/2012 06:22 WIB

Jakarta KPK pagi ini memanggil Menpora Andi Mallarangeng. Politisi

Demokrat itu akan diperiksa terkait penyelidikan kasus pembangunan sport

center di Hambalang, Bogor.



Surat pemanggilan Andi telah dilayangkan pada Selasa kemarin. Andi akan

diperiksa mengenai pengadaan sport center yang dibangun dengan anggaran

dari kementerian yang dipimpinnya.



"Dia akan dimintai keterangan terkait proses pengadaan sport center

itu," tutur Jubir KPK Johan Budi di Jakarta, Kamis (24/5/2012).



Andi sendiri siap memenuhi panggilan itu. "Insya Allah saya akan hadir

untuk memberikan keterangan yang diperlukan," kata Andi melalui pesan

singkatnya, Selasa, 22 Mei 2012.



Nama Andi disebut-sebut ikut terlibat dalam kasus ini oleh mantan

Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin serta sejumlah saksi

lain di persidangan. Mereka menyebut rapat pembahasan proyek Hambalang

dihadiri oleh Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Mahyudin dilakukan di

ruangan Andi. Saat itu, Nazaruddin menyatakan kepada Andi bahwa

sertifikat tanah untuk proyek Hambalang telah diselesaikan.



Nazaruddin juga mengaku disuruh Anas Urbaningrum yang saat ini menjadi

Ketua Umum Partai Demokrat untuk mengurus sertifikat tanah proyek

Hambalang. Menurut Nazaruddin, Anas saat itu bertanya siapa anggota

Fraksi Partai Demokrat yang bisa membantu mengurus masalah tanah ini.

Nazaruddin pun menjawab bahwa anggota Komisi II dari Fraksi Partai

Demokrat, Ignatius Mulyono, bisa mengurusnya karena dekat dengan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto.



http://news.detik.com/read/2012/05/24/062210/1923350/10/kasus-hambalang-kpk-panggil-menpora-andi-mallarangeng-hari-ini?n990102mainnews



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Menkum Soal Grasi Corby: Presiden Tak Pernah Permisif pada Kasus Narkoba

Menkum Soal Grasi Corby: Presiden Tak Pernah Permisif pada Kasus Narkoba

Indra Subagja - detikNews

Kamis, 24/05/2012 09:18 WIB

Jakarta Menkum Amir Syamsuddin meminta agar pemberian grasi kepada

Schapelle Corby tidak diartikan sebagai sikap pemerintah yang melunak

pada kasus narkotika. Pemerintah tetap berkomitmen memberantas narkoba.

Grasi bagi Corby sepenuhnya bagian dari upaya diplomasi.



"Apa yang saya kemukakan itulah sejujurnya yang saya ketahui dan yakini.

Tidak pernah presiden kita permisif pada kasus narkoba," terang Amir

saat berbincang, Kamis (24/5/2012).



Amir menerangkan, tidak banyak yang tahu diplomasi pengurangan hukuman

telah menyelamatkan banyak WNI yang terancam hukuman berat bahkan mati

di negara negara sahabat seperti Saudi dan Malaysia.



"Pengurangan hukuman oleh MA maupun grasi oleh presiden telah ditanggapi

positif negara-negara sahabat tersebut dan hasilnya adalah puluhan WNI

telah selamat dari hukuman yang berat bahkan termasuk hukuman mati,"

jelasnya.



Amir pun mempersilakan mengecek soal keputusan pemerintah tersebut

dengan pengalaman yang didapat Humprey Djemat, pengacara yang ditunjuk

pemerintah membantu WNI yang terancam hukuman mati di Saudi dan Malaysia.



"Sebagai contoh grasi 6 orang WN Malaysia telah disambut dengan

dibebaskannya belasan orang yang telah dihukum berat dan mati di

Malaysia sedangkan pengurangan hukuman kepada seorang WN Saudi telah

berbuah pengampunan hukuman mati beberapa WNI di Saudi," jelasnya.



http://news.detik.com/read/2012/05/24/091802/1923441/10/menkum-soal-grasi-corby-presiden-tak-pernah-permisif-pada-kasus-narkoba



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] ARIS ANANTA: Ukuran Kekayaan Nasional

Ukuran Kekayaan Nasional PDF Print

Thursday, 24 May 2012

Pasar keuangan dunia, termasuk Asia Tenggara, guncang lagi. Akankah

pasar keuangan dunia jatuh drastis lagi seperti pada 2009? Kita ingat

bahwa krisis global pada 2009 segera secara cepat menjalar ke seluruh

dunia garagara bangkrutnya Lehman Brothers di Amerika Serikat.



Kini ada kemungkinan pemerintah Yunani akan bangkrut, dan diikuti dengan

kebangkrutan negara lain seperti Spanyol, Italia, dan Portugal.

Kebangkrutan empat negara ini dapat mengguncang perekonomian Eropa yang

kemudian berdampak pada perekonomian dunia. Kalau pada 2009 Indonesia

dapat menghindar dari dampak yang luar biasa dari krisis global, akankah

Indonesia mampu mengulangi prestasi ini?



Pada 2009, ketika banyak negara mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi

yang dahsyat, bahkan banyak yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif,

pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menurun sedikit,masih mencapai

4,5%.Kalau krisis global (yang kedua, setelah yang pertama pada 2009)

benar-benar terjadi tahun ini, bisakah pertumbuhan ekonomi dipertahankan

pada 4,5% atau bahkan lebih?



Namun, tulisan ini tidak akan membahas berapa persen pertumbuhan ekonomi

Indonesia kalau krisis global kedua benar-benar terjadi. Ada hal yang

jauh lebih penting untuk diperhatikan dalam memahami perekonomian

Indonesia: benarkah pertumbuhan ekonomi pengukur utama pembangunan

ekonomi kita? Saat ini sudah makin banyak ekonom di dunia yang merasakan

kekecewaan pada pertumbuhan ekonomi sebagai pengukur utama pembangunan

ekonomi.



Para ekonom dunia seperti Joseph Stiglitz,Amartya Sen, dan Jean-Paui

Fitoussi pada 2009 telah menghasilkan laporan yang menyarankan

alternatif pengukuran pembangunan ekonomi—bukan dengan pertumbuhan

ekonomi. OECD (organisasi ekonomi negara kaya),yang dibentuk pada 1961

dengan tujuan melanggengkan pertumbuhan ekonomi di negara anggota

mereka,pun sejak 2010 telah menggunakan 11 indikator,bukan hanya

pertumbuhan ekonomi, untuk mengukur kemajuan perekonomian mereka.



Bulan depan,Juni 2012,Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan

menyelenggarakan konferensi mengenai Pembangunan yang Berkelanjutan

(Sustainable Development) di Rio de Janeiro, Brasilia. Pada konferensi

yang juga disebut dengan Rio+20 Conference pada 2012 akan disampaikan

hasil penelitian mengenai kekayaan nasional yang inklusif (inclusive

wealth).



Dalam laporan ini diperlihatkan ketidakpuasan para penulis terhadap

indikator konvensional seperti produksi domestik bruto (gross domestic

product) yang hanya melihat sisi produksi. Produk domestik bruto

merupakan pengukuran jangka pendek. Mungkin saja suatu saat pendapatan

tinggi, tetapi tidak berkelanjutan. Karena itu,mereka menyatakan

perlunya mengukur kekayaan suatu negara, bukan sekadar pendapatan.



Mereka memberi contoh, ada negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi,

tetapi sumber daya alamnya habis dengan cepat.Kalau kita mengukur

keberhasilan pembangunan ekonomi dengan kekayaan, negara itu tidak perlu

berbangga dengan pertumbuhan ekonominya yang tinggi karena kekayaan

mereka (dalam hal ini sumber daya alam) habis dengan cepat. Banyak

negara, termasuk Indonesia,yang bangga dengan sumber daya alam mereka.



Mereka "pasarkan" sumber daya alam itu ke pasar dunia agar menarik

investasi di sumber daya alam. Akibatnya, investasi asing meningkat luar

biasa. Ekspor sumber daya alam meningkat dengan amat cepat.Pertumbuhan

ekonomi melaju. Sialnya, suatu saat, sumber daya alam itu habis,dan

masyarakat di negara itu tidak dapat lagi menikmati sumber daya alam

yang berlimpah karena telah habis diekspor.



Di pihak lain, pengukuran kekayaan memperhatikan apa yang terjadi

sekarang dan masa mendatang.Pembangunan ekonomi bukan mempercepat

pertumbuhan ekonomi masa kini tanpa memperhatikan apa yang terjadi di

masa depan, untuk generasi anakcucu- cicit. Dalam laporan yang sedang

disiapkanuntukkonferensiPBB pada Juni itu terdapat empat macam modal

untuk mengukur kekayaan.



Pertama,modal alam, yang mencakup semua sumber daya alam,tanah,dan

lingkungan. Kedua, modal konvensional, yaitu modal yang diproduksi

seperti bangunan dan mesin. Ketiga, modal manusia, yang terdiri atas

berbagai hal seperti pendidikan dan kesehatan.Keempat, modal sosial yang

mencakup berbagai hal seperti kelembagaan dan jaringan kerja.



Empat modal tersebut harus diukur untuk mengetahui kekayaan suatu

daerah/negara. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan, statistik

kekayaan per kapita harus digunakan untuk mengganti statistik pendapatan

per kapita; dan kenaikan kekayaan menjadi pengganti pertumbuhan ekonomi.

Laporantersebutakanmenggambarkan jumlah dan perubahan kekayaan 20 negara

di dunia,yang mencakup 72% dari seluruh pendapatan nasional di dunia dan

56% penduduk dunia selama19 tahun.



Brasil dan India, sebagai contoh,mengalami pertumbuhan ekonomi yang

cepat, tetapi dengan biaya yang besar pula selama 1990–2008. Pada masa

itu modal alam menurun dengan 25% di Brasil dan 31% di India. Indonesia

belum termasuk negara yang dibahas dalam laporan tersebut.Ada baiknya,

Indonesia mengambil inisiatif untuk segera menghitung kekayaan Indonesia

pada tingkat nasional, provinsi, dan kota/ kabupaten. Statistik ini

dapat digunakan untuk pengganti pendapatan nasional.



Dengan kata lain,kemajuan pembangunan Indonesia diukur dengan

peningkatan kekayaan dan kekayaan per kapita, bukan pertumbuhan

pendapatan dan pendapatan per kapita. Selanjutnya, dalam usaha

mengurangi dampak negatif krisis global kedua yang mungkin terjadi,

Indonesia tidak perlu berfokus pada pertumbuhan pendapatan nasional.

Sebaliknya, Indonesia sebaiknya menitikberatkan pada peningkatan

kekayaan (yang diukur dengan empat modal tadi).



Krisis keuangan dan ekonomi dunia ini justru dapat digunakan sebagai

momentum yang tepat untuk mengganti pengukuran pembangunan ekonomi di

Indonesia. Pergantian pengukuran ini juga berarti pergantian kebijakan

pembangunan ke arah pembangunan yang berkelanjutan. Kita tidak perlu

kaget dan marah kalau dengan statistik kekayaan ini ternyata pembangunan

Indonesia tidak sehebat yang dibayangkan dengan statistik pendapatan

nasional.



Kita memang sedih, tetapi statistik ini akan lebih mampu memperlihatkan

apa yang telah terjadi sehingga perekonomian Indonesia dapat maju secara

berkelanjutan.● ARIS ANANTA Ekonom-Demografer





http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497506/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] TAJUK, Pengembang Kecil Terancam Punah

TAJUK, Pengembang Kecil Terancam Punah PDF Print

Thursday, 24 May 2012

Pengembang skala kecil yang selama ini berkonsentrasi membangun rumah

tipe 21 dan 22 terancam punah. Pengembang perumahan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah itu sudah kesulitan mendapatkan pembiayaan dari

perbankan menyusul aturan pemerintah yang tidak memperkenalkan lagi

pembangunan tipe rumah kecil di bawah tipe 36.



Aturan tersebut tertuang dalam Undang-Undang (UU) No 1 Tahun 2011

mengenai perumahan dan pemukiman yang mengatur soal batas ukuran rumah

sederhana yang boleh dibangun minimal rumah tipe 36. Fakta di

lapangan,sejumlah pengembang skala kecil di wilayah Tangerang mulai

kebingungan, bagaimana mengatasi dampak dari kebijakan pembangunan rumah

tipe 36 itu?



Selama ini, pengembang yang membangun rumah tipe kecil dilepas dengan

harga pada kisaran Rp70 juta hingga Rp80 juta. Rumah seharga tersebut

termasuk laris manis karena harganya terjangkau oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah. Selain nilai cicilan sekitar Rp600.000 hingga

Rp750.000, uang muka juga masih terjangkau yang dipatok antara Rp15 juta

hingga Rp23 juta.



Dengan aturan baru yang sudah diberlakukan sejak awal tahun

ini,pengembang skala kecil gigit jari dan memutar otak bagaimana bisa

tetap survive.Pasalnya,harga jual rumah tipe 36 melonjak mencapai angka

di atas Rp100 juta,sementara batas kredit pemilikan rumah (KPR) yang

disalurkan perbankan tidak berubah,tetap pada kisaran Rp60 juta hingga

Rp65 juta,bahkan perbankan mulai ogah menyalurkan kredit yang mendapat

subsidi bunga.



Dampaknya, uang muka yang harus ditanggung konsumen menggelembung

menjadi sekitar Rp40 juta lebih dan biaya cicilan pun ikut melonjak.

Selama ini,konsumen untuk perumahan di bawah tipe 36 adalah masyarakat

yang berpenghasilan antara Rp1,9 juta hingga Rp2,5 juta per bulan.Untuk

mengumpulkan uang muka hingga Rp40 juta sungguh pasti sulit. Belum lagi

menyisihkan pendapatan sebesar Rp1 juta per bulan untuk cicilan semakin

susah di tengah biaya hidup yang makin tinggi.



Pemberlakuan kebijakan di bidang perumahan itu pun digugat Asosiasi

Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) dan

masyarakat berpenghasilan rendah.Mereka mengajukan uji materi ke

Mahkamah Konstitusi (MK) atas UU No 1 Tahun 2011 tersebut yang dinilai

menyulitkan pengembang berskala kecil bertumbuh dan menutup peluang bagi

masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah.



Bukan hanya dari kalangan pengembang dan konsumen yang mengkritisi

kebijakan tersebut. Mantan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera, era

1978–1993) Cosmas Batubara pun angkat bicara. Cosmas menilai Menpera

Djan Faridz telah salah kaprah karena sibuk mengurusi desain hingga

teknis. Fungsi utama menpera adalah membangun dan menjaga jalur

koordinasi dengan lembaga yang terkait dengan perumahan agar semua

seiring dalam memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat.



Namun, Menpera Djan Faridz merasa tak ada yang janggal dengan kebijakan

perumahan itu. Misi pemerintah adalah menyediakan rumah tinggal yang

memenuhi standar fisik bangunan sehingga bisa menjadi sarana interaksi

anggota keluarga yang melahirkan suasana sehat lahir dan batin dengan

lingkungan yang baik.Djan menegaskan,rumah tipe 36 lebih sehat dari

rumah tipe yang lebih kecil.



Alasan Menpera sangat logis, tetapi kemampuan finansial masyarakat bawah

tak bisa mendukung untuk membeli rumah tipe 36, sementara rumah murah

seharga Rp25 juta yang dijanjikan pemerintah masih terus diliputi

masalah, di antaranya terganjal penyediaan lahan dan birokrasi

pemerintah daerah yang rumit.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497508/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Kabinet Anas Menguasai Senayan

Kabinet Anas Menguasai Senayan PDF Print

Thursday, 24 May 2012

JAKARTA– DPP Partai Demokrat melakukan rotasi besarbesaran di tubuh

Fraksi Partai Demokrat DPR. Rotasi tampak pada perubahan sebagian posisi

kepemimpinan fraksi dan alat kelengkapan DPR.





Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR kini dijabat Nurhayati Ali Assegaf. Dia

menggantikan Mohammad Jafar Hafsah. Jafar dialihtugaskan menjadi ketua

Fraksi Partai Demokrat MPR. Perombakan juga dilakukan pada beberapa alat

kelengkapan DPR.Posisi wakil ketua Komisi I DPR yang semula diisi Hayono

Isman kini ditempati Ramadhan Pohan. Ramadhan sebelumnya merupakan

anggota Komisi II DPR.Hayono sendiri menjadi wakil ketua Badan Kerja

Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR.



Pergeseran juga terjadi di Komisi III. Benny Kabur Harman yang semula

menjabat sebagai ketua komisi digantikan Gede Pasek Suardika yang

sebelumnya anggota Komisi II DPR. Benny kini ditempatkan sebagai wakil

ketua Komisi VI DPR. Di Komisi VII juga terjadi perubahan. Posisi ketua

Komisi VII DPR yang sebelumnya ditempati Teuku Riefki Harsya kini

diduduki Sutan Bathoegana Siregar.



Sutan sebelumnya adalah anggota Komisi VII. Begitu pun di Komisi IX DPR.

Anggota Komisi IX Nova Riyanti Yusuf kini menjadi wakil ketua Komisi IX

menggantikan Ahmad Nizar Syihab. Komisi X DPR yang sebelumnya diketuai

Mahyuddin kini dipimpin Agus Hermanto. Komisi XI DPR yang sebelumnya

diketuai Achsanul Qasasi saat ini dipimpin Timo Pangerang.



Sementara Wakil Ketua Badan Anggaran (Bangar) DPR Mirwan Amir digantikan

Djoko Udjianto. Rotasi ini menunjukan Kabinet Anas Urbaningrum di

Senayan semakin mendominasi. Indikasinya Nurhayati dulu adalah tim

suksesnya Anas di kongres Bandung. Sekretaris Jenderal DPP Partai

Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengatakan, rotasi ini merupakan

penyegaran di tubuh fraksinya.



Penyegaran fraksi sebagai kepanjangan tangan DPP bertujuan membuat

kinerjanya lebih optimal dan progresif.Menurut Ibas, dirinya

menyampaikan langsung rotasi di tubuh fraksi mewakili Ketua Umum DPP

Partai Demokrat Anas Urbaningrum. "Ini (rotasi) hal yang sangat wajar

dan dilakukan partai lain. Demokrat memberi kesempatan 2,5 tahun kepada

fraksi untuk bekerja. Penyegaran ini dilakukan secara keseluruhan demi

pemerataan kesempatan. Evaluasi fraksi dilakukan setiap tahun mencakup

kinerja dan loyalitas kader," terangnya.



Ibas mengharapkan, rotasi ini membuat Fraksi Partai Demokrat akan lebih

efektif melanjutkan kerja-kerja politik yang positif. Sementara

itu,Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Nurhayati Ali Assegaf mengatakan,

posisi barunya ini merupakan amanah yang harus dijawab dengan kerja

cerdas, keras, dan ikhlas.



Dia berjanji akan terus melanjutkan dan meningkatkan berbagai program

fraksi. "Soliditas Fraksi Partai Demokrat merupakan prioritas. Kita juga

punya agenda penting untuk mengawal pemenangan Pemilu 2014. Namun,

rotasi ini tidak ada kaitannya dengan rumor pencalonan Ibu Ani Yudhoyono

menjadi presiden," tegasnya. Menurut dia, rotasi ini sudah lama

direncanakan. Namun partai mencari waktu yang tepat.



Dirinya sebagai kader harus siap jika partai menghendaki apa pun,

termasuk mengemban tugas sebagai ketua fraksi. Sekretaris Fraksi Partai

Demokrat DPR Saan Mustopa mengungkapkan, alasan mendasar dilakukannya

rotasi adalah soal profesionalisme. Dia menilai Nurhayati memiliki

kapasitas yang memadai. Hal ini sekaligus merupakan bentuk keberpihakan

dan komitmen partai terhadap kepemimpinan perempuan di parlemen.



"Kita tidak hanya berwacana terhadap kepentingan perempuan. Penunjukan

ketua fraksi merupakan usulan DPP Partai Demokrat yang sudah

dikonsultasikan ke Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat (Susilo Bambang

Yudhoyono)," jelasnya. Saan menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Jafar Hafsah yang telah menunjukkan kinerja sangat baik selama ini.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497531/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Ani Sejajar Tokoh Perempuan Asia

Ani Sejajar Tokoh Perempuan Asia PDF Print

Thursday, 24 May 2012

JAKARTA– Ibu Negara Ani Yudhoyono diklaim sangat layak memimpin bangsa

ini karena memiliki latar belakang pendorong kuat seperti halnya para

tokoh perempuan di Asia.



Partai Demokrat terus mendorong agar Majelis Tinggi serius

mempertimbangkan Ibu Negara Ani Yudhoyono sebagai calon presiden

(capres) 2014. Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani

Leimena Suharli, para tokoh perempuan pemimpin di Asia selalu ada latar

belakang perjuangan keluarga. Di Thailand, Perdana Menteri Yingluck

Shinawatra merupakan adik perdana menteri terdahulu.



Di Pakistan, ada almarhumah Benazir Bhutto yang merupakan putri sulung

dari Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan, Zulfikar Ali Bhutto.

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga merupakan putri Presiden I

RI Soekarno. "Nah, di Indonesia, ya Bu Ani. Beliau pendorongnya di

Partai Demokrat,"kata Melani di Gedung MPR/DPR/Senat, Jakarta,kemarin.



Wakil Ketua MPR itu memaparkan, Ani bukan sekadar memiliki pengalaman

mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah selama

dua periode.Putri almarhum Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo

ini, kata Melani,juga memiliki perjalanan politik tersendiri sebagai

salah satu pendiri Partai Demokrat dan pernah menjadi wakil ketua umum.

Fakta itulah yang membuat Ani Yudhoyono memiliki peluang besar untuk

diusung sebagai capres.



Meski begitu, semuanya tetap akan bergantung pada keputusan Majelis

Tinggi di mana SBY menjadi ketuanya. Sementara itu,Wakil Ketua Dewan

Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie memandang wacana mencalonkan Ani

baru sebatas aspirasi kader secara pribadi.Karena itu,kata Ketua DPR

ini,tidak serta-merta Partai Demokrat nantinya akan mengusung Ani Yudhoyono.



"Aspirasi silakan. Kita tidak bisa melarang orang dan masyarakat untuk

mengusulkan. Semuanya berhak untuk mengusulkan, kalau mereka

menginginkan silakan saja. Tapi yang akan menentukan, prosesnya di

Majelis Tinggi," ungkapnya. Saat ini, kata dia, Majelis Tinggi belum

sekali pun membicarakan masalah capres-cawapres. SBY selaku ketua

Majelis Tinggi selalu menekankan agar sekarang fokus mengurus negara ini.



"SBY berkali-kali menyampaikan dalam pidatonya agar kader Partai

Demokrat lebih mementingkan bekerja dan tidak sibuk membicarakan capres.

Kita tidak membicarakan masalah presiden atau cawapres karena masih

terlalu jauh waktunya," jelasnya. Pakar komunikasi politik dari UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, membandingkan

Ani Yudhoyono dengan tokoh perempuan Asia terlalu berlebihan.



Menurut dia, dari aspek kapabilitas justru figur Ani masih banyak yang

meragukannya sebagai pemimpin.Karena selama ini, pemikiran-pemikiran

kebangsaan dan jaringan internasionalnya tidak tampak selain sebagai

pendamping Presiden SBY."Wajar jika kita bertanya, apakah popularitasnya

karena dia memiliki potensi sebagai pemimpin atau karena terdongkrak

oleh sosok suaminya, yakni SBY,"ungkapnya.



Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengingatkan, di

Partai Demokrat hanya Majelis Tinggi atau Dewan Pembina yang bisa

menentukan sosok capres. Iklim yang kurang terbuka ini akan terus

dipelihara hingga saat-saat terakhir pencapresan, bahkan bisa satu atau

dua hari sebelum pengumuman calon." Kemungkinan nama Ani Yudhoyono akan

muncul di menit- menit terakhir sebagai capres dari Demokrat. Ini bisa

dikondisikan sebelum pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum),"ujarnya.



Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti

Zuhro pesimistis Demokrat akan mengusung Ani. Siti yakin SBY bakal

memegang teguh janji dan tekadnya untuk tidak mendorong dan merestui

anggota keluarga, apalagi istrinya, menjadi capres atau cawapres. Dia

juga tidak yakin Demokrat akan mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf

Kalla (JK) yang juga sempat mencuat sebagai bakal capres potensial

Demokrat selain Ani dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo

Subianto.



Siti menerangkan, meski elektabilitasnya sangat kuat, pada 2014

mendatang Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu sudah memasuki

usia 74 tahun. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari

Dwipayana menilai Demokrat memang membutuhkan figur yang kuat untuk

menjaga perolehan suara pada 2014.



"Mau tidak mau harus mencari tokoh yang memiliki popularitas dan

elektabilitas tinggi. Sebagai parpol besar, mereka harus benar-benar

selektif memilih calon. Harus lebih populer dari Megawati dan calon dari

Partai Golkar. Saya kira Prabowo punya itu,"terangnya. rahmat sahid/

mohammad sahlan/ radi saputro





http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497535/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Konser Lady Gaga - Polda Imbau Penjualan Tiket Dihentikan

Konser Lady Gaga - Polda Imbau Penjualan Tiket Dihentikan PDF Print

Thursday, 24 May 2012

JAKARTA – Polda Metro Jaya meminta pihak promotor menyetop penjualan

tiket konser Lady Gaga selama izin konser belum keluar. Selain itu,Polda

Metro Jaya juga tetap tidak merekomendasikan konser Lady Gaga jika

promotor belum melengkapi persyaratan.





Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Untung S Rajab juga membantah telah

memberikan izin penjualan tiket prakonser Lady Gaga pada awal Mei lalu

di sebuah mal."Komitmennya tetap, saya tidak akan memberikan rekomendasi

karena melihat perkembangan pro dan kontra ini.Perlu saya berikan

rekomendasi bila memenuhi persyaratan administrasi dari instansi

terkait," katanya kemarin.



Menurut Untung, persyaratan administrasi harus dipenuhi setiap promotor

yang akan menggelar acara dengan mengundang banyak orang. Promotor juga

wajib menaati aturan,baik norma susila maupun hukum di Indonesia. Untung

menuturkan,Polda Metro Jaya tidak memberikan batas waktu pemenuhan

syarat administrasi kepada promotor. Dengan demikian,tidak menutup

kemungkinan waktu penyelenggaraan konser di luar jadwal yang sudah

ditetapkan,bisa diundur atau dimajukan.



"Saya imbau pihak penyelenggara untuk tidak menjual tiket lagi selama

tidak mengantongi izin dari Mabes Polri,"tegasnya. Diberitakan

sebelumnya, konser Lady Gaga yang rencananya digelar di Stadion Utama

Gelora Bung Karno,Jakarta, pada 3 Juni mendatang ditentang banyak

pihak.Atas dasar ini,Polda Metro Jaya kemudian menolak rekomendasi

pergelaran konser tersebut.



Penolakan konser bertajuk The Born This Way Ball Tour ini dilancarkan

beberapa kelompok karena kostum panggung dan lirik lagu yang cenderung

nyeleneh dari pelantun Poker Face itu. Menanggapi imbauan tersebut,

Media Relation Big Daddy Entertainment Arif Ramadhoni ketika dihubungi

melalui telepon selulernya mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan

komentar."Kami dari pihak promotor kini sedang mengurus segala hal

terkait dengan izin penyelenggaraan konser sesuai dengan peraturan

perundangan yang telah ditetapkan,"ujar Arif.



Sebelumnya tersiar kabar pihak promotor menambah 2.000 tiket lagi di

mana target sebanyak 40.000 tiket sudah tercapai. Ini terjadi karena

antusiasme para Little Monster di Indonesia begitu tinggi.Mengenai hal

itu, Arif mengakui berencana menambah tiket konser.



Atas kontroversi kedatangannya, Lady Gaga buka suara. Lewat akun Twitter

@ladygaga, pelantun Born This Way itu memastikan tetap akan menggelar

konser di Jakarta.Dikutip dari akun Twitter-nya, Lady Gaga menjelaskan

kondisi konsernya yang akan dihelat 3 Juni mendatang.



"Situasi Jakarta adalah 2 hal: Pemerintah Indonesia menuntut saya

menyensor acara & ekstremis agama secara terpisah memberikan ancaman

kekerasan,"ujar Gaga.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497541/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Rekor Terburuk Bulu Tangkis Indonesia

Rekor Terburuk Bulu Tangkis Indonesia PDF Print

Thursday, 24 May 2012

ImageTunggal putra ketiga Indonesia Dionysius Hayom Rumbaka terjatuh

saat melawan tunggal putra Jepang Takuma Ueda dalam pertandingan babak

perempat final Thomas dan Uber Cup 2012 di Wuhan Sports Center's

Gymnasium, Wuhan, China, kemarin. Rumbaka gagal memenangi partai

terakhir, sehingga tim Thomas Indonesia tersingkir.



JAKARTA– Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) harus segera

melakukan pembenahan dan regenerasi untuk mengembalikan kejayaan bulu

tangkis.



Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat prestasi olahraga yang menjadi

kebanggaan bangsa itu semakin terpuruk.Terakhir,timThomas dan Uber

Indonesia harus bertekuk lutut di perempat final saat menghadapi Jepang,

2-3, di Wuhan Sport Complex Gymnasium, China, tadi malam. Kekalahan ini

cukup memprihatinkan karena secara prestasi level Negeri Matahari Terbit

tersebut berada di bawah Indonesia.



Kekalahan tim Thomas tadi malam sekaligus merupakan rekor terburuk sejak

Indonesia mengikuti event itu di Singapura pada 1958. Sebab inilah kali

pertama tim Thomas gagal melaju ke semifinal di ajang bulu tangkis

paling prestisius tersebut.Kondisi ini tentu mengecewakan masyarakat

Indonesia yang sangat yakin Taufik Hidayat dkk bisa mencapai semifinal

di turnamen yang disiarkan langsung MNCTV, SINDOTV, dan MNC Sports tersebut.



Mereka bahkan optimistis Indonesia minimal mengulang torehan dua tahun

silam ketika menjadi finalis seusai ditundukkan China 0-3 di Kuala

Lumpur,Malaysia. Kekalahan tim Thomas dan Uber mendapat perhatian

Menpora Andi Mallarangeng. "Tentu saja kita prihatin dengan kekalahan

dari Jepang. Ini harus menjadi wake up call bagi PBSI," kata Andi saat

dihubungi SINDOtadi malam.



Menurut Andi, olahraga bulu tangkis sudah berkembang ke seluruh

dunia.Negaranegara lain pun sudah semakin maju. Melihat perkembangan

ini, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia selain harus berbenah, dalam

hal ini melalui pembinaan usia dini. Dalam pandangannya, regenerasi

harus menjadi prioritas. Upaya ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan

kompetisi di dalam negeri untuk mengembangkan bakat-bakat baru.



Pebulu tangkis legendaris Rudy Hartono tak kalah prihatin melihat

kegagalan Indonesia di Piala Thomas dan Uber tahun ini.Namun, dia enggan

mencari kambing hitam atas kegagalan tim Merah Putih di Wuhan,China.

Peraih tujuh gelar All England beruntun ini hanya berharap adanya

perbaikan yang harus segera dilakukan melalui Pelatnas PB PBSI di Cipayung.



Kepala Pelatih Ganda Pelatnas Bulu Tangkis Indonesia Christian Hadinata

menilai kekalahan tim Thomas Indonesia dari Jepang karena kecerdikan tim

Matahari Terbit itu melihat celah kekurangan tim Merah Putih.Apalagi,

lineup yang diturunkan Indonesia tidak dalam performa terbaik. Dalam

pertandingan tadi malam, tim Thomas Indonesia sempat memiliki asa ketika

tunggal pertama Simon Santoso melibas Sho Sasaki, 22-20, 21-14.



Namun awal baik ini tidak bertahan lama pada ganda putra saat Markis

Kido/Hendra Setiawan menyerah kepada pasangan Noriyasu Hirata/Hirokatsu

Hashimoto, 16-21,18-21. Masyarakat Indonesia semakin cemas setelah

Taufik Hidayat tak berkutik di tangan Kenichi Tago, 12-21, 17-21.

Harapan kembali bersemi saat Mohammad Ahsan/Alvent Yulianto menyamakan

keadaan menjadi 2-2 setelah mengalahkan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa,

21-17, 21-13.



Sayangnya, pada babak yang menentukan, tunggal ketiga Dionysius Hayom

Rumbaka, takluk dari Takuma Ueda, 14- 21,19-21. Tim Uber Indonesia

menyusul kegagalan tim Thomas setelah takluk 2-3 dari Jepang. Lindaweni

Fanetri yang menjadi penentu di pertandingan terakhir bertekuk lutut di

tangan Minatsu Mitani, 21-19, 13-21,17-21. edi yuli/nurul huda/rahmat

sahid



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497549/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Menyingkap Topeng Bank Asing

Perlu ada pengaturan agar bank asing masuk ke sektor selain mikro dan konsumen.

DI era globalisasi se perti sekarang uang dan modal seolah ti dak berkewarganegaraan, masuk dan keluar tan pa batas, seperti halnya di perbankan. Dalam kondisi seperti itu sulit untuk membedakan apakah sebuah bank berstatus lokal atau asing.

Karena itu, diperlukan upaya lebih keras bagi sebuah negara untuk melindungi sektor perbankannya dari serbuan asing. Bank Indonesia (BI) sebagai regulator harus lebih jeli dalam memutuskan kebijakan.
Bank-bank swasta yang saat ini berstatus swasta nasional tapi dimiliki asing perlu direklasifikasi sebagai bank asing atau campuran.

“Bank swasta nasional milik asing itu kan oxymoron, saling bertentangan. Nasional tapi milik asing. Seharusnya dimasukkan dalam koridor yang benar, masuk bank campuran atau bank asing,“ papar Chief Financial Analyst Katadata Lin Che Wei di Jakarta, Selasa (22/5).

Dia menilai reklasifikasi harus dilakukan bersamaan dengan pemberlakuan aturan izin berlapis (multiple license). Perlu adanya pengaturan agar bank asing masuk ke sektor selain mikro dan konsumen. “Kalau tidak diatur, bank pasti akan mencari yang paling menguntungkan, sedangkan infrastruktur, manufaktur tidak ada yang masuk,“ kata Che Wei.

Hal itu dibuktikan dengan data 2011 yang memperlihatkan porsi kredit konsumer milik asing seperti Bank Danamon mencapai 48%, di Bank CIMB Niaga 30%, dan BII 35%.
Adapun bank BUMN, sebagai pembanding, lebih banyak memberikan kredit produktif dengan persentase kredit konsumer hanya 15% di Bank Mandiri dan 21% di BNI.

Bank-bank milik asing, menurut analisis Che Wei, telah semakin mendominasi pasar. Pada 1998 sampai 2004, ketika kepemilikan asing di bank-bank dibuka, pangsa aset bank milik asing hanya 16% dan kemudian tumbuh menjadi 21% di 2011. Di sisi lain, pangsa aset bank swasta nasional yang dimiliki lokal turun dari 42% di 1998 ke 22% pada 2011. Begitu pula pangsa aset bank BUMN yang terus tergerus, dari 44% (1998) menjadi 35% (2011) (lihat grafik).

Membesarkan sebuah bank tentunya membutuhkan modal besar. Itu yang tidak dimiliki pemain lokal. Sebagai perbandingan, HSBC Holdings pemilik Bank Ekonomi mempunyai modal US$166,1 miliar (Rp1.495 triliun). Grup DBS yang hendak mengakuisisi Bank Danamon memiliki modal US$26,3 miliar (Rp237 triliun). Bandingkan dengan Bank Mandiri, modalnya hanya US$6,7 miliar (Rp60 triliun). Kondisi itu disebut Che Wei sebagai unequal playing field. Direktur Eksekutif Katadata Metta Dharmasaputra menambahkan, reklasifikasi dan izin berlapis perlu dilakukan sesegera mungkin. Kebutuhan tersebut terasa menjepit karena kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk membuka pasar sudah di depan mata.

“Ini kesempatan emas mulai menggunakan kesempatan ini agar pemerintah memperkuat bank BUMN dan membuka lowongan untuk local entrepreneur masuk.“

Bank BUMN Sementara itu, Che Wei mengingatkan perlunya komitmen politik untuk memperkuat bank BUMN. Bank BUMN merupakan tulang punggung pembiayaan kebutuhan dasar negara, misalnya infrastruktur dan industri.
Kebutuhan tambahan modal bank BUMN perlu disikapi serius oleh pemerintah.

“Daripada tidak bisa menggunakan dana optimal untuk pembangunan, injeksi modal ke bank saja karena bank di Indonesia sudah pasti menguntungkan,“ cetusnya.

Ia memprediksi kepemilikan pemerintah di bank-bank BUMN akan tergerus sampai level batas minimal yakni 51%. Bank pertama yang akan tergerus porsi pemerintahnya ialah BRI dalam tiga tahun dari saat ini 56,8%. Untuk BNI dan Mandiri dalam 6-7 tahun dari saat ini 60%. Adapun BTN akan menyentuh level 51% dari saat ini 71,9% dalam 7-10 tahun. (E-5)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Menyingkap-Topeng-Bank-Asing-24052012018003.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] David Krisna; Mencari Generasi Politik

Mencari Generasi Politik
David Krisna Alka Peneliti Populis Institute, Jakarta

KERUSAKAN dan ke busukan politik di Republik ini mem buat generasi muda sebagai generasi penerus bangsa terlalu banyak yang tidak mau berpolitik, apalagi masuk partai politik. Padahal, kelompok usia muda mewarisi cita-cita Republik.

Generasi muda yang hidup dalam nuansa dan suasana politik yang kacau-balau semestinya memiliki kreativitas tinggi dan keunggulan untuk melakukan perubahan atas berbagai kerumitan dan masalah politik. Ketidakpedulian generasi saat ini kepada politik juga berarti ketidakpedulian terhadap kemajuan Republik.

Benjamine Fine dalam bukunya 1.000.000 Delinquents (1957) mengatakan, “A generation who will one day become our national leader.“ Generasi muda kelak akan menjadi ahli waris dan pemimpin bangsa dan negara. Pertanyaannya, bagaimana bisa gene rasi muda menjadi pemimpin Republik kalau takut atau tak mau berpolitik? Bagaimana melakukan perubahan terhadap kerusakan dan kebusukan partai politik kalau kecut masuk partai politik?
Demokrasi yang terbelah Kerusakan politik dan instrumennya akan berakibat mandeknya perjalanan demokrasi dalam Republik. Di alam demokrasi, kenyataannya masyarakat kelas bawah sengsara dan penganggur bertambah, tapi kelompok elite politik dan penguasa justru bergelimang harta.

Politik memang berselingkuh dengan ekonomi. Namun apabila kebijakan ekonomi mengisap rakyat dan menghasilkan kebijakan-kebijakan opresif dan diskriminatif, pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan lapangan kerja--semua sarana yang mestinya dinikmati secara bebas dan menjadi indikator penting dari sebuah negara demokrasi--tertawan oleh kepentingan elite politik.

Selain itu, masalah demokrasi menjadi penyebab utama kejatuhan rezim. Bila melihat gejolak politik di Timur Tengah belum lama ini, krisis ekonomi d dan demokrasi itulah yang m mendorong generasi muda di Timur Tengah melancarkan demonstrasi. Mereka berjuang menumbangkan rezim otoriter demi demokrasi dan pengembangan ekonomi ke arah lebih baik. Dengan menggunakan jaringan teknologi komunikasi mutakhir seperti Facebook dan Twitter, kaum muda yang tertekan bergerak untuk perubahan. Merekalah generasi muda yang menari tari gelombang perubahan di Timur Tengah.

Hampir semua tuntutan rakyat di beberapa negara Timur Tengah membuka keran demokrasi di negara masingmasing. Penolakan terhadap demokrasi merupakan langkah yang mati. Rakyat diperintah rezim-rezim paling buruk yang memaksakan apa yang mereka takuti dari demokrasi.
Jadi, tak usah takut dengan demokrasi.

Artinya, kebajikan demokrasi itu terletak di mana saja, termasuk di Timur Tengah.
Begitu pula nyala sumbu api demokrasi, bisa menyala di negara mana saja. Si penyala api demokrasi itu bisa siapa saja: mahasiswa, politikus, bahkan pedagang asongan.
Generasi politik Di Republik ini, tampak pening katan generasi muda yang ogah berpolitik, konsumtif, individualistis, dan tak bergairah untuk terlibat dalam organisasi-organisasi kepemudaan dan organisasi politik. Ke cenderungan generasi muda yang seperti itu berarti mereka semakin apolitis.

Dunia politik memang gemar memolitisasi ideologi dan menjadikannya slogan kosong belaka. Jika generasi yang ogah berpolitik memilih diam, barangkali bukan karena mereka tak peduli. Mungkin saja mereka takut tercemar oleh kebusukan politik dan rezim korup yang enggan dan takut dengan gerakan perubahan.

Dalam konteks itu, perlu memahami mengapa me reka menjadi apolitis. Di beberapa ne gara Timur Te n g a h , g e nerasi apolitis menjelma menjadi kekua tan baru y a n g ditakuti rezim otoriter.

Rezim otoriter sering salah tingkah dengan berupaya membatasi dan memblokir komunikasi dunia maya; dunia yang paling di g a n drungi gene r a s i apoli tis. Na mun di balik tampilan lahiriah yang apolit i s , s e b e n a r ny a t e r d a p a t sebuah kebenaran paradoksal dalam diri mereka.

Semakin giat sebuah rezim membentuk generasi apolitis, semakin kuat pula kemungkinan ia akan diturunkan generasi yang sama. Rezim yang berikhtiar melanggengkan kekuasaan melalui politik yang melahirkan generasi apolitis suatu saat kelak akan bertemu dengan karmanya.

Negara Tunisia yang kini telah beralih ke pemerintahan baru sebelumnya diperintah rezim diktator dan koruptif Ben Ali. Partai An-Nahda di Tunisia menang dalam pemilu 23 Oktober 2011 dengan 41,47% suara. Partai An-Nahda dan anggota koalisi berkuasa dalam Majelis Konstituante Tunisia mengumumkan pembentukan gerakan mahasiswa bernama Ennahda's Youth at University (EYU).

Menurut Abdelkarim Harouni, anggota Majelis Konstituante yang mewakili Distrik Tunisa 1 dan juga presiden sayap pemuda An-Nahda, mereka menghendaki adanya ruang kebebasan dan konsensus di universitas-universitas di Tunisia. Tujuan aktivitas EYU ialah restorasi lingkungan politik yang moderat di dalam universitas. Yakni, membantu penyolidan tujuan-tujuan revolusi, menguatkan kembali identitas Arab-Tunisia, dan membela hak para mahasiswa untuk bersatu dan berorganisasi politik.

Dalam gerakan partai politik di Indonesia saat ini, hadirnya Liga Mahasiswa NasDem, yang merupakan sayap Partai NasDem, memainkan peran penting dalam mengonsolidasi berbagai gerakan mahasiswa untuk peduli terhadap politik dan partai politik. Dengan moto belajar, berpartai, dan berbakti, Liga Mahasiswa NasDem berupaya membangun iklim dialog yang sehat di antara berbagai kelompok mahasiswa yang memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda. Tentu sayap Partai NasDem ini perlu membuktikan kinerja mereka kepada kaum muda dan rakyat Indonesia dengan konsep politik yang implementatif dan substantif.

Dalam lingkungan politik demokratis, generasi apolitis maupun generasi politik menjadi backbone (tulang punggung) dari gerakan demokrasi. Namun, perlu dibuka cara-cara baru yang membuat generasi penerus Republik ini untuk mulai melihat bahwa lingkungan politik tak selamanya penuh dengan kotoran dan kebusukan.

Oleh karena itu, diperlukan generasi politik sebagai tenaga ampuh yang dapat melakukan perubahan terhadap kerusakan partai politik di Republik ini. Generasi politik yang memiliki kemerdekaan hati nurani didorong rasa kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Mencari-Generasi-Politik-24052012012003.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] Polisi Harus Sita Dokumen Impor Sabu 351 Kg

Dokumen barang akan membuka siapa pengirim sabu seberat 351 kg serta siapa petugas Bea dan Cukai Tanjung Priok yang meloloskan barang itu dari jalur merah ke jalur hijau.

DIREKTORAT Narkoba Polda Metro Jaya seharusnya segera memeriksa Kepala Kan tor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok dan Kepala Bidang Pencegahan dan Penindakan untuk membongkar perusahaan pe masok sabu seberat 351 kg melalui Pe labuhan Tanjung Priok.

Jika polisi hanya puas dengan hasil tangkapan barang bukti senilai Rp702 miliar itu, narkoba dalam jumlah le bih besar akan terus berdatangan se bab otak komplotan tetap dibiarkan

berkeliaran.

Menurut Ketua Umum DPP Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Henry Yosodiningrat, Bea dan Cukai Tan jung Priok adalah pihak paling ber tanggung jawab karena merekalah yang memeriksa dan menentukan sua tu barang masuk jalur merah atau hijau.

“Ya karena barang itu sudah sampai keluar, tentunya melalui proses pemeriksaan oleh petugas Bea dan Cukai,” te gasnya, kemarin. Dia pun mendesak agar Ditjen Bea dan Cukai juga melakukan penyelidikan internal untuk me mudahkan koordinasi dengan pihak kepolisian dalam membongkar ka sus narkoba yang bisa meracuni 35 juta orang itu.

“Okelah mereka tidak dilengkapi me sin X-ray, tapi paling tidak, ada do kumen-dokumen. Dari sana kan bi sa ditelusuri siapa pengirimnya, da ri mana, siapa yang mengambil, dan siapa pejabat yang melakukan pe meriksaan. Dari situ indikasi siapa pe tugas Bea dan Cukai yang terlibat bi sa ketahuan,” papar Henry.

Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok Iyan Ro

biyanto maupun Kepala Bidang Pencegahan dan Penindakan Agus Yulianto belum dapat memberi penjelasan.

Te lepon seluler Agus Yulianto yang bia sanya mudah dikontak pun tidak di aktifkan.

Henry mendesak polisi bertindak ce pat dengan menyita dokumen impor paket pakan ikan yang ternyata ber isi 351 kg sabu dari Bea dan Cukai Tan jung Priok. Dokumen itu akan men jadi petunjuk siapa saja jaringan sindikat narkoba Malaysia-Indonesia tersebut.

Dokumen itu juga akan mengungkapkan siapa pihak Bea dan Cukai yang me meriksa atau pejabat yang menekan agar meloloskan paket itu dari ja lur merah ke jalur hijau. Asal ada ke terbukaan dan niat baik dari Bea dan Cukai Tanjung Priok, Henry yakin polisi dapat membongkarnya.

Kapolda Metro Jaya Irjen Untung S Rajab mengungkapkan barang bukti yang merupakan rekor penangkapan terbesar itu dipasok lewat Pelabuhan Tanjung Priok.

“Tersangkanya satu orang warga negara Malaysia, sisanya orang In

donesia keturunan China,“ je las Untung.

Keempat tersangka yang ditangkap berinisial AK, DR, MW alis A, dan EWH alias J. Adapun otak sindikat, AS, warga Malaysia, dapat meloloskan diri.

Henry menyayangkan pemerintah tidak menggubris saran dan prediksi yang disampaikan Granat mengenai jalur masuk narkoba ke Indonesia.
“Prediksi kami selama ini benar, narkoba yang dalam jumlah besar itu masuknya lewat pelabuhan kontainer melalui kepabeanan. Kami katakan ini sudah lama, hampir 10 tahun, tapi tidak digubris. Jadi ya begini,“ ujar pengacara senior itu. (*/J-1)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Polisi-Harus-Sita-Dokumen-Impor-Sabu-351-Kg-24052012006016.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] Orang Dekat Ani Yudhoyono Pimpin Fraksi Partai Demokrat DPR

Pergantian itu dilakukan dalam rangka penyegaran.'' Edhie Baskoro Yudhoyono Sekjen DPP Partai Demokra

DESAS-DESUS tentang perombakan pimpinan Fraksi Partai Demokrat (F-PD) atau yang lazim disebut sebagai upaya ‘bersih-bersih’ di F-PD DPR akhirnya terwujud.

Ketua F-PD DPR yang sebelumnya dijabat Jaffar Hafsah digantikan anggota Komisi I DPR Nurhayati Ali Assegaf.

Nurhayati ialah mantan Staf Khusus Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Perombakan pimpinan fraksi dan pimpinan alat kelengkapan DPR dari F-PD itu disampaikan oleh Sekjen DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

Selain ketua fraksi, Ibas juga mengumumkan namanama yang mengisi posisi yang lain, yakni Sekretaris Fraksi Saan Mustopa, Wakil Ketua Komisi I Ramadhan Pohan, Wakil Ketua Komisi II Taufi k Efendi, Ketua Komisi III I Gede Pasek Suardika, dan Wakil Ketua Komisi IV Herman Khairon.

Selanjutnya Wakil Ketua Komisi V Mulyadi, Wakil Ketua Komisi VI Benny K Harman, Ketua Komisi VII Sutan Bhatoegana, Ketua Komisi VIII Gondo Radyto Gumbiro, Wakil Ketua Komisi IX Nova Riyanti Yusuf.

Selain itu, Ketua Komisi X Agus Hermanto, Wakil Ketua Komisi XI Timo Pangeran, Wakil Ketua BURT Indrawari Sukandis, Wakil Ketua BAKN Yahya Sacawirya, Wakil Ketua BKSAP Hayono Isman, Ketua Baleg Ignatius Mulyono, Wakil Ketua BK Abdul Wahab Dalimonte, dan Wakil Ketua Banggar Djoko Ujianto.

Menurut Ibas, pergantian itu dilakukan dalam rangka penyegaran. Ia pun berharap pengurus fraksi yang baru bisa bersahabat dengan seluruh fraksi dan bisa berkomunikasi dengan seluruh unsur pimpinan DPR.

“Fraksi Demokrat di DPR bisa terus mendukung program-program pemerintah.

Kami mohon fraksi bisa menjaga soliditas dan sumber aspirasi masyarakat,” ujarnya.

M e n g e n a i p e m i l i h a n Nurhayati untuk menggantikan posisi Jaffar Hafsah, menurut Ibas, itu lebih didasarkan pada alasan profesionalisme, kinerja, dan loyalitas terhadap DPP dan Kawanbin (ketua dewan pembina).

Sementara itu, Saan Mustopa mengatakan penunjukan Nurhayati sebagai ketua fraksi tidak ada kaitannya dengan wacana pencalonan Ani Yudhoyono sebagai capres.

“Tidak ada kaitan, itu pilihan yang rasional,” ujar Saan.

(*/P-3)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Orang-Dekat-Ani-Yudhoyono-Pimpin-Fraksi-Partai-Demokrat-24052012005019.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] DPR Bentuk Tim Pemburu Aset Century

TIM Pengawas (Timwas) kasus Bank Century berencana membentuk tim khusus

untuk memburu aset hasil korupsi yang diduga ada di beberapa negara.



"Timwas berkeinginan membentuk tim khusus untuk datang langsung ke

daerah-daerah yang berkaitan, seperti Swiss, Bahama, Hong Kong, dan

Singapura," ungkap Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di kompleks

parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.



Daerah-daerah itu, tambahnya, merupakan sebagian dari negara-negara yang

diduga jadi tempat dilarikannya uang negara yang dikorupsi dalam kasus

Bank Century.



Priyo menjelaskan, dalam rapat terakhir dengan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) yang dihadiri oleh Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua

KPK Bambang Widjojanto, KPK meminta toleransi waktu kepada DPR agar

berkonsentrasi menangani masalah secara prioritas. Hal itu juga

dibutuhkan untuk mematangkan hasil temuan baru Century.



Menurut Priyo, dengan dua bulan waktu yang telah diberikan, rencananya

pekan depan dewan akan kembali memanggil KPK untuk membahas laporan

hasil audit



investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).



"Karena KPK sudah diberi waktu kurang lebih dua bulan dan permintaan

tersebut dilakukan sebelum reses, hari ini rapat Timwas Century

menjadwalkan untuk memanggil KPK minggu depan," tegas Priyo.



Selain KPK yang dipanggil pada pekan pertama, lanjutnya, pada pekan

berikutnya Timwas Century akan memanggil Kapolri dengan



agenda yang sama.



Kemudian, ujar Priyo, Timwas Century akan sekaligus memanggil Gubernur

Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Jaksa Agung, Menteri Sekretaris

Negara, dan Menteri Hukum dan HAM untuk memastikan pengembalian aset

tindak pidana terkait Century.



"Pemanggilan itu rencananya untuk mematangkan dan mengaktualisasi

prioritas penanganan ka



sus Century. Sekaligus kita ingin mematangkan proses pengembalian dan

pemburuan aset," jelas Priyo.



Kasus Century menyeret enam pesakitan. Mereka ialah Robert Tantular,

Hermanus Hasan Muslim, Hermanus, Oto Sitorus, Tarik Kan (orang Pakistan

berpaspor Inggris), dan Stela. Adapun aliran dana yang ditemukan ialah

Rp13,5 triliun di Hong Kong dan US$16,5 juta di New Jersey. (HZ/P-4)



http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/DPR-Bentuk-Tim-Pemburu-Aset-Century-24052012004005.shtml?Mode=1



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Budaya Hukum kian Merosot

Saat ini yang berdaulat ialah budaya dan ekspansi kekuasaan asing. Pancasila tinggal yatim piatu.

BANGSA dan negara ini menghadapi per soalan serius akibat merosotnya budaya hukum yang luar biasa. Itu bukan karena materi hukum yang bermasalah, melainkan akibat rendahnya komitmen aparat penegak hukum pada semua level.

Hal itu disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD saat menjadi narasumber pada Sarasehan Budaya Nasional di Gedung Nusantara V, Kompleks MPR/DPR/ DPD, Jakarta, kemarin.

“Dulu tidak ada cerita hakim bertemu dengan pihak yang beperkara atau polisi yang mungkin melakukan jual beli kasus. Tetapi sekarang semuanya seperti biasa,“ tukasnya.

Akibat selanjutnya dari krisis hukum itu, kata Mahfud, muncul gejala pembangkangan publik kepada institusi hukum.
Hal itu ditandai dengan semakin maraknya protes masyarakat terhadap hukum.

“Sudah jadi gejala umum, yakni ada ketidaktaatan pada putusan hukum. Ada jaksa diserang, kantor pengadilan dibakar, itu seperti sudah biasa. Ini sangat serius,“ ujarnya.

Lebih lanjut Mahfud menyatakan secara substansi hukum, negara ini sudah cukup baik.
Materi hukum apa pun, menurutnya, sudah tersedia lengkap dan berkualitas. “Ini sesungguhnya soal integritas akhlak aparat penegak hukum. Ini yang membuat budaya hukum itu merosot,“ ujarnya.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, aparat penegak hukum di semua level harus ditata dan itu mesti dimulai dari kepemimpinan nasional. “Berhenti bicara soal substansi hukum. Mari kita bicara menata aparatnya. Penataan itu akan memunculkan budaya hukum yang baik,“ tandasnya. Sarasehan budaya nasional itu terselenggara atas kerja sama MPR dan Universitas Trisakti. Selain Mahfud, hadir dalam acara itu di antaranya Syafii Maarif, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari, Slamet Rahardjo Djarot, Putu Sastra Wingarta, dan Ridwan Saidi.
Yatim piatu Syafii Maarif mengatakan kemerosotan bangsa ini bukan saja pada budaya hukum, melainkan juga budaya nasional secara umum. “Kita tidak lagi berdaulat. Yang berdaulat sekarang ialah budaya dan ekspansi kekuasaan asing.
Pancasila tinggal yatim piatu,“ tukasnya.

Ia menambahkan, sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki tantangan besar, yakni menjadikan kemajemukan tersebut justru sebagai kekuatan. Kuncinya, katanya, terletak pada kearifan seluruh elemen bangsa untuk merawat keanekaragaman yang ada secara arif.

Menurut Syafii, keteledoran merawat mozaik yang indah ini bisa menjadi ancaman yang dapat melemahkan pilar-pilar bangunan bangsa dan negara yang masih belum mencapai proses final.

Pendapat senada disampaikan Tenaga Profesional Bidang Kewaspadaan Nasional (Padnas) Lemhannas, Putu Sastra Wingarta. Menurutnya, merosotnya budaya bangsa akan merongrong ketahanan nasional.

“Kondisinya berada pada fase warning atau waspada. Ini harus jadi peringatan bagi kita semua,“ ucapnya.

Ia mencontohkan pupusnya budaya bangsa yang merongrong ketahanan nasional terutama berasal dari dalam negeri sendiri, yakni tumbuhnya konsumerisme, egoisme, hilangnya kesetiakawanan sosial, tidak ada rasa malu, dan ketidakpedulian terhadap etika. (X-5)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Budaya-Hukum-kian-Merosot-24052012002013.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] Wakil Ketua Umum Partai Golkar Tersangka Korupsi

Fadel membantah telah menjadi tersangka dan terlibat kasus k k i Di

korupsi. iliki b Dia memiliki kti surat bukti t atas t penggunaan silpa

APBD 2001 sebesar Rp5,4 miliar.

MANTAN Gubernur Gorontalo dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel

Muhammad, tersangkut dua kasus korupsi di Gorontalo.



Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) Kejaksaan Tinggi Provinsi Gorontalo

Mohammad Sunarto menyatakan Fadel ialah tersangka dalam kasus penggunaan

dana sisa lebih anggaran (silpa) APBD tahun 2001 sebesar Rp5,4 miliar.



Kasus-kasus itu sempat dihentikan penyidikannya, tetapi kemudian

dilanjutkan kembali oleh kejaksaan, terhitung sejak 14 Mei lalu. Hal itu

dilakukan

setelah gugatan praperadilan yang diajukan Gorontalo Corruption Watch

(GCW) dikabulkan oleh pengadilan negeri setempat.



"Fadel juga berstatus sebagai saksi dalam kasus penyalahgunaan alat

kesehatan tahun 2005 senilai Rp7,9 miliar. Sekarang kami masih melakukan

upaya pemanggilan," ungkap Sunarto di Gorontalo, kemarin.



Kejati Gorontalo telah dua kali melayangkan surat panggilan kepada

mantan orang nomor satu di Provinsi Gorontalo itu, tetapi tidak pernah

ditanggapi. Kajati Gorontalo Siswoyo menyatakan pihaknya akan layangkan

surat panggilan ketiga.



"Mudah-mudahan beliau dapat kooperatif dan dapat memenuhi panggilan

pemeriksaan ini," ujar Siswoyo.



Dia menjelaskan, dalam kasus penyalahgunaan alat kesehatan tahun 2005

senilai Rp7,9 miliar, Kejati Gorontalo telah menetapkan mantan Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Thamrin Podungge

sebagai tersangka. Satu lagi, Richard yang merupakan pelaksana tugas

kontraktor sudah menjadi terpidana dengan vonis empat tahun penjara dari

tuntutan 7,5 tahun penjara.



"Kejati telah melayangkan banding," tegas Siswoyo.

Sudah kembali Ketika dikonfirmasi, Fadel membantah sudah ditetap kan

sebagai tersangka kasus korupsi oleh Kejati Gorontalo. Dia mengaku sudah

mengklarifikasi informasi tersebut langsung ke Kajati Gorontalo Siswoyo.



"Enggak benar itu. Saya sudah kontak Kajati," kata Fadel saat dihubungi,

kemarin.



Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu mengklaim memiliki bukti surat atas

penggunaan silpa APBD 2001 sebesar Rp5,4 miliar. Bahkan, tambahnya, 45

anggota DPRD Provinsi Gorontalo telah mengembalikan uang tersebut.



"Itu para anggota DPRD sudah mengembalikan danadana itu. Ada perjanjian

antara saya dan Ketua DPRD (Amir Piola Isa). Dana itu sudah jadi

tanggung jawab Ketua DPRD," tegas Fadel.



Dia menegaskan dirinya tidak menyebabkan kerugian negara apa pun. "Jadi

tidak ada kerugian negara apa-apa. Saya merasa dizalimi dengan berita

berita ini," tegas Fadel.



Pada Oktober 2011, Fadel juga sempat diberitakan terkena permasalahan

tanah seluas 40 ha kepada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (dulu IAIN

Syarif Hidayatullah). Namun ternyata, masalah itu telah selesai

berdasarkan surat pelepasan hak (SPH) yang telah dimiliki dan diakui UIN

yang dilakukan pada 1996. (OX/Ant/P-4)



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

[Koran-Digital] Australia Sanjung SBY Dalam Negeri Mencibir

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memecahkan rekor sebagai presiden pertama yang memberikan grasi kepada terpidana narkotika.

KEPUTUSAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan grasi kepada tiga warga negara Australia terpidana narkotika--salah satunya terpi dana 20 tahun Schapelle Leigh Corby--menuai kecam an di dalam negeri. Namun di Australia, grasi Corby disam but gembira dan Presiden Yu dhoyono disebut sebagai sa habat baik Australia.

Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr memuji Presiden Yu dhoyono yang memangkas hu kuman Corby. “Dia orang besar. Dia sungguh sahabat baik Aus tralia,” ujar Carr seperti di laporkan The Daily Telegraph kemarin. “Dia telah membuat keputusan yang sangat tepat dan kami menyambutnya dengan gembira,” imbuhnya.

Carr mengatakan telah terdapat iktikad baik antara Indonesia dan Australia.

Keluarga Corby juga berte rima kasih kepada SBY. “Keluarga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Indonesia,” kata Mercedez Corby, kakak Corby, saat ditemui di LP Kerobokan, Denpasar, kemarin. Mercedez juga mengakui

Corby sangat senang.

Presiden Yudhoyono memberikan grasi pengurangan hukuman 5 tahun dari 20 tahun hukuman Corby. Corby ditangkap di Bandara Ngurah Rai Den pasar, Bali, 8 Oktober 2004 de ngan 4,1 kg mariyuana. Dia divonis PN Denpasar 20 tahun penjara. Pengadilan tinggi mengurangi hukuman Corby 5 tahun, tapi Mahkamah Agung (MA) memvonis nya 20 tahun penjara. Corby menjalani hukuman di LP Kero bok an.

Mencatat sejarah Di dalam negeri reaksi keras bermunculan. Mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra menyebutkan SBY memecahkan rekor sebagai presiden pertama yang memberikan grasi kepada terpidana narkotika. “Presiden SBY telah mencatat sejarah. Baru kali ini Presiden memberikan grasi kepada pelaku kejahatan narkotika.“

Menurut Yusril, dengan memberikan grasi, pemerintah menentang kebijakannya sendiri. Di satu sisi melakukan morato rium remisi kepada napi korupsi, narkotika, terorisme, tetapi di sisi lain memberikan grasi.

Wakil Ketua DPR Pramono Anung menilai pemberian grasi kepada Corby menunjukkan adanya tekanan dari Australia kepada Indonesia. “Membe rikan keringanan 5 tahun hukuman penjara pasti ada kaitannya dengan hubungan diplomasi internasional.” Pada kesempatan terpisah, Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI Hikmahanto Juwana mengatakan perlindungan Corby merupakan agenda lokal Australia.

Pu blik Australia menekan peme rintahnya yang pada gilirannya menekan pemerintah Indonesia. Publik Indonesia tentu tidak bisa menerima bila tekanan itu berhasil, apalagi untuk kejahatan perdagangan narkoba yang dapat merusak

generasi penerus bangsa.

Sebelum memberikan grasi bagi Corby, Presiden meminta pertimbangan MA. Ketua MA Hatta Ali meng aku ikut mem berikan per timbangan.

“Pertimbangan nya murni hukum. Itu pun ti dak mengikat,” ujarnya.

Kepala LP Kerobokan Gusti Ngurah Wiratna mengakui grasi Corby sudah dia terima dan akan diserahkan langsung kepada Corby.

Namun, dia menampik kabar Corby akan bebas pada bulan Agustus setelah mendapat grasi itu. (OL/Mad/Che/Hde/Ant/X-4)



http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/Australia-Sanjung-SBY-Dalam-Negeri-Mencibir-24052012001028.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] EDITORIAL Grasi untuk Corby

Grasi untuk Corby merupakan angin segar bagi para bandar untuk terus menjadikan Indonesia sebagai surga narkoba."

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono membuat keputusan aneh.

Ketika narkoba semakin merajalela menjerat anak bangsa, ketika serbuan barang laknat itu dari luar negeri kian menggila, ia justru memberikan grasi kepada Schapelle Leigh Corby, terpidana narkotika asal Australia.

Tidak hanya untuk Corby, Presiden juga memberikan pengurangan hukuman kepada dua warga negara asing lainnya. Menurut Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, grasi tersebut diteken Yudhoyono pada Minggu (20/5).

Hadiah SBY untuk Corby terbilang mencengangkan.
Corby, yang divonis 20 tahun penjara di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali, pada 27 Mei 2005 dan dikuatkan Mahkamah Agung lewat putusan kasasi, mendapat pemotongan hukuman lima tahun. Itulah grasi pertama yang dikeluarkan Presiden untuk terpidana narkoba.

Dengan begitu, Corby yang dibekuk di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, saat menyelundupkan 4,1 kg mariyuana pada 8 Oktober 2004 tinggal menjalani tujuh tahun hidup di bui. Itu pun jika tak ada lagi remisi.

Grasi memang hak prerogatif presiden. Namun, penerapannya tidak bisa serampangan.
Seandainya Corby divonis mati kemudian SBY memberikan grasi menjadi hukuman seumur hidup dengan pertimbangan hak asasi manusia, itu masih bisa diterima nalar.

Akan tetapi, pemberian grasi untuk Corby dengan argumentasi bahwa pemerintah Australia juga banyak memberikan pengampunan terhadap WNI yang melakukan kejahatan di `Negeri Kanguru' pantas digugat. Apalagi, Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr membantah adanya kesepakatan barter tersebut.

Grasi untuk Corby memperlihatkan secara telanjang inkonsistensi pemerintah dalam memerangi narkoba yang semakin ganas merasuki seluruh lapisan masyarakat. Tahun ini bahkan tercatat 5 juta orang Indonesia menjadi pecandu barang haram itu.

Berkali-kali pula SBY menegaskan negara tidak boleh kalah berperang melawan infiltrasi jahat bernama narkoba.
Pemerintah bahkan berketetapan untuk tidak memberikan remisi bagi narapidana narkoba, korupsi, dan terorisme. Namun, pemerintah pula yang menodai tekad mulia dan komitmen suci itu dengan memberikan grasi kepada Corby.

Kita tidak ingin bersyak wasangka buruk bahwa Presiden tak punya nyali menghadapi penetrasi Australia yang sejak awal memang amat gigih membela Corby. Apa iya SBY yang dua kali dipilih lebih dari 60% rakyat untuk memimpin Republik ini tak berdaya meredam tekanan Australia?
Namun dengan pemberian grasi untuk Corby, terpaksa atau tidak, publik harus mengecap pemerintah memang penakut. Kita pun patut iri dengan pemimpin Malaysia atau Singapura yang luar biasa berani melawan tekanan negara mana pun ketika menyangkut perkara narkoba.

Di mata publik Australia, nama Yudhoyono kini harum semerbak. Ia kebanjiran puja-puji, dianggap sebagai teman yang hebat karena bermurah hati mengurangi hukuman Corby. Namun, di lain sisi, SBY telah menggoreskan luka teramat perih bagi rasa keadilan rakyatnya sendiri.

Grasi untuk Corby merupakan angin segar bagi para bandar untuk terus menjadikan Indonesia sebagai surga narkoba. Sungguh menyakitkan!


http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/24/ArticleHtmls/EDITORIAL-Grasi-untuk-Corby-24052012001022.shtml?Mode=1

[Koran-Digital] Paul Craig Roberts: "The Global War on Terrorism" - Are Americans Catching On, Waking Up, Unplugging?

"The Global War on Terrorism": Are Americans Catching On, Waking Up,

Unplugging?



By Dr. Paul Craig Roberts



Global Research, May 19, 2012

paulcraigroberts.com



URL of this article: www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=30930



In response to the question in the title I can report that most of my

readers are. Almost everyone got the point of the last column. They see

the absurdity of the government's claim that the identity of the tough,

macho Navy Seals, who allegedly murdered Osama bin Laden, has to be kept

secret in order to protect our fierce warriors from reprisals from

Muslim terrorists, while those government officials responsible for the

torture and deaths of large numbers of Muslims can walk around, identity

known, unprotected and safe.



A few members of Congress are also awake, but not very many. Indeed, we

are losing two of the most aware--Dennis Kucinich and Ron Paul. Kucinich

was redistricted in order to get rid of his independent voice. He

carried 75% of the votes from that part of his old district that was

included in his new one, but the new voters lacked the intelligence to

vote for him. Ron Paul, in our time of tribulation, tried for the

Republican presidential nomination on a platform of saving the US

Constitution, but those who voted in Republican primaries weren't

interested in saving the US Constitution.



Now we are down to US Rep. Walter Jones. Initially, Jones was a member

of the warmonger crowd. He was angered when the French government cast

doubt on the George W. Bush regime's reasons for the need for war in

Afghanistan and Iraq. Jones

said at that time that he was renaming French Fries "Freedom Fries."



Jones unplugged from the Matrix and has been sentient for some time.

Recently the tyrant Obama and the government operative Panetta, a

political whore who has been in a variety of government positions and is

currently Secretary of Warmongering, announced publicly that, the US

Constitution notwithstanding, the executive branch no longer needed the

authority of Congress to go to war. In our globalist existence, the

authority for the US to initiate hostilities against another country

comes from the UN, declared Obama and Panetta. If the executive branch

can persuade or bribe the UN to give a war OK, Congress is no longer

relevant.



This was too much for the awakened US Rep. Walter Jones. He has

introduced House Congressional Resolution 107, which clearly states that

the president's use of US military in an act of aggression without the

consent of Congress is an impeachable offense.



There is absolutely no question whatsoever that Rep. Jones is correct.

However, you can bet that the Obama regime already has a John Yoo-type

hireling busy at work in the Department of Justice (sic) writing a legal

memo that the US Constitution gives no authority to Congress to declare war.



A person would think that members of Congress would flock to Rep. Jones'

resolution.



After all, it is Congress' own power that is on the line. Normally,

organizations defend their own power. Strangely, the US Congress has not

defended its power since Roosevelt's "New Deal in the 1930s. Because of

the crisis of the Great Depression, Congress gave up its law-making

powers to the executive agencies created by Roosevelt to run the

country. Congress pretends to still be in control by having "oversight"

over the ruling executive cabinet departments and agencies. Cabinet

secretaries, assistant sectaries, and CIA directors have to go testify

and be questioned before congressional committees and all that, like the

Federal Reserve chairman who has unaccountable power over interest rates

and inflation, but the laws are made by the executive branch. Ever since

the 1930s, when Congress passes a law it is merely an authorization for

some executive branch agency to define the law by writing the

regulations. As the executive agency also enforces the regulations, we

have the beginnings of tyranny as the same agency both makes the law and

enforces it. (See, for example, Paul Craig Roberts and Lawrence M.

Stratton, The Tyranny of Good Intentions, Ch. 11, "Abdicating

Legislative Power.")



The roots of tyranny in America go back to the 1930s and even further

back to President Lincoln. The decline of Congress, which was created by

the Founding Fathers to be a powerful political institution, has been a

long term process. However, in recent years the decline of Congress'

power and relevance has accelerated. The Democrats are as responsible

for this as Republicans. If US law had been enforced, and Democrats

could have enforced the law, George W. Bush and essentially the entirety

of his appointees would be in federal prison.



But the Democrats sacrificed the people's power over government in order

that the executive branch could protect us from a terrorism for which no

evidence exists. No terrorist events have occurred since September 11,

2001, except for FBI orchestrated plots that "never endangered the

public." As for the government's 9/11 story, thousands of experts have

their doubts.



So, the US Constitution has simply been discarded on the basis of fear.

First, the fear of the Great Depression, and secondly, the fear of

Muslim Terrorism.



The United States of America is the Constitution. If the Constitution no

longer exists as an enforceable document taken seriously by political

elites, the United States no longer exists. Some other entity has taken

its place.



Think about that. Describe to yourself the characteristics of this new

entity. This will be easier for older people than for the young, who

have been born into the new tyranny.



For the young, tyranny is all they know. For the young, tyranny is normal.



How old does a person have to be to remember when you boarded an

airliner without any security? In previous columns I have pointed out

the tiny, essentially insignificant infractions, that led to the

resignation of President Richard Nixon in order to avoid impeachment.

Compared to Bush or Obama, Nixon was flawless in his observation of US

law and the US Constitution. No one of my generation can possibly

imagine Nixon saying that the UN could replace Congress' authority to

initiate war, or that he could strip US citizens of their liberty and

lives on suspicion alone without evidence or due process of law, simply

on the basis of executive decree. All Nixon did was to lie about when he

learned of a burglary of which he had no prior knowledge and no involvement.



The loss of our liberty is where we are today. Rep. Jones wants to

retrieve Congress' war-making power. He says that those americans who

wish to support this goal should inform their Senators and

Representative and local newspaper of this fact. He provides the

telephone number of the congressional switchboard which can connect you

to the three offices that, allegedly, represent you.



The number is 202 224-3121.



As you know, I keep trying, and so must we all. If we don't keep trying,

it means we accept our loss of our liberty and accountable government.

If we give in now, what was the point of resisting the Soviet threat,

other than profits and power for the military/security complex?



The US government and its media whores, presstitutes as Gerald Celente

calls them, show increasing contempt for the intelligence, or lack

thereof, of the american public. Even americans spaced out on alcohol,

drugs, junk food, television and sports events remember the name Osama

bin Laden. This person, formerly an operative of the US government

against the Soviet Union, was, we were told, the embodiment of total

evil. He was responsible for 9/11.



President George W. Bush declared that Afghanistan's refusal (apparently

another Bush regime lie) to deliver Osama, the alleged (no proof)

perpetrator of 9/11, to US authorities was the justification for

attacking Afghanistan, a country at that time, as now, with two separate

governments at war with one another. Shortly thereafter, Osama became,

magically, the reason to invade Iraq, an old US ally who had attacked

the government of the Iranian Revolution at Washington's behest.



Suddenly america's Iraqi ally had nonexistent "weapons of mass

destruction" that threatened american cities, in the words of Bush's

moronic National Security Advisor, with "mushroom clouds."



How did all this absurdity occur? Yes, what Gerald Celente aptly

designates as "the presstitute media" played a role. However, the whores

were serving their customers, which are the government and private

interests that benefit from war. The American public could have rejected

the spin, but they put yellow ribbon decals on their SUVs and supported

the troops.



If americans were puzzled when the US government abandoned its position

that Osama bin Laden was responsible for 9/11 and announced a new

"mastermind," Khalid Sheikh Mohammed, the presstitutes didn't mention

it. Khalid Sheikh Mohammed was designated the "mastermind of 9/11"

because the US government had in custody this hapless individual,

perhaps sold to them by warlords for the bounty paid for "terrorists."

There's no good in having a mastermind of 9/11 whom you cannot catch. So

Khalid Sheikh Mohammed became the Mastermind of 9/11.



Once designated the Mastermind, the CIA torturers went to work on him,

illegally, of course, but who cares, here was the Mastermind of 9/11.



After Khalid Sheikh Mohammed was water-boarded 183 times with the only

evidence against him being coerced self-incrimination, both the former

chief US prosecutor at Guantanamo, Colonel Morris Davis, and Admiral

Donald Guter, Judge Advocate General of the US Navy, dismissed the

Guantanamo military tribunal trials as show trials or "circuses."



Indeed, the american trials of alleged "terrorists" are even less lawful

than Stalin's show trials of the Bolsheviks, who created the Russian

Revolution in 1917, and Hitler's trials of the German military who

attempted to assassinate him in order to save Germany from destruction.



When america's own chief military prosecutors denounce trials of

alleged "terrorists," the media and the public should take notice. But

not in america where the government believes its own lies as fervently

as the brainwashed public believes the presstitute media



Astonishingly, before a show trial could dispatch Khalid Sheikh Mohammed

as the Mastermind of 9/11, the US government has produced a new culprit.

It was not Osama bin Laden nor Sheikh Mohammed, but Iran that is

responsible for 9/11. In a US federal court judgment issued in December

2011, Iran was found guilty of the 9/11 attacks.

http://www.globalresearch.ca/PrintArticle.php?articleId=30777



So who is responsible for 9/11? If not bin Laden, why did the Navy Seals

allegedly murder him? If not Sheikh Mohammed, why is he being put on

trial after being tortured for years?



The answer is that the criminals in Washington, who control our lives,

no longer care about any of their previous propaganda. They now want to

attack another country on totally false pretenses, as does the extreme

right-wing Israeli government, the cancer of the Middle East



Some of the Israeli military brass and much of the Israeli

security/intelligence brass oppose an attack on Iran as an act of

insanity. Yet, little, if any of the Israeli opposition to war has been

reported in the US presstitute media. In order to negate internal

opposition, the Israeli prime minister has formed a unity government

with the main opposition party, as AIPAC stampedes the US Congress into

voting for war with Iran.

http://news.antiwar.com/2012/05/17/house-bill-shifting-red-line-for-war-on-iran-passes-overwhelmingly/





If the unaware American population can be programmed to believe that

Iran is the 9/11 culprit, then Washington can initiate yet another war

that enriches the military/security complex with money and power.



Will bin Laden's family now sue Washington for blaming Osama for an

offense which Washington now acknowledges he was not guilty? Will Sheikh

Mohammed be found guiltless, because a US federal court now says it was

Iran that was responsible for 9/11?



These would be the results if america had a justice system that was

independent of the needs of the political elites and the private

interests that they serve. But today in america the ruling interests

produce by hook or crook justifications for war that serve the power and

profit of the military/security complex. Whatever the mainstream media

tells you serves this interest.



So, how do we rescue America from its government and from the corrupt

media that serves as a Ministry of Truth for a corrupt government?





Online Marketing by

Constant Contact(R)

www.constantcontact.com







GLOBAL RESEARCH | PO Box 55019 | 11 Notre-Dame Ouest | Montreal | QC |

H2Y 4A7 | Canada





















--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.