Pesawat Sukhoi SJ100 Korban CFIT?
Henry JJ Sumolang Pilot
DARI data yang penulis peroleh dan pelajari, Sukhoi Superjet 100
sesungguhnya merupakan pesawat yang sangat berpotensi menjadi salah satu
pesawat komersial terbaik di kelasnya. Pesawat ini dirancang dengan
bantuan Boeing, berkongsi dengan perusahaan Italia Alenia Aeronautica,
dilengkapi mesin jet Powerjet SAM146 yang irit bahan bakar, serta
dirancang dan dibuat bersama pembuat mesin ternama Snecma Prancis,
sistem navigasi CMC Electronic dari Kanada, sistem avionic dari Thales
Prancis, dan roda pendarat dari Amerika, dll.
Dengan demikian, Sukhoi SJ100 merupakan kombinasi teknologi Airframe
Rusia yang
terkenal. Sistem 'fly by wire', kemudi 'joy stick' Rusia, pengalaman
pesawat jet tempur Sukhoi dengan kemampuan teknologi tinggi, dan
pabrikan peralatan komponen penerbangan negara Barat membuat Sukhoi
SJ100 memiliki keunggulan teknologi yang prima.
Sebab, setiap komponen yang terpasang terdiri dari yang terbaik yang ada
di pasar, kemudian digabungkan menjadi satu dalam Sukhoi SJ100 sehingga
membuat pesawat ini punya masa depan yang menjanjikan.
Walaupun dalam pengembangannya sejak 2007 Sukhoi SJ100 mengalami masalah
teknis--yang dalam hal ini sangat lumrah terjadi pada semua pesawat baru
yang dikenal
dengan 'baby sickness' seperti kerusakan mesin, empat kali pergantian
mesin yang tidak terjadwal yang terpasang pada beberapa pesawat, dan
masalah pada struktur pesawat--dengan perbaikan dan modifikasi di
sana-sini pesawat ini akan semakin baik, sama seperti pesawat-pesawat
baru lainnya sebelum mencapai tingkat 'maturity'. Pada Airbus A380,
misalnya, masih ditemukan 'baby sickness'.
Bila dibandingkan dengan pesawat-pesawat komersial buatan Rusia
sebelumnya, seperti Illusyn dan Antonov sebagai 'peminum' rakus bahan
bakar minyak, yang sangat ketinggalan dari pesawat buatan negara Barat
baik dari segi instrumentasi sistem navigasi maupun performansi, Sukhoi
SJ100 merupakan satu langkah lompatan evolusi yang spektakuler, mengejar
bahkan
melamp a u i dominasi negara Barat di bidang rancang bangun pesawat
komersial. Sukhoi SJ100 bahkan memadamkan pandangan sinis negara-negara
Barat yang beranggapan pesawat komersial buatan Rusia hanya pantas
dipakai perusahaan penerbangan Rusia dan negara-negara sahabatnya.
Sukhoi SJ100 telah mendapatkan sertifikasi dari FAA Amerika dan EASA
Eropa. EASA terkenal sangat `stringent' di dalam memberikan sertifikasi.
Proses pemberian sertifikasi merupakan salah satu keunggulan dari
pesawat ini yang membuktikan bahwa Sukhoi SJ100 memang pantas untuk
dipakai negara-negara Barat dengan adanya beberapa pesanan oleh
negara-negara Barat.
Majalah Flight International edisi 10 April 2012 memberikan pujian
terhadap pesawat ini.
Namun, yang agak merisaukan ialah peralatan advanced flight management
computer and display system CMA9000 buatan CMC Electronic Kanada yang t
e r p a s a n g di Sukhoi SJ100 yang cukup canggih ini ternyata
mempunyai 'optional' untuk penambahan terrain database dan beberapa
komponen guna memperkaya EGPWS karena aspek biaya.
Pertanyaannya, apakah ada TAWS (terrain awareness warning system) yang
sesuai standar pada pesawat nahas tersebut? Atau, apakah peralatan ini
tidak ada terpasang pada pesawat nahas itu sehingga tidak ada peringatan
dini bahwa ada bahaya impact dengan gunung di jalur terbangnya? Perlu
penelitian saksama untuk menjawab pertanyaan besar itu.
Banyak kalangan meributkan dan mempermasalahkan mengapa electronic
locator transmitter (ELT) tidak mengeluarkan sinyal untuk melokalisasi
bangkai pesawat. ELT merupakan alat yang digunakan setelah terjadi
kecelakaan atau 'post accident'. Alat ini bukan tidak penting. Namun,
yang harus menjadi fokus untuk dipermasalahkan ialah mengapa TAWS tidak
dapat menghindarkan pesawat menabrak Gunung Salak. Bukankah jikalau TAWS
dan pilotnya berhasil menghin
darkan pesawat menabrak gunung, ELT tidak diperlukan? ELT merupakan alat
portabel yang diletakkan di dalam kabin pesawat sehingga dapat dijangkau
awak kabin untuk dioperasikan seandainya terjadi kecelakaan baik di
darat maupun di udara. Dengan catatan, ngan catatan, kondisi pesawat
masih utuh dan ada awak pesawat yang selamat untuk mengoperasikannya.
Atau, alat ini akan beroperasi apabila terjadi impact pada alat
tersebut. Dengan melihat kondisi pesawat yang hancur berkeping-keping,
sangat mungkin ELT tersebut ter-'disintegrasi' atau hancur sehingga
tidak dapat berfungsi seperti yang diharapkan.
Banyak pula yang mempertanyakan kenapa pesawat diizinkan menara pengawas
untuk turun pada ketinggian 6.000 kaki, padahal ketinggian minimum di
daerah Gunung Salak 8.000 kaki (peraturan penerbangan merumuskan
ketinggian aman minimum adalah 110% dari tinggi puncaknya).
Dalam hal ini, menara pengawas tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan
karena daerah tersebut merupakan daerah di luar koridor controlled
airspace. Ada pula yang mempermasalahkan mengapa pesawat ini
diperbolehkan `bermain' di daerah Gunung Salak? Seperti yang pernah
penulis lakukan untuk `test flight' pesawat A300 setelah heavy
maintenance/ overhaul atau saat melakukan `joy flight' dengan pesawat
kuno Dakota C47 milik Satuan Udara FASI, daerah udara tersebut,
Pelabuhan Ratu dan daerah Gunung Salak, menjadi pilihan karena merupakan
daerah sepi lintasan penerbangan di bawah 30.000 kaki dan dekat dengan
`home base'. Untuk `bermain' di daerah tersebut diperlukan syarat
visual, tidak boleh masuk ke kabut dan awan.
Operator atau pilot harus mengajukan rencana pener bangan VFR (visual fl
ight rules) kepada pengatur lalu lintas penerbangan. Dengan mengajukan
rencana penerbangan demikian, berarti penerbang harus taat kepada
syarat-syarat peraturan penerbangan yang mengandalkan visualisasi.
Adalah tanggung jawab penuh pilot untuk tetap berada dalam kondisi
kontak visual dengan pegunungan dan rintangan yang ada di sekitar daerah
tersebut. Pemberian 'clearance' untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki
oleh menara pengawas, menurut penulis, semata-mata hanya dimaksudkan
agar tidak ada konfl ik dengan pesawat lain di daerah tersebut yang dapat
dideteksi radarnya. Dengan memberikan clearance untuk turun, petugas
menara pengawas pasti berkeyakinan pilot Sukhoi SJ100 itu dalam keadaan
visual sesuai dengan sifat penerbangan 'joy fl ight' tersebut dan sesuai
dengan aturan VFR.
Banyak pertanyaan yang harus dijawab mengapa CFIT bisa terjadi pada
penerbangan Sukhoi SJ100 yang canggih ini.
Mudah-mudahan penelitian data pada 'black box' dapat meng ungkapkan
pertanyaan besar mengapa pesawat secanggih Sukhoi SJ100 bisa CFIT
sehingga sama seperti kecelakaan CFIT terdahulu. Maka, kesalahan
tersebut dapat dipakai untuk memperbaiki teknologi TAWS yang pada
akhirnya membuat 'zero CFIT' di masa yang akan datang.
Penulisan ini tidak bermaksud untuk mempersalahkan dan membenarkan
pihak-pihak tertentu karena kewenangan untuk mengeluarkan penyebab dan
kesalahan penyebab kecelakaan sepenuhnya di tangan KNKT.
Selamat jalan senior saya Kapten Herman Suladji, sahabat seperjuangan
perbaikan kesejahteraan pilot Garuda di tahun 1979 Kapten Gatot
Poerwoko, serta penumpang dan awak pesawat Sukhoi SJ100.
Rest in peace!
http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/18/ArticleHtmls/Pesawat-Sukhoi-SJ100-Korban-CFIT-18052012020038.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.