Kontroversi Konser Lady Gaga
THOMAS KOTEN Direktur Social Development Center
Lady Gaga tengah menjadi pusat pembicaraan ha ngat di Indonesia. Ini ter
kait dengan penolakan Polda Metro Jaya atas rencana konser perempuan
yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta itu di Stadion
Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 3 Juni nanti.
Persoalan yang diperdebatkan adalah mengapa polisi bersikukuh menolak
konser yang disebut akan menjadi terbesar di Asia tersebut? Dan, mengapa
hanya konser Lady Gaga yang dilarang, sedangkan konser lain seperti Katy
Perry diperbolehkan? Juga mengapa banyak pihak beserta sejumlah ormas,
seperti Front Pembela Islam (FPI) dan beberapa fraksi di DPR ikut
melarangnya?
Polda Metro Jaya, secara spesifik membeberkan alasan penolakan konser
bertajuk `The Born This Way Ball' ini didasarkan pada pertimbangan
keamanan dan pertentangan dengan budaya Indonesia, karena sang penyanyi
kerap mempertontonkan erotisme dan menunjukkan simbol pemujaan terhadap
setan.
Pertanyaan pihak yang kurang setuju dengan pelarangan itu, apakah
sedemikian gawatnya sehingga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan
atau kesusilaan? Atau, benarkah Lady Gaga sedemikian tidak bermoral
sehingga bertentangan dengan nilai agama dan budaya ketimuran yang
menjunjung moralitas, etika, dan sopan santun?
Ancaman budaya dan darurat moral Mempersoalkan konser Lady Gaga di Tanah
Air, seperti penolakan pihak keamanan, sungguh bisa dimengerti.
Itu sejauh kita mengerti mengapa penolakan itu harus dilancarkan karena
di satu sisi, pementasan seperti itu sungguh menohok budaya ketimuran
nan luhur, serta norma-norma agama yang kita pelihara dengan susah payah.
Okelah, pelarangan konser Lady Gaga dianggap kontras dengan peradaban
modern di era globalisasi yang mengagungkan kebebasan berekspresi dan
melabrak hak asasi manusia secara pribadi dan kelompok dalam
beraktivitas. Apala gi, tidak menyebut analisis persoalan potensial yang
memaksa polisi mengambil sikap supertegas di luar kebiasaan.
Lebih jauh, pelarangan itu dinilai kelewatan, mengingat belum ada
batasanbatasan yang jelas menyangkut ketidaksesuaian dengan budaya luhur
atau norma-norma moral dan agama. Karena polisi terkesan masih memilah
antara peraga yang satu dan peraga yang lain. Karena jika Lady Gaga
dianggap mengumbar erotisme yang tidak sesuai dengan budaya luhur
bangsa, harus ada ukuran yang jelas ketidaksesuaian itu. Maka, rumusan
itu berlaku untuk setiap peraga baik lokal, nasional, maupun internasional.
Mengingat, jika yang dipersoalkan adalah menyangkut penampilan
erotismenya, di Indonesia banyak penyanyi dangdut yang biasa pentas di
daerah dan ruang-ruang terbuka yang penampilannya jauh lebih erotis dan
mengundang syahwat. Kalaupun yang dipersoalkan adalah sisi lirik yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama, bukankah banyak lirik lagu musisi
cadas dunia yang pernah tampil di Tanan Air punya lirik yang lebih
parah? Jadi, pelarangan konser Lady Gaga dinilai subjektif dan hanya
tunduk pada tekanan sejumlah pihak.
Tetapi, sesungguhnya pelarangan itu dapat dibenarkan jika dilihat dari
sisi perbaikan moral bangsa, dan dalam usaha untuk tetap mempertahankan
nilai-nilai budaya luhur dan norma-norma agama yang kini sudah
benar-benar terkikis. Okelah, banyak lirik lagu yang jauh lebih parah
daripada lirik lagu milik Lady Gaga. Juga banyak konser dangdut dan
konser-konser lain yang banyak mengumbar erotisme.
Namun, itu tidak berarti kita tetap membiarkan konser-konser seperti itu
terus tumbuh subur di negeri ini kalau itu memang benar-benar
bertentangan dengan budaya luhur dan nilai-nilai agama kita? Harus
diingat bahwa sudah terlalu banyak budaya luhur kita dirusak oleh
masuknya budaya asing yang kurang terkontrol dan disikapi dengan baik.
Jika konser ala Lady Gaga dibiarkan terjadi, bukan tidak mungkin muncul
lagi konser-konser lain yang lebih berani mengumbar erotisme di hadapan
publik bangsa ini, dengan lirik-lirik lagu yang lebih tidak patut. Itu
tidak boleh terjadi karena membuat kesan pemerintah melegalisasi dan
melegitimasi berbagai aksi erotisme di negeri ini. Bisa dibayangkan apa
jadinya jika pemerintah yang bertanggung jawab menjaga moral bangsa,
kemudian malah semakin longgar dengan merestui konser-konser yang
nyata-nyata mengancam budaya luhur kita.
Jika moral bangsa kita semakin hancur. Korupsi, suap, pornografi,
pornoaksi, seks bebas yang mencederai lembaga perkawinan, sungguh telah
merajalela dan semakin tak terbendung. Lalu, apakah dengan demikian,
kita semakin longgar dan terus membuka pintu untuk membiarkan moral
bangsa bertambah hancur di negeri ini, tanpa upaya sekecil apa pun untuk
mencegahnya?
Secara komersial, benar bahwa konser Lady Gaga menyajikan keuntungan
besar. Tetapi, bisa tanpa disadari daya rusaknya terhadap moral bangsa
untuk jangka panjang jauh lebih besar. Khususnya, bagi generasi muda,
tentu sangat riskan jika segala konser yang bertentangan dengan budaya
luhur dan norma-norma agama dibiarkan terus beraksi di ruang-ruang
publik bangsa ini.
Ujian bagi pemerintah Karena itu, meski pelarangan pihak keamanan itu
mengandung sisi negatifnya, ada nilai positif yang mesti dijunjung
tinggi dan dihormati. Lebih dari sekadar perdebatan soal moralitas, dan
nilai-nilai agama dan budaya yang luhur negeri ini, apa yang ada di
balik kontroversi konser Lady Gaga adalah batu ujian bagi pemerintah
tentang sikapnya sebagai penanggung jawab langgengnya moral bangsa dan
lahirnya generasi muda, yang tidak kebablasan dalam berperilaku.
Mungkin pengaruh negatif konser Lady Gaga tidaklah banyak untuk saat
ini, tetapi itu tidak bisa dianggap sepele.
Perlu dicatat bahwa kerusakan moral bangsa ini sudah sangat parah dan
jangan diperparah lagi, dengan membiarkan pintu-pintu kerusakan moral
bangsa dan budaya terbuka lebar, sehingga kebobrokan kian tidak
terkendalikan.
http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/05/23/ArticleHtmls/Kontroversi-Konser-Lady-Gaga-23052012004021.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.