TAJUK, Peraturan Menteri versus Dunia Usaha PDF Print
Tuesday, 22 May 2012
Egoisme kementerian dalam menerbitkan berbagai peraturan menteri
(permen) adalah sumber ancaman pelambatan pertumbuhan ekonomi
nasional.Disadari atau tak disadari, tidak sedikit permen yang
diterbitkan tanpa koordinasi dengan kementerian satu sama lain yang
justru bertentangan dan menyusahkan dunia usaha.
Selama ini bicara soal pelambatan pertumbuhan ekonomi lebih banyak
menyorot pada pengaruh eksternal di antaranya kondisi perekonomian
global terutama di kawasan Eropa yang terus terpuruk. Padahal, persoalan
begitu nyata di depan mata yang bernama permen buah egoisme kementerian
cenderung diabaikan. Bila terjadi egoisme kementerian didalam
menerbitkan permen tanpa upaya serius mengantisipasinya, jangan pernah
membayangkan fundamental perekonomian nasional bisa menopang pertumbuhan
ekonomi domestik yang berkesinambungan.
Apalagi untuk menopang memasuki era masyarakat ekonomi ASEAN tiga tahun
ke depan. Berbagai permen yang tumpang tindih terutama berkaitan dengan
perekonomian akan berdampak pada tingginya biaya produksi dan logistik,
daya saing lemah, dan persoalan birokrasi kian berbelit dan tidak
bersahabat dengan dunia usaha. Persoalan egoisme kementerian itu kini
disorot tajam oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Seperti diakui Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan
Logistik, Natsir Mansyur, keluhan dunia usaha masih seputar kebijakan
terutama berkaitan sejumlah permen yang tumpang tindih. "Sudah hampir 10
tahun terakhir tidak ada perubahan signifikan, keluhan dunia usaha masih
di situ-situ saja," kata Natsir dalam keterangan pers kemarin. Bicara
soal ideal, seharusnya sebuah kebijakan atau permen yang terkait dunia
usaha sebelum diterbitkan hendaknya mendengar suara pelaku usaha.
Hal ini tentu bukan sekadar untuk basa-basi,melainkan juga ada payung
hukum yang menaunginya yakni Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1987 yang
menegaskan bahwa Kadin adalah mitra kerja pemerintah. Dalam situasi
seperti itu, Kadin hendaknya juga tak boleh sekadar menunggu bola, harus
rajin membuka dialog dan memberikan masukan kepada kementerian untuk
membuat aturan yang sejalan dengan kepentingan dunia usaha.
Kalau Kadin sekadar bertahan menunggu permen terbit lalu mengkritisi,
hal itu juga kurang benar. Sejak awal tahun ini sejumlah kebijakan
kementerian dinilai bertabrakan satu sama lain. Misalnya di satu sisi
Kementerian Perdagangan terus berupaya mendongkrak arus ekspor untuk
mengimbangi derasnya serbuan impor, yang kini mengancam neraca
perdagangan menjadi defisit.
Tetapi di sisi lain,Kementerian Keuangan mengeluarkan kebijakan yang
mengerem laju ekspor untuk sejumlah komoditas. Dalam kebijakan atas nama
menata sumber daya alam tepatnya mineral, menteri keuangan menerbitkan
peraturan soal besaran bea keluar untuk 14 jenis komoditas mineral.
Peraturan itu di mata pengusaha yang bergerak di bidang ekspor komoditas
mineral tentu tidak senafas dengan kebijakan kementerian yang
menerbitkan aturan memudahkan pengusaha berpartisipasi dalam
meningkatkan ekspor.Tetapi, permen itu harus dikecualikan dari tudingan
Kadin sebagai sebuah egoisme kementerian. Sepertinya kebijakan itu
memang tidak sejalan, tetapi pada prinsipnya tujuannya sama.
Kebijakan bea keluar tersebut salah satu program pemerintah untuk
meningkatkan nilai tambah mineral sebelum diekspor melalui pengolahan
dan pemurnian,yang pada ujungnya meningkatkan nilai ekspor dan membuka
lapangan kerja di dalam negeri sehingga kuncinya dialog pemerintah
dengan pelaku bisnis jangan terputus
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496833/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.