TAJUK, Saatnya Generasi Baru PDF Print
Wednesday, 23 May 2012
Harus diakui negeri ini mempunyai persoalan pada regenerasi.Jadi tak
heran jika hampir di semua bidang, negara ini selalu kalah bersaing
dengan negara-negara lain. Regenerasi selama ini masih sekadar wacana
tanpa tindakan konkret.
Regenerasi masih pada tataran renyah didiskusikan,tapi masih alot dalam
melaksanakannya. Hasilnya, bangsa ini masih jauh dari kata maju. Padahal
syarat sebuah kemajuan suatu bangsa adalah bagaimana proses regenerasi
berjalan. Yang paling tampak ada kegagalan regenerasi adalah di bidang
politik. Setelah 14 tahun reformasi berjalan, pascatumbangnya rezim Orde
Baru (Orba),negeri ini belum sekalipun memunculkan regenerasi pemimpin.
Empat presiden di Era Reformasi yang telah memimpin bangsa bukanlah
contoh terjadi perubahan generasi baru.Pada periode 2014-2019 negeri ini
bahkan diprediksi belum juga akan memunculkan sosok pemimpin baru yang
artinya regenerasi kepemimpinan kembali mandek.Beberapa tokoh lama atau
generasi tua masih saja ingin tampil di depan untuk memimpin bangsa ini.
Beberapa tokoh lama atau tua saat ini justru sibuk menganggap dirinya
layak memimpin bangsa ini. Mereka berlomba meningkatkan popularitas
dengan terus membujuk masyarakat.Ada tokoh lama yang secara
terang-terangan ingin memimpin negeri ini, ada yang masih malu-malu
dengan mengatakan jika masyarakat yang menghendaki, dirinya siap,
ataupun dengan kalimat lebih halus bahwa 2014 masih lama.
Tapi muara dari kalimat-kalimat tersebut adalah sama yaitu tokoh-tokoh
lama masih mempunyai keinginan dan kepentingan untuk memimpin bangsa
ini. Para tokoh-tokoh lama memang pada akhirnya bermain di dua muka.
Pada muka lain, para tokoh-tokoh lama tersebut terus mengumandangkan
pentingnya sebuah generasi. Mereka memang menyadari bahwa regenerasi
adalah sebuah semangat positif tentang pembaharuan.
Namun,itu sekadar wacana karena pada praktiknya para tokoh lama ini
masih meletakkan generasi baru di belakang mereka. Untuk urusan
kepemimpinan bangsa ini, kita tertinggal dengan negara-negara tetangga
di ASEAN.Tengok Thailand yang memiliki seorang pemimpin berumur 44 tahun
yaitu Yingluck Shinawatra. Filipina dipimpin oleh tokoh berusia 52 tahun
bernama Benigno Aquino III.
Di Amerika Serikat tampil Barack Obama yang ketika dipilih menjadi
presiden ke 44 masih berumur 48 tahun. Masih banyak negara lain yang
berani menampilkan pemuda-pemudanya untuk memimpin negeri ini. Jadi
selama 14 tahun memasuki era baru yaitu reformasi,negeri ini belum
mengalami kemajuan yang signifikan. Bukan karena semangat reformasinya
yang gagal, melainkan semangat regenerasinya yang mandek.
Reformasi terasa mandek karena yang menggerakkan adalah orang lama
dengan gaya yang masih lama. Bayangkan jika negeri ini dipimpin oleh
generasi baru dengan tata kelola reformasi, negeri ini dipastikan akan
melangkah lebih maju. Padahal negeri ini mempunyai filosofi kepemimpinan
yang luar biasa yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani.
Itulah warisan konsep kepemimpinan dari salah pendiri negeri ini. Di
depan memberi contoh, di tengah membangun ide, dan di belakang
memberikan dorongan. Jika berjiwa besar, biarkanlah ing ngarsa sung
tuladha dan ing madya mangun karsa diberikan kepada generasi baru.
Sedangkan generasi lama yang juga merupakan pemimpin bangsa ini lebih
menempatkan diri pada tut wuri handayani.
Tak mustahil jika para pemimpin negeri ini menggunakan secara tulus
konsep warisan tersebut,negeri ini akan menuju ke arah yang jauh lebih
baik.Sudah saatnya negeri ini melakukan regenerasi.●
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497160/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.