Ukuran Kekayaan Nasional PDF Print
Thursday, 24 May 2012
Pasar keuangan dunia, termasuk Asia Tenggara, guncang lagi. Akankah
pasar keuangan dunia jatuh drastis lagi seperti pada 2009? Kita ingat
bahwa krisis global pada 2009 segera secara cepat menjalar ke seluruh
dunia garagara bangkrutnya Lehman Brothers di Amerika Serikat.
Kini ada kemungkinan pemerintah Yunani akan bangkrut, dan diikuti dengan
kebangkrutan negara lain seperti Spanyol, Italia, dan Portugal.
Kebangkrutan empat negara ini dapat mengguncang perekonomian Eropa yang
kemudian berdampak pada perekonomian dunia. Kalau pada 2009 Indonesia
dapat menghindar dari dampak yang luar biasa dari krisis global, akankah
Indonesia mampu mengulangi prestasi ini?
Pada 2009, ketika banyak negara mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi
yang dahsyat, bahkan banyak yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif,
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menurun sedikit,masih mencapai
4,5%.Kalau krisis global (yang kedua, setelah yang pertama pada 2009)
benar-benar terjadi tahun ini, bisakah pertumbuhan ekonomi dipertahankan
pada 4,5% atau bahkan lebih?
Namun, tulisan ini tidak akan membahas berapa persen pertumbuhan ekonomi
Indonesia kalau krisis global kedua benar-benar terjadi. Ada hal yang
jauh lebih penting untuk diperhatikan dalam memahami perekonomian
Indonesia: benarkah pertumbuhan ekonomi pengukur utama pembangunan
ekonomi kita? Saat ini sudah makin banyak ekonom di dunia yang merasakan
kekecewaan pada pertumbuhan ekonomi sebagai pengukur utama pembangunan
ekonomi.
Para ekonom dunia seperti Joseph Stiglitz,Amartya Sen, dan Jean-Paui
Fitoussi pada 2009 telah menghasilkan laporan yang menyarankan
alternatif pengukuran pembangunan ekonomi—bukan dengan pertumbuhan
ekonomi. OECD (organisasi ekonomi negara kaya),yang dibentuk pada 1961
dengan tujuan melanggengkan pertumbuhan ekonomi di negara anggota
mereka,pun sejak 2010 telah menggunakan 11 indikator,bukan hanya
pertumbuhan ekonomi, untuk mengukur kemajuan perekonomian mereka.
Bulan depan,Juni 2012,Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan
menyelenggarakan konferensi mengenai Pembangunan yang Berkelanjutan
(Sustainable Development) di Rio de Janeiro, Brasilia. Pada konferensi
yang juga disebut dengan Rio+20 Conference pada 2012 akan disampaikan
hasil penelitian mengenai kekayaan nasional yang inklusif (inclusive
wealth).
Dalam laporan ini diperlihatkan ketidakpuasan para penulis terhadap
indikator konvensional seperti produksi domestik bruto (gross domestic
product) yang hanya melihat sisi produksi. Produk domestik bruto
merupakan pengukuran jangka pendek. Mungkin saja suatu saat pendapatan
tinggi, tetapi tidak berkelanjutan. Karena itu,mereka menyatakan
perlunya mengukur kekayaan suatu negara, bukan sekadar pendapatan.
Mereka memberi contoh, ada negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi,
tetapi sumber daya alamnya habis dengan cepat.Kalau kita mengukur
keberhasilan pembangunan ekonomi dengan kekayaan, negara itu tidak perlu
berbangga dengan pertumbuhan ekonominya yang tinggi karena kekayaan
mereka (dalam hal ini sumber daya alam) habis dengan cepat. Banyak
negara, termasuk Indonesia,yang bangga dengan sumber daya alam mereka.
Mereka "pasarkan" sumber daya alam itu ke pasar dunia agar menarik
investasi di sumber daya alam. Akibatnya, investasi asing meningkat luar
biasa. Ekspor sumber daya alam meningkat dengan amat cepat.Pertumbuhan
ekonomi melaju. Sialnya, suatu saat, sumber daya alam itu habis,dan
masyarakat di negara itu tidak dapat lagi menikmati sumber daya alam
yang berlimpah karena telah habis diekspor.
Di pihak lain, pengukuran kekayaan memperhatikan apa yang terjadi
sekarang dan masa mendatang.Pembangunan ekonomi bukan mempercepat
pertumbuhan ekonomi masa kini tanpa memperhatikan apa yang terjadi di
masa depan, untuk generasi anakcucu- cicit. Dalam laporan yang sedang
disiapkanuntukkonferensiPBB pada Juni itu terdapat empat macam modal
untuk mengukur kekayaan.
Pertama,modal alam, yang mencakup semua sumber daya alam,tanah,dan
lingkungan. Kedua, modal konvensional, yaitu modal yang diproduksi
seperti bangunan dan mesin. Ketiga, modal manusia, yang terdiri atas
berbagai hal seperti pendidikan dan kesehatan.Keempat, modal sosial yang
mencakup berbagai hal seperti kelembagaan dan jaringan kerja.
Empat modal tersebut harus diukur untuk mengetahui kekayaan suatu
daerah/negara. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan, statistik
kekayaan per kapita harus digunakan untuk mengganti statistik pendapatan
per kapita; dan kenaikan kekayaan menjadi pengganti pertumbuhan ekonomi.
Laporantersebutakanmenggambarkan jumlah dan perubahan kekayaan 20 negara
di dunia,yang mencakup 72% dari seluruh pendapatan nasional di dunia dan
56% penduduk dunia selama19 tahun.
Brasil dan India, sebagai contoh,mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cepat, tetapi dengan biaya yang besar pula selama 1990–2008. Pada masa
itu modal alam menurun dengan 25% di Brasil dan 31% di India. Indonesia
belum termasuk negara yang dibahas dalam laporan tersebut.Ada baiknya,
Indonesia mengambil inisiatif untuk segera menghitung kekayaan Indonesia
pada tingkat nasional, provinsi, dan kota/ kabupaten. Statistik ini
dapat digunakan untuk pengganti pendapatan nasional.
Dengan kata lain,kemajuan pembangunan Indonesia diukur dengan
peningkatan kekayaan dan kekayaan per kapita, bukan pertumbuhan
pendapatan dan pendapatan per kapita. Selanjutnya, dalam usaha
mengurangi dampak negatif krisis global kedua yang mungkin terjadi,
Indonesia tidak perlu berfokus pada pertumbuhan pendapatan nasional.
Sebaliknya, Indonesia sebaiknya menitikberatkan pada peningkatan
kekayaan (yang diukur dengan empat modal tadi).
Krisis keuangan dan ekonomi dunia ini justru dapat digunakan sebagai
momentum yang tepat untuk mengganti pengukuran pembangunan ekonomi di
Indonesia. Pergantian pengukuran ini juga berarti pergantian kebijakan
pembangunan ke arah pembangunan yang berkelanjutan. Kita tidak perlu
kaget dan marah kalau dengan statistik kekayaan ini ternyata pembangunan
Indonesia tidak sehebat yang dibayangkan dengan statistik pendapatan
nasional.
Kita memang sedih, tetapi statistik ini akan lebih mampu memperlihatkan
apa yang telah terjadi sehingga perekonomian Indonesia dapat maju secara
berkelanjutan.● ARIS ANANTA Ekonom-Demografer
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497506/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.