Peta Politik Pilpres Mesir PDF Print
Wednesday, 23 May 2012
Dalam dua hari ke depan (23dan24/5),Mesirakan menggelar pemilihan
presiden (pilpres) pertama pascarevolusi. Dari 13 calon presiden
(capres) yang tersisa (setelah 10 capres lainnya dianulir oleh Komisi
Pemilihan Umum setempat), nama-nama yang dianggap mewakili dua kubu
islamis dan loyalis Mubarak menjadi "dua tim" terkuat dalam bursa
Pilpres Mesir.
Hiruk-pikuk politik Mesir pascarevolusi memang semakin
mengkristalpadapertarungan dua kubu besar; kelompok islamis dan loyalis
Mubarak. Kubu yang pertama diwakili oleh kelompok-kelompok islamis,
khususnya Ikhwan Muslimin melalui sayap politiknya, Partai Kebebasan dan
Keadilan ((Hizbul Hurriyah wal 'Adalah) dan kelompok salafi melalui
Partai Nur Salafiy (Hizbu An-Nur As-Salafiy). Sedangkan kubu loyalis
Mubarak diwakili oleh mantan pejabat tinggi negara pada era Mubarak.
Kelompok Islamis
Secara realistis, kelompok islamis berpeluang besar memenangi
"pertarungan puncak" kekuasaan pada Pilpres Mesir mendatang. Apalagi
kelompok islamis sebelumnya berhasil memenangi pemilihan legislatif
hampir secara mutlak; hampir 70% dari total kursi yang ada di parlemen.
Bila pada akhirnya kelompok islamis benar-benar berhasil memenangi
Pilpres Mesir mendatang, ini akan menjadi kemenangan yang sempurna bagi
mereka.
Di satu sisi, mereka telah berhasil menguasai kekuasaan legislatif. Di
sisi lain, dengan memenangi pilpres, mereka juga akan menguasai
kekuasaan eksekutif. Dalam kondisi seperti ini, dipastikan tidak ada
kekuatan apa pun yang mampu mengontrol kekuasaan kelompok islamis ke depan.
Inilah yang menjadi kekhawatiran banyak pihak di Timur Tengah mutakhir
terkait dengan dominasi politik dari kelompok islamis di Mesir, termasuk
di kalangan negara-negara Arab. Karena bukan tidak mungkin kekuasaan
kelompok islamis di Mesir yang sedemikian besar seperti dalam beberapa
waktu terakhir akan mengganggu stabilitas politik di negara-negara mereka.
Loyalis Mubarak
Hampir dipastikan saat ini tidak ada kekuatan politik apa pun yang mampu
menandingi kekuatan kelompok islamis, termasukkelompok nasionalissekular
(bahkan kelompok revolusi sekalipun). Satu-satunya kekuatan yang
diperkirakan mampu melawan dominasi kelompok islamis ke depan adalah
kelompok militer dan para loyalis Hosni Mubarak. Kelompok islamis
sepenuhnya sadar dengan kekuatan loyalis Mubarak yang bisa mempersulit
langkah politik mereka.
Itu sebabnya kelompok islamis tampak berusaha menggunakan waktu yang
tersedia untuk menjegal langkah para capres yang pernah memangku jabatan
strategis pada era Mubarak seperti Omar Suleman (mantan wakil presiden),
Ahmad Syafiq (mantan perdana menteri),dan Amru Mosa (mantan menteri luar
negeri). Parlemen Mesir yang dikuasai oleh kelompok islamis bahkan telah
mengesahkan undangundang yang diproyeksikan mampu menjegal langkah
loyalis Mubarak dalam pilpres mendatang.
Pada beberapa bagian, manuver politik kelompok islamis di atas menuai
sukses besar. Faktanya,Omar Suleiman yang sempat maju ke bursa pilpres
berhasil dihentikan di tengah jalan. Tapi pada bagian yang lain, manuver
yang ada tidak berjalan efektif. Hal ini terlihat jelas dari keberadaan
Amru Mosa dan Ahmad Syafiq yang tetap bertahan sebagai capres sampai
sekarang.
Kalkulasi Politik
Secara politik para loyalis Mubarak mempunyai kekuatan yang tak kalah
tangguh dibanding kekuatan kelompok islamis,khususnya Ikhwan Muslimin.
Keduanya sama-sama mempunyai struktur yang sangat mengakar. Sebagaimana
kedua kelompok ini juga mempunyai pengalaman politik yang sangat matang.
Kendati demikian, kedua kelompok di atas juga samasama mempunyai
kekurangan dan kelemahan yang bisa digunakan oleh lawan-lawan politiknya.
Bagi kelompok islamis, kecenderungan yang bersifat sektarianistik dan
antinasionalisme merupakan kelemahan yang paling mendasar. Kelemahan ini
bisa digunakan oleh kelompok antiislamisuntuk "menakut-nakuti"
masyarakat Mesir yang selama ini terbiasa hidup dalam semangat
kebangsaan dan kebebasan. Hingga mereka tidak memilih capres dari
kelompok islamis. Adapun kelemahan para loyalis Mubarak adalah realitas
mereka sebagai pendukung rezim Mubarak yang telah ditumbangkan.
Mendukung mereka sama halnya dengan mendukung kembalinya rezim Mubarak
yang juga berarti mengandaskan cita-cita revolusi. Inilah senjata
kelompok islamis yang terus digunakan sampai sekarang untuk "menikam"
para loyalis Mubarak, khususnya yang masih bertahan di daftar capres
Mesir. Karena itu, tak berlebihan bila dikatakan bahwa situasi politik
mutakhir di negeri piramida itu menjadi buah simalakamabagi kelompok
nasionalisliberal dan kelompok revolusi.
Memilih kelompok islamis hampir tidak mungkin bagi mereka karena ada
perbedaan yang bersifat ideologis. Sebagaimana mereka juga hampir
mustahil merapat ke kelompok loyalis Mubarak yang sudah dijadikan
sebagai musuh bersama.Sementara pada waktu yang bersamaan, mereka tidak
punya kemampuan untuk menghadapi dua kekuatan besar di atas. Siapa yang
akan benarbenar menjadi pemenang dalam Plipres Mesir mendatang?
Tentu hanya Tuhan dan rakyat Mesir yang bisa memastikannya. Namun,hampir
bisa dipastikan, sang pemenang tidak terlepas dari dua kelompok besar di
atas dengan capresnya masing-masing. Bila benar terjadi demikian, semua
ini berarti kekalahan telak bagi kekuatan revolusi. Karena sebagaimana
telah disampaikan, para loyalis Mubarak tak lain adalah para pendukung
rezim lama yang ditumbangkan oleh revolusi.
Sedangkan kelompok islamis tak lain adalah "para pembajak" revolusi
yangtidakkeluar "keringat" sedikit pun dalam aksi menumbangkan Mubarak
kecuali pada masa-masa terakhir, tepatnya setelah Hosni Mubarak berhasil
dilengserkan.● HASIBULLAH SATRAWI Pengamat Politik Timur Tengah dan
Dunia Islam pada Moderate Muslim Society (MMS) Jakarta; Alumnus
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497156/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.