Diversifikasi dan Ketahanan Energi
RAKHMADI KUSUMO SMN MSC Direktur Eksekutif Centre of Energy and
Resources Indonesia (CERI), Anggota Masyarakat Energi Terbarukan
Indonesia (METI)
Pertumbuhan ekonomi mempercepat dan mem perbesar konsumsi energi suatu
bangsa sehingga ketersediaan energi men jadi sangat strategis. Setiap
negara bersikeras untuk memenuhi kebutuhan energi domestik, tak peduli
apakah negara tersebut memiliki banyak cadangan energi atau tidak.
Di Indonesia, Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi menyatakan
setiap orang berhak untuk memperoleh energi dan merupakan kewajiban
pemerintah untuk melakukan pengelolaan, sehingga ketersediaan energi
dapat terjamin.
Di satu sisi, Indonesia kini mengalami ketimpangan pada eksplorasi dan
eksploitasi energi fosil. Rasio cadangan per produksi liquid (cair)
lebih kecil dari rasio cadangan per produksi gas.
Kita saat ini bisa dibilang dalam kondisi declining rate untuk produsi
minyak.
Kondisi itu menyebabkan kepunahan liquid akan lebih cepat dibandingkan
dengan kepunahan gas. Jelas hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia
harus segera mengalihkan fokus pengelolaan energi fosil dari liquid ke
gas, serta memberdayakan potensi energi lainnya.
Ketahanan energi dan kestabilan pasokan energi masa kini dan di masa
mendatang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Meledaknya jumlah populasi di Indonesia semakin menambah ketergantungan
Indonesia kepada bahan bakar minyak (BBM), keterbelakangan infrastruktur
pengolahan gas alam, serta ketidakbijakan rasio pemakaian dan ekspor
batu bara merefleksikan Indonesia harus segera bertindak efektif dalam
menanggulanginya.
Ironisnya, pembenahan-pembenahan yang saat ini dilakukan pemerintah
bukanlah pembenahan hulu, melainkan penanggulangan hilir, itu pun
bersifat relatif. Selama ini, pemerintah hanya di sekitar mengutak-atik
APBN dan mengampanyekan hal-hal kontemporer yang manfaatnya jauh lebih
kecil ketimbang pembenahan sektor hulu pengelolaan energi.
Contohnya, kampanye mematikan lampu selama satu jam pada hari Bumi.
Padahal, keberhasilan banyak negara dalam kebijakan penghematan atau
efisiensi energi ditentukan oleh kesuksesan dalam melakukan penghematan
energi pada sistem infrastruktur energi dan sistem pengawasannya.
Fakta menunjukkan, kebijakan diversifikasi energi Indonesia saat ini
masih terlambat. Pasalnya, pertumbuhan energi non-BBM cenderung lamban
dan masih tingginya konsumsi BBM. Dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam
mencanangkan program-program diversifikasi energi beserta
implementasinya di lapangan.
Pemerintah telah meluncurkan visi energi jangka panjang hingga 2025.
Pada tahun itu pemerintah berharap terjadi perubahan bauran energi di
Tanah Air, dengan tidak lagi menjadikan BBM sebagai bahan bakar utama.
Pada tahun tersebut, diharapkan peran BBM dalam energi nasional hanya
tersisa 20 persen sementara gas alam dan batu bara meningkat menjadi 30
persen. Sedangkan energi terbarukan, yaitu panas bumi dan biofuel
berkontribusi sekitar 17 persen.
Konversi minyak tanah Diperlukan sejumlah langkah agar Indonesia bisa
mencapai ketahanan energi. Pertama, mengubah mentalitas minyak bumi
menjadi mentalitas energi.
Saat ini, langkah awal pengalihan mentalitas tersebut sudah dilakukan
melalui program diversifikasi dan konservasi energi secara nasional dan
terukur.
Berdasarkan data yang dikeluarkan PT Pertamina (Persero), lebih dari 50
juta tabung elpiji telah disalurkan ke seluruh masyarakat Indonesia di
berbagai wilayah, mulai dari Sabang sampai Merauke. Tingkat konsumsi
elpiji juga mengalami lonjakan yang sangat berarti, dari hanya 1,1 juta
ton pada 2007 menjadi lebih dari 4,7 juta ton pada 2011.
Keberhasilan pemerintah dan Pertamina dalam melakukan konversi minyak
tanah ke elpiji ini mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Pada
forum LPG internasional yang diadakan di Doha, Qatar, Oktober 2011,
negara-negara berkembang lainnya menjadikan program konversi minyak
tanah di Indonesia sebagai model percontohan. Apabila kita mampu
melakukan proses konversi minyak tanah ke elpiji dengan sukses,
seharusnya kita juga bisa melakukan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG).
Langkah kedua, memasukkan program konservasi dan diversifikasi energi ke
dalam struktur pembangunan nasional. Caranya, antara lain dengan memaksa
konversi penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan ke energi
terbarukan, seperti bahan bakar nabati, panas bumi, tenaga air, dan
tenaga surya atau bahkan nuklir.
Kemudian, mempersiapkan infrastruktur energi termasuk perangkat hukum,
riset, pembiayaan, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Kalau tidak
disiapkan sejak sekarang, sulit bagi Indonesia memasuki tahapan konversi
energi berikutnya, yaitu dari energi fosil menjadi energi terbarukan.
Untuk transportasi yang masih didominasi BBM, sebaiknya digunakan BBG.
Energi panas bumi Indonesia memiliki prospek yang cerah untuk
pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai energi alternatif.
Sumber energi yang ada sangat besar dan beragam, seperti panas bumi,
hydropower, bioenergi, energi surya, energi angin, dan lainnya.
Sumber energi terbarukan terbesar yang dimiliki Indonesia adalah
hydropower yang mencapai 75 gigawatt (GW) dan panas bumi (29 GW).
Bahkan, Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar di dunia.
Dari potensi yang ada saat ini, yang dimanfaatkan hanya sebagian kecil,
yaitu 5,6 persen untuk hydropower dan 4 persen untuk panas bumi.
Memang, barrier to entry dalam membangun hydropower lebih mudah apalagi
untuk skala yang kecil. Kita dapat bekerja sama langsung dengan pemda
setempat untuk mencari titik air yang memiliki debit air yang cukup
tinggi, sehingga bisa melewati proses pelelangan yang bisa saja akan
memakan biaya lebih besar.
http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/05/23/ArticleHtmls/Diversifikasi-dan-Ketahanan-Energi-23052012004014.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.