Menjadi Pemimpin Inspiratif PDF Print
Saturday, 19 May 2012
Setiap perusahaan membutuhkan pemimpin inspiratif. Pemimpin inspiratif
mampu mendorong karyawannya untuk berusaha mewujudkan misi perusahaan.
Ia menyebarkan virus semangat serta rasa memiliki kepada
karyawannya.Tentunya,hal ini bukanlah terjadi begitu saja. Seorang
pemimpin inspiratif melakukan "apa yang seharusnya dilakukan". Bahkan,
ia bukanlah tipe seorang atasan yang mempunyai prinsip, "Saya seorang
bos.Anda melakukan apa yang saya minta". Justru sebaliknya. Sebagai
panutan, ia mendorong karyawannya untuk melakukan "apa yang seharusnya
dilakukan" dan bukan melakukan "apa yang membuat Anda senang".
Masih ingat dengan semboyan Ki Hajar Dewantoro? Iing ngarso sung
tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya ketika
di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan,dan di belakang
memberi dorongan. Seorang pemimpin adalah perintis, panutan, pemberdaya,
dan penyelaras di lingkungan ia bekerja. Anda pernah mendengar kisah
Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic? Tahun 1930 ketika terjadi
depresi besar di Jepang pada 1930, penjualan Panasonic mengalami
penurunan drastis.
Sementara perusahaan lain memberhentikan para karyawannya,Matsushita
justru tetap mempertahankan karyawannya. Ia menganggap karyawannya
adalah bagian dari keluarganya. Matsushita lebih memilih untuk memotong
jadwal produksi. Ia menjadikan buruh pabrik sebagai tenaga penjualan.
Luar biasanya,keputusan Matsushita ini justru membuat perusahaannya yang
saat itu bernama Matsushita Electric tetap bisa bertahan. Sementara itu,
perusahaan lainnya justru gulung tikar. Sayangnya, ketika Perang Dunia
II berakhir,Amerika Serikat mengendalikan Jepang.
Amerika menangkap para pengusaha Jepang termasuk Matsushita.Tentu saja
seluruh karyawan Matsushita tidak tinggal diam.Ke-15.000 karyawan
Matsushita dan keluarga membubuhkan tanda tangan untuk petisi pembebasan
Matsushita. Akhirnya Matsushita dibebaskan. Ia satu-satunya pengusaha
Jepang yang dibebaskan oleh Amerika saat itu. Matsushita adalah pemimpin
inspiratif. Sebagai pemimpin, ia benar-benar menjalankan kewajiban
sebagai panutan, perintis, pemberdaya, dan penyelaras.Apa yang telah ia
lakukan tidak hanya menginspirasi karyawannya, tetapi juga orang-orang
yang di seluruh dunia termasuk saya dan Anda.
Syarat Menjadi Pemimpin Inspiratif
Kisah Matsushita telah menggugah hati kita akan sebuah pertanyaan,
"Sebagai seorang pemimpin, sudahkah kita melakukan 'sesuatu yang
seharusnya kita lakukan?' Pertama,menjunjung tinggi kejujuran. Kejujuran
adalah kunci utama seorang pemimpin. Kita akan menjadi seorang pemimpin
yang dipercaya selama diri kita jujur.Yang dimaksud kejujuran di sini
bukanlah dalam hal keuangan semata.
Karena sebenarnya, sebagai manusia,kejujurandalamhalkeuanganadalah hal
yang mutlak tentunya. Yang dimaksud dengan kejujuran di sini adalah
keseimbangan antara apa yang kita pikirkan, dengan apa yang kita ucapkan
dan dengan apa yang kita lakukan. Sebagai pemimpin, kejujuran adalah
mutlak. Jadi,jika kita mengucapkan sesuatu apalagi menjanjikan sesuatu
tetapi tidak kita lakukan, maka hal itu berarti tidak jujur. Kedua,
bertanggung jawab. Seorang pemimpin inspiratif sudah tentu dirinya
bertanggung jawab.
Yang dimaksud bertanggung jawab di sini adalah berusaha mencapai tujuan
yang ditentukan. Setiap pemimpin yang bertanggung jawab, pasti dirinya
memiliki keberanian untuk mengambil keputusan demi melakukan "sesuatu
yang seharusnya dilakukan". Itulah sebabnya sebagai seorang pemimpin,
menjadi pribadi yang bertanggung jawab adalah mutlak. Ketiga,memiliki
kepedulian. Setiap pemimpin dituntut untuk memiliki kepedulian pada dua
hal yaitu pencapaian tujuan perusahaan serta kesejahteraan.
Jadi, jika diri kita mengaku sebagai seorang pemimpin yang peduli,tetapi
kita tahu bahwa apa yang kita lakukan sama sekali bukan untuk mencapai
tujuan perusahaan, apalagi kesejahteraan karyawan, maka kita tidaklah
patut menyebut diri kita sebagai pemimpin. Bukankah untuk menjadi
seorang panutan, kita perlu memiliki kepedulian? Keempat,menghormati
perbedaan. Sebuah perbedaan bukanlah sebuah permusuhan. Ketika seseorang
berbeda pendapat dengan kita,hal itu tidak berarti ia tidak menyukai
apalagi memusuhi kita.Adalah tugas kita sebagai seorang pemimpin untuk
menjembatani perbedaan demi mencapai sebuah tujuan, mengetahui
penyebabnya serta mencari solusinya.
Karena sebenarnya, perbedaan bukanlah ancaman melainkan kondisi yang
perlu ditindaklanjuti,bukan? Sebagai seorang pemimpin, dari keempat hal
di atas,manakah yang perlu kita tingkatkan? Yuk, kita jawab
sejujurnya.Selamat menjadi pemimpin yang inspiratif! Dan, selamat
menjadi pemimpin yang dipercaya, dicintai,dan dirindukan!
AINY FAUZIYAH
Leadership Motivator & Coach
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496067/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.