TAJUK, Regenerasi PDF Print
Saturday, 19 May 2012
Salah satu tugas terberat seorang pemimpin adalah menyiapkan penerus
atau penggantinya serta mengondisikan pergantian itu dengan sebaik dan
semulus mungkin.
Di zaman kerajaan Nusantara dulu, peralihan kepemimpinan dari seorang
raja kepada suksesornya akan menentukan nasib kerajaan itu. Di situlah
rintangan terakhir yang harus dilampaui seorang pemimpin atau raja
sebelum lengser keprabon (turun takhta). Banyak contoh pemimpin atau
raja yang berhasil melewati ujian berat ini. Dia dengan mulus
mengantarkan sang putra mahkota menjadi pemimpin yang diyakini di kelak
kemudian hari bisa membuat negerinya lebih makmur dan berjaya daripada
era kepemimpinannya.
Ini termasuk golongan pemimpin yang langka di abad modern seperti
sekarang ini. Kenapa langka? Karena dia adalah seorang negarawan besar
yang mendahulukan nasib rakyat dan bangsanya. Kita
membayangkan,negarawan model ini diam-diam telah "memilih" dan
"mengader" calon penggantinya tanpa diketahui banyak orang.Ketika
waktunya tiba,sang kader pun telah matang dan siap menggantikan
posisinya sebagai negarawan baru yang siap menjadi pemimpin sejati.
Banyak pula raja-raja atau pemimpin besar yang sangat hebat di masanya,
tetapi gagal dalam menyiapkan regenerasi.
Kita bayangkan pemimpin model ini suaranya lantang, tindakannya tegas,
mampu meraih simpati karena berhasil memakmurkan rakyatnya. Namun, semua
kehebatannya itu luntur ketika dia sadar bahwa waktunya untuk turun dari
kursi kekuasaan telah tiba. Karena tidak siap diganti dan tidak sempat
pula menyiapkan pengganti, sang pemimpin memaksakan diri untuk berkuasa
kembali. Begitu seterusnya ketika waktu pergantian tiba, pemimpin ini
terus menutup mata akan pentingnya regenerasi. Tentu yang dikorbankan
adalah bangsa dan negaranya.
Apa yang dilontarkan Ketua MPR Taufiq Kiemas yang meminta tokoh-tokoh
senior membuat komitmen untuk memberi kesempatan kepada generasi muda
dalam Pemilu 2014 ada benarnya. Usia bukanlah syarat utama seorang warga
negara untuk dipilih menjadi presiden dan wakil presiden.Tapi usia bisa
menjadi hal yang patut dipertimbangkan sesuai dengan konteks kebutuhan
calon pemimpin bangsa saat ini. Regenerasi adalah bagian penting dari
perubahan. Dalam dunia yang semakin dinamis, diperlukan sosok pemimpin
yang memiliki visi dan energi yang kuat untuk berselancar di atas arus
perubahan yang begitu dahsyat dan tak terelakkan.
Seorang guru besar pernah mengatakan,Pemilu 2014 memiliki makna yang
teramat penting bagi perjalanan bangsa dan sukses tidaknya era
kepemimpinan masyarakat sipil. Indonesia yang telah memilih jalan
demokrasi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia akan menjadi
contoh menarik di belahan dunia lain. Begitu banyak kekhasan yang
dimiliki Indonesia sebagai kajian para ilmuwan politik dalam melihat
perjalanan demokrasi. Negeri multietnis ini bisa menjadi contoh
keberhasilan demokrasi di Asia dan dunia.
Dan titik puncak penilaian itu adalah pada Pemilu 2014 yang juga disebut
sebagai tonggak kedua pasca- Reformasi 1998. Karena 2014 menjadi titik
awal kedua yang begitu penting, bicara soal kepemimpinan nasional juga
menjadi teramat penting. Wacana dan nama-nama calon pemimpin telah
muncul di ruang publik.Ada tokoh lama,ada tokoh baru.Dalam demokrasi
semakin banyak tokoh semakin baik.
Publik akan diberi banyak pilihan sehingga tidak terjebak pada itu lagi
itu lagi.Kesempatan patut diberikan kepada tokohtokoh baru tanpa
menafikan peran tokoh-tokoh senior.Regenerasi sering kali menyakitkan
bagi sebagian kalangan,tetapi ini hukum alam yang tak mungkin dielakkan.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496068/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.