Makin Tenggelam, Harga Minyak Menuju 87 Dollar AS
| Erlangga Djumena | Senin, 21 Mei 2012 | 07:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pamor minyak mentah semakin tenggelam.
Meningkatnya ketidakpastian di Eropa menekan permintaan minyak, hingga
harga komoditas ini makin terpuruk.
Di New York Mercantile Exchange, kontrak pengiriman minyak jenis West
Texas Intermediate (WTI) untuk Juni 2012, terbenam hingga 91,48 dollar
AS per barel. Ini adalah level terendah minyak dalam tujuh bulan
terakhir. Minyak jenis Brent juga tergerus ke level 107,14 dollar AS per
barel.
Penyulut kejatuhan harga minyak adalah pernyataan Wolfgang Schaeuble,
Menteri Keuangan Jerman. Schaeuble menuturkan, kekacauan pasar akibat
krisis Eropa, kemungkinan berlanjut, sedikitnya dalam dua tahun ke depan.
Di sisi lain, kepastian Yunani menggelar pemilihan umum lagi pada 17
Juni nanti, tidak menyurutkan spekulasi pasar terkait risiko keluarnya
Yunani dari Zona Euro.
Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings mengungkapkan, jika Yunani
keluar, peringkat risiko Siprus, Prancis, Irlandia, Italia, Portugal,
Spanyol, Slovenia, dan Belgia, akan ikut-ikutan turun. "Berita
makro-ekonomi, terutama yang terkait dengan Eropa, masih negatif.
Februari lalu, orang takut menjual minyak, kini orang malah enggan
membeli," kata Stephen Schork, Presiden Schork Group di Pennsylvania,
seperti yang diberitakan Bloomberg, Sabtu (19/5/2012).
Data Amerika
Tekanan harga minyak sudah berlangsung sedikitnya dalam tiga pekan
terakhir. Pemicu awal penurunan harga minyak adalah kemerosotan indeks
kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, persediaan minyak negara pengonsumsi minyak terbesar di
dunia itu, meningkat hingga level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Itu
mengindikasikan, tingkat permintaan minyak menurun.
Wahyu T. Laksono, Analis Realtime Futures, menuturkan, dibandingkan
pergerakan komoditas lainnya, performa minyak jauh lebih buruk. Menutup
pekan lalu misalnya, kelompok emas dan perak yang sempat tertekan dalam,
mulai kembali bangkit. Namun, minyak masih keok.
Spekulasi di pasar bahkan menyebutkan, jika Yunani keluar dari Uni
Eropa, minyak bisa ambles hingga 80 dollar AS. Jika yang terjadi
sebaliknya, minyak bisa bertahan di kisaran 100 dollar AS per barel.
Wahyu memprediksi, minyak pekan ini bergerak di kisaran 85-98 dollar AS
per barel. Analis teknikal menunjukkan, komoditas ini berpeluang
rebound. Indikator Relative Strength Index dan Stochastic menunjukkan
jenuh jual. Namun, Moving Average Convergence-Divergence masih di
teritori negatif.
Iwan Cahyo, Analis Nine Star Futures, memprediksi, minyak tak cuma
tertekan oleh Yunani, tetapi juga oleh indeks manufaktur Amerika yang
merosot hingga 5,8 untuk Mei, anjlok jauh dibandingkan April, yaitu 8,5.
"Pekan ini, minyak bisa terbenam di 87 dollar AS," ujar dia.
Kendati ada peluang rebound secara teknikal, namun kemungkinan penurunan
minyak lebih besar, karena volume transaksi tipis, mengikuti penurunan
permintaan. (Ruisa Khoiriyah, Marantina Napitu/Kontan)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/21/07192280/Makin.Tenggelam.Harga.Minyak.Menuju.87.Dollar.AS
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.