Senin, 21 Mei 2012

[Koran-Digital] Elite Menjarah Aset Rakyat





Reformasi gagal melakukan regenerasi kepemimpinan nasional. Masih banyak politikus senior ingin merebut kekuasaan.

ERA reformasi ditandai de ngan perselingkuhan elite tiga komponen bangsa, yakni elite politik, bisnis, dan agama. Akibatnya negara kian terpuruk. Negara melindungi perselingkuhan itu, bahkan menjadi aktor.

“Kerja sama elite tiga komponen itu menyebabkan penjarahan aset ekonomi rakyat. Misalnya, kelompok agama dirangkul kelompok bisnis, atau birokrat dirangkul bisnis, atau sebaliknya ketiganya bekerja sama,“ kata sosiolog UI Thamrin Amal Tomagola dalam acara Merajut Keindonesiaan Kita, di Jakarta, kemarin.

Menurut Tomagola, elite agama memiliki ruang manuver yang sangat bebas, kadang-kadang ke bisnis atau pejabat. Agama hanya dijadikan alat untuk membuat emosi sesaat. Padahal, isunya bukan soal agama.

Secara kritis Tomagola mengatakan gerakan agama merupakan gerakan yang dilakukan pemimpin politik agama untuk memanipulasi agama menjadi ekonomi politik. Agama hanya dijadikan jubah untuk mencari duit.

Gerakan agama semacam itu, menurutnya, menguntungkan pelaku bisnis karena dapat dijadikan tameng jika ada ancaman. Demokrasi Indonesia ialah demokrasi pasar, yakni uang menjadi sumber kekuatan.

Rohaniwan Romo Benny Susetyo menambahkan perselingkuhan antara penguasa (politik) dan bisnis terlihat dalam partai politik. Parpol menjadi sarana politik transaksional sehingga pemilik modal besar memiliki peluang menjadi calon pemimpin bangsa. Akibatnya demokrasi Indonesia ialah pa sar bebas. Sulit menemukan pemimpin yang memiliki visi, misi, dan kebijaksanaan. Yang ada hanya pemimpin karbitan berkekuatan modal.

“Parpol mandul karena dikuasai kapital. Akibatnya terjadi krisis generasi.
Generasi sekarang karbitan dan kehilangan figur kenegaraan, serta tidak membawa gagasan segar,“ ujarnya.
Tidak ikhlas Saat menanggapi 14 tahun reformasi, pengamat politik Eep Saefulloh Fatah berpendapat rezim memang berubah, tetapi elitenya tidak berubah.

Dalam perbincangan di Metro TV kemarin, dia memberi contoh pemimpin dianggap berprestasi dengan menangkap koruptor. Padahal seharusnya pemimpin menciptakan sistem sehingga orang akan berpikir berkali-kali untuk melakukan pelanggaran.

Mantan Ketua MPR Amien Rais menga takan Indonesia sebagai negara majemuk tetap memiliki aturan main yang harusnya disepakati semua orang dan diwujudkan dalam semangat nasionalisme yang utuh.

Pada kesempatan terpisah, Ketua MPR Taufiq Kiemas menilai reformasi telah gagal melakukan regenerasi kepemimpinan nasional. Menurut dia, masih banyak politikus senior yang ingin merebut kekuasaan, seolah belum ikhlas menyerahkan kepemimpinan kepada kaum muda. “Kalau masih seperti itu reformasi bisa mampet.“

Di lain sisi, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menilai reformasi belum membuahkan hasil maksimal.
Pem berantasan korupsi, misalnya, jalan di tempat. (SW/*/X-4)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/22/ArticleHtmls/Elite-Menjarah-Aset-Rakyat-22052012001009.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.