Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] RAKHMADI KUSUMO: Diversifikasi dan Ketahanan Energi

Diversifikasi dan Ketahanan Energi

RAKHMADI KUSUMO SMN MSC Direktur Eksekutif Centre of Energy and

Resources Indonesia (CERI), Anggota Masyarakat Energi Terbarukan

Indonesia (METI)



Pertumbuhan ekonomi mempercepat dan mem perbesar konsumsi energi suatu

bangsa sehingga ketersediaan energi men jadi sangat strategis. Setiap

negara bersikeras untuk memenuhi kebutuhan energi domestik, tak peduli

apakah negara tersebut memiliki banyak cadangan energi atau tidak.



Di Indonesia, Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi menyatakan

setiap orang berhak untuk memperoleh energi dan merupakan kewajiban

pemerintah untuk melakukan pengelolaan, sehingga ketersediaan energi

dapat terjamin.



Di satu sisi, Indonesia kini mengalami ketimpangan pada eksplorasi dan

eksploitasi energi fosil. Rasio cadangan per produksi liquid (cair)

lebih kecil dari rasio cadangan per produksi gas.

Kita saat ini bisa dibilang dalam kondisi declining rate untuk produsi

minyak.

Kondisi itu menyebabkan kepunahan liquid akan lebih cepat dibandingkan

dengan kepunahan gas. Jelas hal tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia

harus segera mengalihkan fokus pengelolaan energi fosil dari liquid ke

gas, serta memberdayakan potensi energi lainnya.



Ketahanan energi dan kestabilan pasokan energi masa kini dan di masa

mendatang merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Meledaknya jumlah populasi di Indonesia semakin menambah ketergantungan

Indonesia kepada bahan bakar minyak (BBM), keterbelakangan infrastruktur

pengolahan gas alam, serta ketidakbijakan rasio pemakaian dan ekspor

batu bara merefleksikan Indonesia harus segera bertindak efektif dalam

menanggulanginya.



Ironisnya, pembenahan-pembenahan yang saat ini dilakukan pemerintah

bukanlah pembenahan hulu, melainkan penanggulangan hilir, itu pun

bersifat relatif. Selama ini, pemerintah hanya di sekitar mengutak-atik

APBN dan mengampanyekan hal-hal kontemporer yang manfaatnya jauh lebih

kecil ketimbang pembenahan sektor hulu pengelolaan energi.



Contohnya, kampanye mematikan lampu selama satu jam pada hari Bumi.

Padahal, keberhasilan banyak negara dalam kebijakan penghematan atau

efisiensi energi ditentukan oleh kesuksesan dalam melakukan penghematan

energi pada sistem infrastruktur energi dan sistem pengawasannya.



Fakta menunjukkan, kebijakan diversifikasi energi Indonesia saat ini

masih terlambat. Pasalnya, pertumbuhan energi non-BBM cenderung lamban

dan masih tingginya konsumsi BBM. Dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam

mencanangkan program-program diversifikasi energi beserta

implementasinya di lapangan.



Pemerintah telah meluncurkan visi energi jangka panjang hingga 2025.

Pada tahun itu pemerintah berharap terjadi perubahan bauran energi di

Tanah Air, dengan tidak lagi menjadikan BBM sebagai bahan bakar utama.

Pada tahun tersebut, diharapkan peran BBM dalam energi nasional hanya

tersisa 20 persen sementara gas alam dan batu bara meningkat menjadi 30

persen. Sedangkan energi terbarukan, yaitu panas bumi dan biofuel

berkontribusi sekitar 17 persen.

Konversi minyak tanah Diperlukan sejumlah langkah agar Indonesia bisa

mencapai ketahanan energi. Pertama, mengubah mentalitas minyak bumi

menjadi mentalitas energi.

Saat ini, langkah awal pengalihan mentalitas tersebut sudah dilakukan

melalui program diversifikasi dan konservasi energi secara nasional dan

terukur.



Berdasarkan data yang dikeluarkan PT Pertamina (Persero), lebih dari 50

juta tabung elpiji telah disalurkan ke seluruh masyarakat Indonesia di

berbagai wilayah, mulai dari Sabang sampai Merauke. Tingkat konsumsi

elpiji juga mengalami lonjakan yang sangat berarti, dari hanya 1,1 juta

ton pada 2007 menjadi lebih dari 4,7 juta ton pada 2011.



Keberhasilan pemerintah dan Pertamina dalam melakukan konversi minyak

tanah ke elpiji ini mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Pada

forum LPG internasional yang diadakan di Doha, Qatar, Oktober 2011,

negara-negara berkembang lainnya menjadikan program konversi minyak

tanah di Indonesia sebagai model percontohan. Apabila kita mampu

melakukan proses konversi minyak tanah ke elpiji dengan sukses,

seharusnya kita juga bisa melakukan konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG).



Langkah kedua, memasukkan program konservasi dan diversifikasi energi ke

dalam struktur pembangunan nasional. Caranya, antara lain dengan memaksa

konversi penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan ke energi

terbarukan, seperti bahan bakar nabati, panas bumi, tenaga air, dan

tenaga surya atau bahkan nuklir.



Kemudian, mempersiapkan infrastruktur energi termasuk perangkat hukum,

riset, pembiayaan, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Kalau tidak

disiapkan sejak sekarang, sulit bagi Indonesia memasuki tahapan konversi

energi berikutnya, yaitu dari energi fosil menjadi energi terbarukan.

Untuk transportasi yang masih didominasi BBM, sebaiknya digunakan BBG.

Energi panas bumi Indonesia memiliki prospek yang cerah untuk

pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai energi alternatif.

Sumber energi yang ada sangat besar dan beragam, seperti panas bumi,

hydropower, bioenergi, energi surya, energi angin, dan lainnya.



Sumber energi terbarukan terbesar yang dimiliki Indonesia adalah

hydropower yang mencapai 75 gigawatt (GW) dan panas bumi (29 GW).

Bahkan, Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar di dunia.

Dari potensi yang ada saat ini, yang dimanfaatkan hanya sebagian kecil,

yaitu 5,6 persen untuk hydropower dan 4 persen untuk panas bumi.



Memang, barrier to entry dalam membangun hydropower lebih mudah apalagi

untuk skala yang kecil. Kita dapat bekerja sama langsung dengan pemda

setempat untuk mencari titik air yang memiliki debit air yang cukup

tinggi, sehingga bisa melewati proses pelelangan yang bisa saja akan

memakan biaya lebih besar.



http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/05/23/ArticleHtmls/Diversifikasi-dan-Ketahanan-Energi-23052012004014.shtml?Mode=1



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.