Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] Debar-Debar yang Memicu Stroke

Denyut jantung yang normal punya irama tertentu.
Ketika irama itu terganggu, risiko terserang stroke pun meningkat.

SIANG itu Lili Wahab, 37, terlihat bugar dan cantik. Posturnya yang langsing berpadu dengan rona wajah yang segar memancarkan aura sehat.

Ia terkesan jauh dari penyakit, apalagi penyakit stroke yang kerap diidentikkan dengan tubuh gemuk kebanyakan kolesterol. Namun, siapa sangka, justru penyakit itulah yang pernah dialami Lili dua tahun silam.

“Waktu itu, saya pegang mangkuk berisi makanan di dapur, tiba-tiba tangan saya terasa lemah sehingga mangkuknya jatuh. Kemudian ketika saya bicara, anak saya tidak bisa menangkap omongan saya,” kisah Lili saat berbicara di diskusi kesehatan, di Jakarta, Senin (21/5).

Walaupun kaki dan tangannya sempat tidak bisa digerakkan dan bibirnya merot (asimetris), kondisinya bisa pulih setelah menjalani perawatan medis. Sesudah peristiwa itu, ada satu hal yang menjadi rutinitasnya hingga sekarang. Yakni, minum obat warfarin

yang berfungsi mencegah penggumpalan darah.

Itu karena hasil pemeriksaan memastikan Lili mengidap kelainan irama jantung yang disebut fi brilasi atrium.

Kelainan itulah yang membuat Lili mengalami stroke.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Jantung Harap an Kita Jakarta Yoga Yuniadi, fibrilasi atrium merupakan salah satu jenis gangguan irama denyut jantung.

“Umumnya, denyut jantung penderita fi brilasi atrium lebih cepat daripada denyut normal, yang sekitar 60100 kali per menit, dan tidak teratur,” jelas Yoga.

Fibrilasi atrium, lanjut Yoga, sering kali tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala mengganggu atau gejalanya terkesan sepele, seperti jantung tiba-tiba terasa berdebar tanpa sebab.

Debaran itu dirasakan beragam oleh penderitanya. Ada yang menyatakan seolah ada ikan menggelepar-gelepar di jantungnya, ada yang bilang seperti drum yang bertalu-talu, ada pula yang menyatakan seperti ada petir di jantungnya.

Bagaimana fi brilasi atrium terjadi? Yoga menjelaskan denyut jantung dipengaruhi sistem listrik di jantung. Sumber listrik alami di jantung ialah bagian yang disebut sinus node. Letaknya di bagian atas serambi kanan.

“Ibarat PLN, sinus node adalah PLTA-nya. Melalui ‘jaringan kabel’ sistem transmisi, listrik dari sinus node disalurkan ke seluruh bagian-bagian jantung lainnya sehingga timbul denyutan yang teratur,” tutur Yoga.

Namun, pada penderita fibrilasi atrium, selain sinus node, ada sumbersumber listrik lain di jantungnya. Antara lain empat titik pertemuan antara pembuluh darah vena pulmonalis di serambi kiri. Keberadaan sumbersumber listrik abnormal itulah yang membuat jantung berdenyut tidak teratur.

Berbagai hal menjadi faktor risiko terjadinya fi brilasi atrium. Antara lain, pernah menderita kelainan jantung bawaan ketika kecil atau pernah menjalani operasi jantung. Lili termasuk orang yang pernah menderita kelainan jantung semasa kecil.

Faktor risiko lain yang lebih umum ialah bertambahnya usia. Diketahui, pada orang berusia 60 tahun ke atas, prevalensi fibrilasi atrium berkisar 0,2%-1%.

Risiko strok Menurut Yoga, denyut jantung yang tidak teratur pada penderita fibrilasi atrium menyebabkan pusaran-pusaran darah dalam ruang jantung. Akibatnya, darah lebih mudah menggumpal.

Bila terbentuk, gumpalan darah itu bisa terbawa peredaran darah ke bagian tubuh lain.

Yang paling sering dan membahayakan ialah ketika gumpalan darah itu terbawa hingga ke otak dan menyumbat pembuluh darah otak. Saat itulah stroke bisa terjadi.

“Seperti diketahui, stroke terjadi ketika sebagian sel-sel otak tidak mendapat aliran darah karena sumbatan atau perdarahan,“ ujar Yoga.

Berdasarkan penelitian, diketahui risiko stroke pada penderita fibrilasi atrium meningkat hingga lima kali lipat daripada orang biasa.

Karena itulah, lanjut Yoga, ketika seseorang terdiagnosis fibrilasi atrium, ia harus melakukan upaya-upaya mencegah terbentuknya gumpalan darah di jantung.

Caranya, antara lain, seperti yang dilakukan Lili, dengan mengonsumsi warfarin secara teratur. Tentu saja langkah tersebut perlu didahului evaluasi dokter. (H-1)


http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/23/ArticleHtmls/Debar-Debar-yang-Memicu-Stroke-23052012014014.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.