Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] HASIBULLAH SATRAWI: Peta Politik Pilpres Mesir

Peta Politik Pilpres Mesir PDF Print

Wednesday, 23 May 2012

Dalam dua hari ke depan (23dan24/5),Mesirakan menggelar pemilihan

presiden (pilpres) pertama pascarevolusi. Dari 13 calon presiden

(capres) yang tersisa (setelah 10 capres lainnya dianulir oleh Komisi

Pemilihan Umum setempat), nama-nama yang dianggap mewakili dua kubu

islamis dan loyalis Mubarak menjadi "dua tim" terkuat dalam bursa

Pilpres Mesir.





Hiruk-pikuk politik Mesir pascarevolusi memang semakin

mengkristalpadapertarungan dua kubu besar; kelompok islamis dan loyalis

Mubarak. Kubu yang pertama diwakili oleh kelompok-kelompok islamis,

khususnya Ikhwan Muslimin melalui sayap politiknya, Partai Kebebasan dan

Keadilan ((Hizbul Hurriyah wal 'Adalah) dan kelompok salafi melalui

Partai Nur Salafiy (Hizbu An-Nur As-Salafiy). Sedangkan kubu loyalis

Mubarak diwakili oleh mantan pejabat tinggi negara pada era Mubarak.



Kelompok Islamis



Secara realistis, kelompok islamis berpeluang besar memenangi

"pertarungan puncak" kekuasaan pada Pilpres Mesir mendatang. Apalagi

kelompok islamis sebelumnya berhasil memenangi pemilihan legislatif

hampir secara mutlak; hampir 70% dari total kursi yang ada di parlemen.

Bila pada akhirnya kelompok islamis benar-benar berhasil memenangi

Pilpres Mesir mendatang, ini akan menjadi kemenangan yang sempurna bagi

mereka.



Di satu sisi, mereka telah berhasil menguasai kekuasaan legislatif. Di

sisi lain, dengan memenangi pilpres, mereka juga akan menguasai

kekuasaan eksekutif. Dalam kondisi seperti ini, dipastikan tidak ada

kekuatan apa pun yang mampu mengontrol kekuasaan kelompok islamis ke depan.



Inilah yang menjadi kekhawatiran banyak pihak di Timur Tengah mutakhir

terkait dengan dominasi politik dari kelompok islamis di Mesir, termasuk

di kalangan negara-negara Arab. Karena bukan tidak mungkin kekuasaan

kelompok islamis di Mesir yang sedemikian besar seperti dalam beberapa

waktu terakhir akan mengganggu stabilitas politik di negara-negara mereka.



Loyalis Mubarak



Hampir dipastikan saat ini tidak ada kekuatan politik apa pun yang mampu

menandingi kekuatan kelompok islamis, termasukkelompok nasionalissekular

(bahkan kelompok revolusi sekalipun). Satu-satunya kekuatan yang

diperkirakan mampu melawan dominasi kelompok islamis ke depan adalah

kelompok militer dan para loyalis Hosni Mubarak. Kelompok islamis

sepenuhnya sadar dengan kekuatan loyalis Mubarak yang bisa mempersulit

langkah politik mereka.



Itu sebabnya kelompok islamis tampak berusaha menggunakan waktu yang

tersedia untuk menjegal langkah para capres yang pernah memangku jabatan

strategis pada era Mubarak seperti Omar Suleman (mantan wakil presiden),

Ahmad Syafiq (mantan perdana menteri),dan Amru Mosa (mantan menteri luar

negeri). Parlemen Mesir yang dikuasai oleh kelompok islamis bahkan telah

mengesahkan undangundang yang diproyeksikan mampu menjegal langkah

loyalis Mubarak dalam pilpres mendatang.



Pada beberapa bagian, manuver politik kelompok islamis di atas menuai

sukses besar. Faktanya,Omar Suleiman yang sempat maju ke bursa pilpres

berhasil dihentikan di tengah jalan. Tapi pada bagian yang lain, manuver

yang ada tidak berjalan efektif. Hal ini terlihat jelas dari keberadaan

Amru Mosa dan Ahmad Syafiq yang tetap bertahan sebagai capres sampai

sekarang.



Kalkulasi Politik



Secara politik para loyalis Mubarak mempunyai kekuatan yang tak kalah

tangguh dibanding kekuatan kelompok islamis,khususnya Ikhwan Muslimin.

Keduanya sama-sama mempunyai struktur yang sangat mengakar. Sebagaimana

kedua kelompok ini juga mempunyai pengalaman politik yang sangat matang.

Kendati demikian, kedua kelompok di atas juga samasama mempunyai

kekurangan dan kelemahan yang bisa digunakan oleh lawan-lawan politiknya.



Bagi kelompok islamis, kecenderungan yang bersifat sektarianistik dan

antinasionalisme merupakan kelemahan yang paling mendasar. Kelemahan ini

bisa digunakan oleh kelompok antiislamisuntuk "menakut-nakuti"

masyarakat Mesir yang selama ini terbiasa hidup dalam semangat

kebangsaan dan kebebasan. Hingga mereka tidak memilih capres dari

kelompok islamis. Adapun kelemahan para loyalis Mubarak adalah realitas

mereka sebagai pendukung rezim Mubarak yang telah ditumbangkan.



Mendukung mereka sama halnya dengan mendukung kembalinya rezim Mubarak

yang juga berarti mengandaskan cita-cita revolusi. Inilah senjata

kelompok islamis yang terus digunakan sampai sekarang untuk "menikam"

para loyalis Mubarak, khususnya yang masih bertahan di daftar capres

Mesir. Karena itu, tak berlebihan bila dikatakan bahwa situasi politik

mutakhir di negeri piramida itu menjadi buah simalakamabagi kelompok

nasionalisliberal dan kelompok revolusi.



Memilih kelompok islamis hampir tidak mungkin bagi mereka karena ada

perbedaan yang bersifat ideologis. Sebagaimana mereka juga hampir

mustahil merapat ke kelompok loyalis Mubarak yang sudah dijadikan

sebagai musuh bersama.Sementara pada waktu yang bersamaan, mereka tidak

punya kemampuan untuk menghadapi dua kekuatan besar di atas. Siapa yang

akan benarbenar menjadi pemenang dalam Plipres Mesir mendatang?



Tentu hanya Tuhan dan rakyat Mesir yang bisa memastikannya. Namun,hampir

bisa dipastikan, sang pemenang tidak terlepas dari dua kelompok besar di

atas dengan capresnya masing-masing. Bila benar terjadi demikian, semua

ini berarti kekalahan telak bagi kekuatan revolusi. Karena sebagaimana

telah disampaikan, para loyalis Mubarak tak lain adalah para pendukung

rezim lama yang ditumbangkan oleh revolusi.



Sedangkan kelompok islamis tak lain adalah "para pembajak" revolusi

yangtidakkeluar "keringat" sedikit pun dalam aksi menumbangkan Mubarak

kecuali pada masa-masa terakhir, tepatnya setelah Hosni Mubarak berhasil

dilengserkan.● HASIBULLAH SATRAWI Pengamat Politik Timur Tengah dan

Dunia Islam pada Moderate Muslim Society (MMS) Jakarta; Alumnus

Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497156/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.