Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] TAJUK, Saatnya Generasi Baru

TAJUK, Saatnya Generasi Baru PDF Print

Wednesday, 23 May 2012

Harus diakui negeri ini mempunyai persoalan pada regenerasi.Jadi tak

heran jika hampir di semua bidang, negara ini selalu kalah bersaing

dengan negara-negara lain. Regenerasi selama ini masih sekadar wacana

tanpa tindakan konkret.



Regenerasi masih pada tataran renyah didiskusikan,tapi masih alot dalam

melaksanakannya. Hasilnya, bangsa ini masih jauh dari kata maju. Padahal

syarat sebuah kemajuan suatu bangsa adalah bagaimana proses regenerasi

berjalan. Yang paling tampak ada kegagalan regenerasi adalah di bidang

politik. Setelah 14 tahun reformasi berjalan, pascatumbangnya rezim Orde

Baru (Orba),negeri ini belum sekalipun memunculkan regenerasi pemimpin.



Empat presiden di Era Reformasi yang telah memimpin bangsa bukanlah

contoh terjadi perubahan generasi baru.Pada periode 2014-2019 negeri ini

bahkan diprediksi belum juga akan memunculkan sosok pemimpin baru yang

artinya regenerasi kepemimpinan kembali mandek.Beberapa tokoh lama atau

generasi tua masih saja ingin tampil di depan untuk memimpin bangsa ini.



Beberapa tokoh lama atau tua saat ini justru sibuk menganggap dirinya

layak memimpin bangsa ini. Mereka berlomba meningkatkan popularitas

dengan terus membujuk masyarakat.Ada tokoh lama yang secara

terang-terangan ingin memimpin negeri ini, ada yang masih malu-malu

dengan mengatakan jika masyarakat yang menghendaki, dirinya siap,

ataupun dengan kalimat lebih halus bahwa 2014 masih lama.



Tapi muara dari kalimat-kalimat tersebut adalah sama yaitu tokoh-tokoh

lama masih mempunyai keinginan dan kepentingan untuk memimpin bangsa

ini. Para tokoh-tokoh lama memang pada akhirnya bermain di dua muka.

Pada muka lain, para tokoh-tokoh lama tersebut terus mengumandangkan

pentingnya sebuah generasi. Mereka memang menyadari bahwa regenerasi

adalah sebuah semangat positif tentang pembaharuan.



Namun,itu sekadar wacana karena pada praktiknya para tokoh lama ini

masih meletakkan generasi baru di belakang mereka. Untuk urusan

kepemimpinan bangsa ini, kita tertinggal dengan negara-negara tetangga

di ASEAN.Tengok Thailand yang memiliki seorang pemimpin berumur 44 tahun

yaitu Yingluck Shinawatra. Filipina dipimpin oleh tokoh berusia 52 tahun

bernama Benigno Aquino III.



Di Amerika Serikat tampil Barack Obama yang ketika dipilih menjadi

presiden ke 44 masih berumur 48 tahun. Masih banyak negara lain yang

berani menampilkan pemuda-pemudanya untuk memimpin negeri ini. Jadi

selama 14 tahun memasuki era baru yaitu reformasi,negeri ini belum

mengalami kemajuan yang signifikan. Bukan karena semangat reformasinya

yang gagal, melainkan semangat regenerasinya yang mandek.



Reformasi terasa mandek karena yang menggerakkan adalah orang lama

dengan gaya yang masih lama. Bayangkan jika negeri ini dipimpin oleh

generasi baru dengan tata kelola reformasi, negeri ini dipastikan akan

melangkah lebih maju. Padahal negeri ini mempunyai filosofi kepemimpinan

yang luar biasa yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa,

tut wuri handayani.



Itulah warisan konsep kepemimpinan dari salah pendiri negeri ini. Di

depan memberi contoh, di tengah membangun ide, dan di belakang

memberikan dorongan. Jika berjiwa besar, biarkanlah ing ngarsa sung

tuladha dan ing madya mangun karsa diberikan kepada generasi baru.

Sedangkan generasi lama yang juga merupakan pemimpin bangsa ini lebih

menempatkan diri pada tut wuri handayani.



Tak mustahil jika para pemimpin negeri ini menggunakan secara tulus

konsep warisan tersebut,negeri ini akan menuju ke arah yang jauh lebih

baik.Sudah saatnya negeri ini melakukan regenerasi.●



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497160/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.