Rabu, 23 Mei 2012

[Koran-Digital] Ani Sejajar Tokoh Perempuan Asia

Ani Sejajar Tokoh Perempuan Asia PDF Print

Thursday, 24 May 2012

JAKARTA– Ibu Negara Ani Yudhoyono diklaim sangat layak memimpin bangsa

ini karena memiliki latar belakang pendorong kuat seperti halnya para

tokoh perempuan di Asia.



Partai Demokrat terus mendorong agar Majelis Tinggi serius

mempertimbangkan Ibu Negara Ani Yudhoyono sebagai calon presiden

(capres) 2014. Menurut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Melani

Leimena Suharli, para tokoh perempuan pemimpin di Asia selalu ada latar

belakang perjuangan keluarga. Di Thailand, Perdana Menteri Yingluck

Shinawatra merupakan adik perdana menteri terdahulu.



Di Pakistan, ada almarhumah Benazir Bhutto yang merupakan putri sulung

dari Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan, Zulfikar Ali Bhutto.

Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga merupakan putri Presiden I

RI Soekarno. "Nah, di Indonesia, ya Bu Ani. Beliau pendorongnya di

Partai Demokrat,"kata Melani di Gedung MPR/DPR/Senat, Jakarta,kemarin.



Wakil Ketua MPR itu memaparkan, Ani bukan sekadar memiliki pengalaman

mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintah selama

dua periode.Putri almarhum Letnan Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo

ini, kata Melani,juga memiliki perjalanan politik tersendiri sebagai

salah satu pendiri Partai Demokrat dan pernah menjadi wakil ketua umum.

Fakta itulah yang membuat Ani Yudhoyono memiliki peluang besar untuk

diusung sebagai capres.



Meski begitu, semuanya tetap akan bergantung pada keputusan Majelis

Tinggi di mana SBY menjadi ketuanya. Sementara itu,Wakil Ketua Dewan

Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie memandang wacana mencalonkan Ani

baru sebatas aspirasi kader secara pribadi.Karena itu,kata Ketua DPR

ini,tidak serta-merta Partai Demokrat nantinya akan mengusung Ani Yudhoyono.



"Aspirasi silakan. Kita tidak bisa melarang orang dan masyarakat untuk

mengusulkan. Semuanya berhak untuk mengusulkan, kalau mereka

menginginkan silakan saja. Tapi yang akan menentukan, prosesnya di

Majelis Tinggi," ungkapnya. Saat ini, kata dia, Majelis Tinggi belum

sekali pun membicarakan masalah capres-cawapres. SBY selaku ketua

Majelis Tinggi selalu menekankan agar sekarang fokus mengurus negara ini.



"SBY berkali-kali menyampaikan dalam pidatonya agar kader Partai

Demokrat lebih mementingkan bekerja dan tidak sibuk membicarakan capres.

Kita tidak membicarakan masalah presiden atau cawapres karena masih

terlalu jauh waktunya," jelasnya. Pakar komunikasi politik dari UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan, membandingkan

Ani Yudhoyono dengan tokoh perempuan Asia terlalu berlebihan.



Menurut dia, dari aspek kapabilitas justru figur Ani masih banyak yang

meragukannya sebagai pemimpin.Karena selama ini, pemikiran-pemikiran

kebangsaan dan jaringan internasionalnya tidak tampak selain sebagai

pendamping Presiden SBY."Wajar jika kita bertanya, apakah popularitasnya

karena dia memiliki potensi sebagai pemimpin atau karena terdongkrak

oleh sosok suaminya, yakni SBY,"ungkapnya.



Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengingatkan, di

Partai Demokrat hanya Majelis Tinggi atau Dewan Pembina yang bisa

menentukan sosok capres. Iklim yang kurang terbuka ini akan terus

dipelihara hingga saat-saat terakhir pencapresan, bahkan bisa satu atau

dua hari sebelum pengumuman calon." Kemungkinan nama Ani Yudhoyono akan

muncul di menit- menit terakhir sebagai capres dari Demokrat. Ini bisa

dikondisikan sebelum pendaftaran ke KPU (Komisi Pemilihan Umum),"ujarnya.



Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti

Zuhro pesimistis Demokrat akan mengusung Ani. Siti yakin SBY bakal

memegang teguh janji dan tekadnya untuk tidak mendorong dan merestui

anggota keluarga, apalagi istrinya, menjadi capres atau cawapres. Dia

juga tidak yakin Demokrat akan mengusung mantan Wakil Presiden Jusuf

Kalla (JK) yang juga sempat mencuat sebagai bakal capres potensial

Demokrat selain Ani dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo

Subianto.



Siti menerangkan, meski elektabilitasnya sangat kuat, pada 2014

mendatang Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu sudah memasuki

usia 74 tahun. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari

Dwipayana menilai Demokrat memang membutuhkan figur yang kuat untuk

menjaga perolehan suara pada 2014.



"Mau tidak mau harus mencari tokoh yang memiliki popularitas dan

elektabilitas tinggi. Sebagai parpol besar, mereka harus benar-benar

selektif memilih calon. Harus lebih populer dari Megawati dan calon dari

Partai Golkar. Saya kira Prabowo punya itu,"terangnya. rahmat sahid/

mohammad sahlan/ radi saputro





http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/497535/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.