Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] Mahfud MD: “Saya merasa bersalah, saya dulu ikut berdemo untuk reformasi, tapi sekarang toh tidak lebih baik daripada zaman Pak Harto.”

Krisis Negarawan kian Nyata



REFORMASI telah bergulir 14 tahun.



Berbagai prestasi telah diraih, khususnya iklim demokrasi yang relatif

makin tumbuh. Namun, situasi ter sebut berbanding terbalik dengan

kondisi kepemimpinan di negeri ini yang kian kehilangan stok negarawan.



Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyebutkan elite bangsa kini

didominasi politikus. Sosok ne garawan yang menempatkan kepentingan

bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok makin langka.



"Kita rindu akan sosok negarawan.



Kita dulu pernah punya Bung Karno.



Sekarang kok tidak muncul lagi yang seperti beliau?" kata Mahfud MD

dalam konferensi pers rencana seminar bertopik Merindukan negarawan di

Jakarta, kemarin.



Menurut Mahfud, ledakan kebebasan pascareformasi membuat para politikus

tidak beranjak menjadi negarawan. Mereka hanya berpikir dalam wilayah

politik tingkat rendah (low politics) ketimbang politik tingkat tinggi

(high politics).



Politik tingkat rendah, jelas Mahfud, adalah pola berpikir politikus

yang masih pada tahap kasatmata.



Wacana yang berkembang masih didominasi pertanyaan siapa yang berkuasa,

partai mana yang menang pemilu, bagaimana cara memenangi



pemilu, dan impian politik jangka pendek lainnya yang berakhir pada

tujuan menang dan kalah.



Itu berbeda dengan politik tingkat tinggi yang lebih memberikan harapan

dengan metode bagaimana mencari seorang negarawan, menentukan arah

tujuan bangsa, serta ide-ide besar lainnya. "Saya merasa bersalah, saya

dulu ikut berdemo untuk reformasi, tapi sekarang toh tidak lebih baik

daripada zaman Pak Harto." Jika melihat pola pencarian pemimpin untuk

2014 mendatang yang berkiblat pada popularitas, elektabilitas, dan

akseptabilitas, Mahfud tidak yakin variabel tersebut mampu menghasilkan

negarawan. Aspek moralitas dan integritas yang merupakan inti

kepemimpinan tidak menjadi ukuran.



Direktur Program Freedom Institute Hamid Basyaib menambahkan kondisi

bangsa saat ini miskin sosok inspiratif. Menurut dia, kebebasan yang

mendadak didapatkan membuat semua orang kaget.



"Apa Anda pernah mendengar pi dato seorang pemimpin yang inspi ratif

saat ini? Tidak pernah ada.



Namun, kita tidak mungkin berhenti sebagai sebuah negara untuk

menghentikan kegaduhan ini dan harus segera dibenahi." (HZ/X-7)



http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/23/ArticleHtmls/Krisis-Negarawan-kian-Nyata-23052012002006.shtml?Mode=1





--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.