Selasa, 22 Mei 2012

[Koran-Digital] tajuk Rupiah

Sepekan lalu, nilai tukar rupiah sedikit bergejolak atas dolar AS.

Rupiah melemah hingga 9.300-an per dolar AS dari sebe lumnya 9.100,

sebelumnya menguat kembali pada penutupan perdagangan Selasa (22/5).

Indeks saham juga sempat goyah dari turbulensi yang terjadi di Yunani

dan Zona Eropa akibat beban utang yang menggunung.



Kita punya pengalaman tidak enak atas pelemahan rupiah pada 1998. Krisis

moneter di Thailand dan regional bergelayut juga ke Indonesia yang

ternyata jauh lebih parah. Rupiah terjun bebas dari level 3.000-an per

dolar AS, sempat menyentuh angka Rp 17 ribu, kemudian bertengger di

angka Rp 6.000-Rp 8.000 per dolar AS.

Rezim Soeharto runtuh, berganti era reformasi dengan kebijakan ekonomi

dan politik yang berbeda dari sebelumnya.



Rupiah kembali mengalami depresiasi cukup tinggi hingga 200 poin saat

ini. Krisis Yunani yang berdampak pada keutuhan ekonomi Eropa, berimbas

ke Indonesia. Euro yang melemah menjadi tidak menarik lagi bagi para

investor, yang kemudian memborong dolar AS sebagai portofolio investasi

mereka. Pun di Indonesia. Investor melakukan tindakan yang sama dengan

melepas saham dan valas dalam bentuk rupiah, menggantinya dengan dolar AS.



Inflasi, daya beli menurun, hingga bakal tingginya nilai barang impor

menjadi ancaman serius bagi perekonomian nasional yang saat ini terus

tumbuh. Memang, pelemahan rupiah saat ini masih dalam batas wajar dan

relatif aman. Tetapi, belajar dari pengalaman masa lalu, tindakan

preventif menjadi sangat penting kita lakukan.

Strategi moneter yang tepat dan efektif akan menahan guncanganguncangan

yang mungkin bisa lebih besar.



Kita salut atas sigapnya gerakan Bank Indonesia (BI) yang langsung

terjun ke pasar untuk menjaga nilai rupiah tetap stabil. Operasi moneter

yang dilakukan BI selama ini kita nilai cukup efektif menjaga rupiah di

posisi relatif aman. Kebijakan atas suku bunga pun menjadi acuan penting

bagi pasar agar penguatan dolar AS tidak terus berlanjut. Intervensi

pasar BI, seperti diharapkan kalangan ekonom dan analis maupun pelaku

pasar, merupakan momen dan tahapan krusial demi menjaga makroekonomi

berada dalam treknya.



Pemerintah, di sisi lain, kita harapkan mengeluarkan kebijakan dan jurus

yang tak kalah ampuh demi menciptakan lapangan kerja, menurunkan angka

kemiskinan, dan menjaga daya beli masyarakat tetap baik. Dengan begitu,

dorongan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi bisa kita jaga, termasuk

dari sisi produksi di mana produsen terus memproduksi barang-barangnya.

Keseimbangan ini yang harus menjadi perhatian kita semua, terutama

pemerintah.



Sebagai negara yang sedang tumbuh (emerging market), Indonesia akan bisa

memainkan peran lebih besar di kancah internasional yang sedang dilanda

krisis Eropa jika mampu menjaga stabilitas moneter. Kita berharap,

inflasi tetap terjaga di level empat-lima persen, rupiah tak beranjak di

atas 9.500 per dolar AS, dan daya beli masyarakat turun. Peran BI tentu

kita tunggu agar ekonomi kita --meminjam lagu Pingkan Mambo-tetap

baik-baik saja.



http://republika.pressmart.com/PUBLICATIONS/RP/RP/2012/05/23/ArticleHtmls/tajuk-Rupiah-23052012004020.shtml?Mode=1



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.