Minggu, 13 Mei 2012

[Koran-Digital] Artis Mengancam Kaderisasi Parpol

Ya kebanyakan dari mereka MUNGKIN TIDAK TAHU untuk apa mereka menjadi ANGGOTA LEGISLATIF.

SETIAP orang termasuk artis atau figur publik berhak menjadi politikus dan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif saat pemilihan umum (pemilu). Namun, yang dilakukan partai politik (parpol) di Indonesia selama ini terkait rekrutmen artis sebagai calon anggota legislatif (caleg) maupun vote getter ialah jalan pintas yang berpotensi merusak proses kaderisasi parpol.

“Harusnya mereka (parpol) menggunakan instrumen kaderisasi di partai untuk mencari suara dan memenangi pemilu, bukan merekrut artis secara dadakan menjelang pemilu,“ kata analis politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Jumat (11/5).

Ia melihat perekrutan artis untuk menjadi caleg maupun vote getter dari pemilu ke pemilu dapat menimbulkan gejolak internal di parpol. “Mau tidak mau, masuknya artis sebagai caleg akan menimbulkan kecemburuan bagi kader lain yang merasa sudah berkeringat di parpol. Kalau sudah begini, kaderisasi sudah gagal. Kecuali kalau artisnya berpolitik sejak awal, itu tidak jadi persoalan,“ ujarnya.

Meski demikian, Burhan--panggilan Burhanuddin Muhtadi--menilai strategi parpol memajang artis menjelang pemilu sudah mulai tidak efektif lagi. Hal itu antara lain tampak dari tidak lolosnya artis-artis ternama untuk menjadi anggota legislatif.
“Kita bisa lihat Mandra atau Marissa Haque yang tetap tidak lolos walaupun mereka populer. Artinya, masyarakat juga sudah mulai paham,“ ungkapnya.

Lebih dari itu, tambahnya, artis yang sudah duduk di kursi empuk di DPR pun ternyata tidak bisa menunjukkan kapasitas sebagai wakil rakyat. “Ya kebanyakan dari mereka mungkin tidak tahu untuk apa mereka menjadi anggota legislatif.“

Fungsionaris Partai Golkar Tantowi menyatakan partainya akan tetap mengandalkan peran artis dalam pemilu, khususnya saat kampanye. Selaku koordinator perekrutan artis dari Partai Golkar, Tantowi mengatakan pihaknya membuka dua peluang bagi artis, yakni sebagai juru kampanye (vote getter) dan politisi.

“Kami hargai keinginan mereka (artis).
Ingin bergabung sebagai juru kampanye kami hargai mereka sebagai profesional dengan honor yang sesuai. Bagi yang ingin berkiprah di dunia politik juga silakan,“ jelasnya.

Kendati demikian, baik sebagai vote getter ataupun politisi, artis wajib menjalani orientasi. Hal itu dimaksudkan agar mereka tahu visi dan misi serta basis perjuangan Golkar.
Karena itu, imbuhnya, Golkar menerapkan kriteria yang tidak mudah dan harus mau bekerja dengan konsep kegolkaran. “Golkar itu kan the party of ideas bukan the party of artist,“ urai Tantowi.

Ia menyatakan sejumlah artis sudah bersedia bergabung dengan partai beringin, dan hampir semua memiliki kriteria yang mumpuni. Namun, semua itu masih dalam proses penggodokan karena artis bukan hanya sebagai penambah suara. “Tidak munafik sih, orang yang populer itu pasti mampu menambah suara pemilih. Tapi kan Golkar tidak hanya butuh suara, tetapi juga butuh kecakapannya. Nanti diprotes sama rakyat,“ cetusnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan juga mengklaim sejumlah artis ternama sudah berada dalam daftar Garda Muda Nasional PAN. Hengky Kurniawan, Luki Alamsyah, dan Saiful Jamil, menurutnya sudah bergabung dengan PAN. “Kita membentuk Garda Muda Nasional sebagai sayap PAN untuk aksi sosial yang menembus langsung ke masyarakat,“ katanya.

Taufik menilai artis memiliki ruang lebih luas dan mudah bersatu degan rakyat. PAN, kata dia, tidak hanya memanfaatkan artis sebagai pendulang suara, tetapi juga memberikan ruang dan kesempatan yang sama dengan kader partai yang lain.

“Sesuai arahan ketua umum, mereka harus betul-betul melewati proses verifikasi dan disesuaikan dengan visi dan misi partai. Sebagai kader parpol mereka harus sadar untuk meninggalkan keglamoran dan eksklusivitas sebagai selebritas. Kita harus sama-sama berkeringat di partai, tidak ada anak tiri dan anak emas,“ pungkasnya.

Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto menambahkan, partainya akan meminang sejumlah artis untuk menjadi caleg pada Pemilu 2014. “PAN sangat selektif dalam rekrutmen caleg. Kita menerapkan scoring dan harus memiliki elektabilitas tinggi, dan tidak tertutup kemungkinan kriteria itu ada pada selebritas,“ ucapnya.

Menurutnya, saat ini PAN tengah melakukan penjajakan kepada Anang Hermansyah dan Ashanty untuk menjadi kader karena keduanya memiliki kedekatan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Selain itu, Anang Ashanty memiliki kapasitas dan kesamaan sikap dengan PAN.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tak mau ketinggalan. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PPP Arwani Thomafi, partainya tidak menafikan potensi popularitas artis sebagai pendulang suara dalam pemilu.

“Profesi artis memang memiliki potensi keterpilihan yang tinggi dalam ajang pemilu.
Salah satunya melihat pada sisi popularitas,“ tukas Arwani.

Ia menyatakan PPP sedang melakukan rekrutmen caleg, dan tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang berprofesi sebagai artis. Akan tetapi, tidak sembarang artis dapat bergabung dengan PPP karena partai telah menetapkan kriteria caleg.

“Rekrutmen yang kami lakukan memang tidak spesifik menunjuk profesi masyarakat atau seorang kader, yang terpenting dia harus memiliki kualifikasi yang dibutuhkan partai,“ tuturnya.

Ketika ditanya siapa saja artis yang sudah didekati PPP, Arwani tidak bersedia menyebutkan. Mengenai Deddy Mizwar dan Dessy Ratnasari yang disebut-sebut menjadi artis incaran PPP, Arwani tidak membantah dan juga tidak mengiakan. “Hmm... belum bisa dikatakan pasti, masih dalam komunikasi intensif,“ tukasnya. (Che/HZ/*/P-3)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/14/ArticleHtmls/Artis-Mengancam-Kaderisasi-Parpol-14052012023007.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.