Senin, 07 Mei 2012

[Koran-Digital] Berdiri Tegak di Tengah Sanksi




berbagai sanksi terhadap Iran TerBukTI gagal.

Keterbatasan investasi asing justru mendorong Iran untuk menopang industri minyak mereka secara mandiri. Walau diimpit sejumlah sanksi ekonomi, Iran belum habis.

AROMA cat masih mere bak di kapal penam pung minyak mentah itu. Beragam peranti di dalamnya pun masih mengilap.
Safe, demikian nama bahtera tersebut, baru rampung diproduksi Waigaoqiao Shipbuilding Company Ltd beberapa pekan lalu atas pesanan National Iranian Tanker Company (NITC).

Dengan panjang 330 meter atau 2,5 kali tinggi Monumen Nasional (Monas) di Jakarta dan daya tampung sebesar 2,2 juta barel minyak, Safe merupakan very large crude carrier (VLCC) ke-26 NITC. Jumlah itu bakal bertambah pesat mengingat 11 kapal VLCC lainnya yang sedang diproduksi Waigaoqiao dan Dalian Shipbuilding Industry Company segera rampung akhir tahun ini.

Di tengah impitan sejumlah sanksi ekonomi terhadap Iran, aksi pembelian selusin VLCC seharga US$1,2 miliar cukup mengherankan. Menurut Menteri Perminyakan Iran Rostam Qasemi, berbagai sanksi terhadap Iran terbukti gagal. Dia mengatakan keterbatasan investasi asing justru mendorong Iran untuk menopang industri mi nyak mereka secara mandiri.

“Sanksi terhadap sektor minyak Iran telah gagal dan tidak akan menghalangi pertumbuhan dan pengembangan industri ini,“ ungkap Qasemi kepada Tehran Times, pertengahan April lalu.

Pernyataan Qasemi didukung data ekspor migas Iran. Di akhir 2011, Direktur Pelaksana National Iranian Oil Company Ahmad Qalebani mengatakan ekspor gas alam Iran meningkat 10%. Ia juga memperkirakan kenaikan 20% setiap tahun hingga 2015 mendatang.

Berdasarkan laporan terakhir Bea Cukai Iran, volume perdagangan luar negeri Iran pada kurun 20 Februari-19 Maret 2012 menembus rekor baru, melebihi US$10.924 miliar. Adapun perdagangan luar negeri Iran mencapai bobot 12.274 juta ton, meningkat 41,2% dari bulan sebelumnya.
Program nuklir Beragam sanksi terhadap Iran berawal ketika program nuklir mereka mulai mendapat sorotan tajam dunia internasional pada 2003. Iran diduga secara sembunyisembunyi mengembangkan senjata pemusnah massal berbahan dasar nuklir selama 18 tahun. Tuduhan itu selalu dibantah pemerintah Iran. Meski mengakui ada pengayaan uranium, mereka berkeras tidak menyalahi Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT). Pengembangan nuklir ditujukan bagi pembangkit listrik dan kepentingan medis, alihalih kegiatan militer. Bantahan pemerintah Iran tidak diindahkan. Pada Desember 2006, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pertama kali memberlakukan sanksi terhadap Iran agar `Negeri para Mullah' membekukan program nuklir. Saat itu sanksi baru mencakup larangan transaksi yang secara langsung berkenaan dengan industri nuklir Iran serta pembekuan aset sejumlah individu dan perusahaan yang diduga terlibat program nuklir.

Tiga rangkaian sanksi lainnya dikeluarkan Dewan Keamanan PBB berturut-turut pada Maret 2007, Maret 2008, dan Juni 2010.
Sanksi-sanksi yang ditambahkan, antara lain, embargo perdagangan senjata dan teknologi dengan Iran, serta pembekuan transaksi sejumlah bank dan perusahaan Iran yang dikendalikan Garda Revolusioner. PBB juga melarang investasi di sektor energi Iran dan mengajak semua negara untuk membatasi kerja sama ekonomi dengan Iran, terutama jika sektor tersebut diyakini turut mendanai kegiatan nuklir Iran. Menyusul diadopsinya Resolusi 1929 oleh PBB pada 2010, Uni Eropa dan sejumlah negara termasuk Kanada, Jepang, Korea Selatan, dan Australia mengumum kan pembatasan akses Iran ke sistem perbankan dan keuangan mereka. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menandatangani Comprehensive Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act of 2010 (CISADA) pada 1 Juli 2010.
Pemberlakuan CISADA oleh AS itu memperkuat sanksi-sanksi yang sudah ada sebelumnya sekaligus membatasi ruang lingkup kerja sama AS-Iran.
Antisipasi Menteri Perminyakan Iran Rostam Qasemi mengatakan sanksisanksi yang ada saat ini, baik dari Uni Eropa maupun negara-negara lainnya, tidak mengejutkan Iran.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast, pihaknya bahkan sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. “Negara-negara Eropa dan negara lain yang berada di bawah tekanan Amerika harusnya memikirkan kepentingan mereka sendiri. Negara mana pun yang menarik diri dari pasar energi Iran akan melihat mereka digantikan negara lain,“ cetusnya.

Keyakinan itu dibuktikan Iran dengan menghentikan ekspor minyak ke Italia, Spanyol, dan Jerman setelah Uni Eropa sepakat melarang para anggota mereka membeli minyak ataupun mengangkut minyak dan produk terkait dari Teheran. Padahal, pemberlakuan sanksi tersebut baru akan diterapkan 1 Juli mendatang karena menteri-menteri luar negeri Uni Eropa yang hadir dalam pertemuan di Brussels khawatir akan dampaknya terhadap Yunani, Italia, dan sejumlah negara lain yang menjadikan Iran sebagai pe nyuplai utama minyak mereka.

Menurut Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh, dalam jual beli wajar saja kalau ada konsumen yang berhenti membeli barang dari produsen.
Sejalan dengan itu, lumrah pula jika produsen menolak menjual produk mereka ke beberapa konsumen tertentu.
Beralih Saat sejumlah negara berhenti  menggunakan minyak Iran, kekosongan yang ada langsung terisi oleh negara-negara Asia Tengah, In dia, Venezuela, dan China.
Apa lagi, `Negeri Tirai Bambu' kini menyandang predikat sebagai konsumen terbesar energi di dunia.

Sekadar gambaran, China bulan lalu mengaku mengimpor minyak mentah sebanyak 5,57 juta barel saban hari. Jumlah tersebut ditengarai hanya mencakup setengah dari seluruh keperluan energi mereka.

Berdasarkan kajian The Peterson Institute for International Economics (IIE), peningkatan sanksi tidak terlalu berpengaruh bagi negara bersangkutan. Pasalnya, globalisasi memungkinkan negara yang dikenai sanksi dapat menemukan konsumen lain dan tujuan ekspor baru untuk perdagangan dan investasi. Analis juga melihat sanksi internasional ha nya akan membuat perdagangan Iran beralih ke negara lain.

Di ranah domestik, sejak 2007 pemerintah Iran sudah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi berbagai dampak sanksi negara-negara Barat. Mereka berupaya mengurangi konsumsi bensin dalam negeri dan meningkatkan kemampuan penyulingan.

Pada saat bersamaan, pemerintah Iran menghapuskan sub sidi bahan bakar minyak. Hal itu memang sempat menyebabkan inflasi dan kenaikan harga.

Namun, menurut Mahmoud Farazandeh, tidak ada penolakan yang berarti. “Rakyat mengerti bahwa tindakan itu memang perlu dilakukan untuk memastikan Iran bisa tetap berdiri di kaki sendiri.“ (*/Jer/Reuters/AP/ Fars/I-2)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/08/ArticleHtmls/Berdiri-Tegak-di-Tengah-Sanksi-08052012022003.shtml?Mode=1


Tindakan Negara Barat Ilegal


SELAMA bertahun-tahun Iran dikenai beragam sanksi dari negara-negara Barat. Namun, hingga saat ini pemerintah Iran belum takluk dan berkeras mempertahankan program nuklir mereka. Apa dasar argu mentasi mereka?
Bagaimana pula mereka ber tahan dari sanksi-sanksi? Untuk mengetahuinya, Media Indonesia mewawancarai Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya: Iran dituding mengembangkan senjata nuklir, apa yang bisa Anda jelaskan mengenai hal itu?
Jika melihat kondisi geopolitik Iran, apa kami butuh senjata nuklir? Tuduhan itu bagi kami tidak masuk akal karena Iran tidak punya target untuk diserang. Lagi pula, itu bukanlah yang kami inginkan karena tidak sejalan dengan gagasan keadilan yang dijunjung revolusi Islam. Kami mengatakan tidak pada hegemoni, ketidakadilan, dan pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa. Tidak ada tempat bagi senjata nuklir untuk Iran.

Sepengetahuan Anda, bagaimana isu itu berawal?
Sudah sejak lama kita sepakat bahwa energi nuklir diperlukan. Kita tahu betapa terbatas cadangan energi yang ada dan sebaliknya, permintaan justru terus meningkat. Maka, nuklir dibutuhkan sebagai energi alternatif. Dulu Amerika, Jerman, dan Prancis berlomba untuk membangun pembangkit nuklir di Iran.
Yang tak banyak orang tahu, reaktor nuklir di Teheran pertama kali dibangun Amerika. Jerman datang mengerjakan konstruksi Bushehr, tetapi berhenti setelah revolusi Islam. Tiba-tiba mereka mengatakan Iran tidak seharusnya memiliki energi nuklir.

Sejak hari pertama revolusi Islam di Iran, Amerika memulai embargo. Menurut Anda, itu mengindikasikan apa?
Itu mengindikasikan penyelewengan terhadap media-media dan organisasi internasional untuk menekan negara yang berusaha untuk mandiri. Setelah membangun konstruksi, Iran membutuhkan bahan bakar agar reaktor di Teheran menghasilkan radioisotop. Kami sudah bayar mereka untuk bahan bakar, tapi mereka tidak memberikan bahan bakar sesuai perjanjian. Negosiasi panjang dengan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) membahas pasokan itu sudah berlangsung terlampau lama dan tak pernah berujung pada kesimpulan apa-apa. Jadi kami memutuskan bekerja tanpa mereka. Segera setelah Iran menandatangani kontrak dengan Rusia, mereka katakan kami berniat membuat bom nuklir dan tuduhan-tuduhan tak berdasar lainnya.

Mengapa Iran berkeras me ngem bangkan nuklir meski diminta untuk menangguhkan nya? Mereka datang dengan banyak tudingan dan selama bertahuntahun kami bekerja sama, melakukan negosiasi. Di 2003, kami bahkan menghentikan semua aktivitas sementara hanya untuk membangun kepercayaan bahwa kami memang tidak mengembangkan senjata nuklir.

Pembicaraan terus dilakukan dan kami minta agar isu-isunya dikategorikan antara isu-isu dari masa lampau, isu yang ada saat ini, dan serangkaian tuduhantuduhan baru. Kami sudah buktikan dan semua sudah jelas.
Hanya tersisa tuduhan-tuduhan yang konon didapat dari temuan intelijen. Sebenarnya sederhana saja, tuduhan-tuduhan itu perlu pembuktian. Hingga kini pembuktian itu tidak ada. Dalam inspeksi yang dilakukan IAEA, mereka terus meminta untuk mengunjungi berbagai tempat yang tidak ada dalam agenda.
Pernah saat datang ke Teheran, mereka seharusnya menginspeksi pembangkit nuklir. Tapi tiba-tiba mereka meminta dibawa ke tempat militer Iran. Itu merupakan pelanggaran.

Negosiasi tampaknya tidak pernah berhasil, tapi mengapa Iran mau bernegosiasi kem bali?
Selama ini, negosiasi tidak pernah terjadi karena mereka hanya mendikte dengan meminta Iran menghentikan aktivitas nuklir.
Sebaliknya, dengan menghadiri perundingan-perundingan itu, Iran ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Iran jelas tidak ingin bom nuklir. Kehadiran kami harusnya menyampaikan pesan ini. Kami negara yang bertindak secara defensif, tidak pernah ofensif.

Lebih dari tiga dekade men dapat sanksisanksi, tapi Iran masih tampak baikbaik saja.
M u n c u l b a ny a k s p e k u l a s i bahwa Iran melakukan kerja sama ekonomi dengan cara ilegal. Tanggapan Anda?
Jika ada negara yang melanggar kesepakatan dengan Amerika un tuk melakukan embargo terhadap Iran, harus dilihat bahwa embargo yang dilakukan Amerika ke Iran itulah yang ilegal. Begitu pula dengan sanksi-sanksi Uni Eropa.
Adalah ilegal untuk memberlakukan sanksi terhadap minyak Iran atau mengajak negara-negara sekutu mereka untuk tidak menjual bensin ke Iran. Berdasarkan aturan dalam OPEC, Iran punya kuota. Iran harus dan berhak memproduksi minyak, juga memasarkannya. Perlu diperjelas, semua tindakan negara Barat ke Iran itu ilegal. Selain itu, Iran tidak perlu melakukan aktivitas ilegal. Iran negara yang besar, produsen minyak terbesar kedua di OPEC dan keempat di dunia. Cadangan gas alam Iran paling besar di Timur Tengah, nomor dua di dunia. Kami punya sumber daya manusia yang bagus, banyak yang bisa kami produksi sendiri, banyak bidang yang bisa kami kelola sendiri. Dengan banyaknya tekanan ekonomi, mereka ingin menghancurkan keinginan bangsa Iran untuk mempertahankan integritas negara. Penduduk kami bersedia menerima konsekuensi yang ada untuk mempertahankan ekonomi negara, misalnya dengan mendukung penghapusan subsidi di segala bidang. Tekanan mereka tidak pernah dan tidak akan berhasil menjatuhkan Iran. (Hera Khaerani/I-1)


http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/08/ArticleHtmls/Tindakan-Negara-Barat-Ilegal-08052012022018.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.