Kamis, 17 Mei 2012

[Koran-Digital] Eman Suparman: "Masak doktor tidak tahu hukum acara. Mengerikan banget"

Eman Suparman: "Masak doktor tidak tahu hukum acara. Mengerikan banget"



Memang dari nonkarier nggak ada yang bagus hasil akhirnya. Terus terang

saja harus kami akui dari kalangan non-karier itu parah betul dari sisi

hukum acaranya. Saya kira nggak bisa kita meloloskan calon hakim agung

yang tidak memahami hukum acara. Bagaimana jadinya nanti? Jadi kami

harus bertanggung jawab atas pengetahuan mereka. Karena mereka ini

orang-orang yang sebenarnya doktor. Tapi, masak doktor tidak tahu hukum

acara. Mengerikan banget.







KOMISI Yudisial (KY) memastikan 12 calon hakim agung (CHA) yang

diserahkan ke DPR seluruhnya berasal dari jalur karier hakim. KY

membantah keputusan ini mendiskriminasikan calon dari nonkarier.

Sementara panelis seleksi menyarankan KY tidak memaksakan diri untuk

meloloskan 15 CHA menjadi hakim agung.



Ketua KY Eman Suparman menambahkan ke-12 CHA lolos berbagai macam tes di

KY mulai dari tes kesehatan, profile asessment, pembuatan makalah,

investigasi, dan lainnya. Seluruh tes dilakukan dengan objektif, serta

melibatkan pihak ketiga yang independen.



Guna mengetahui lebih jauh tentang kualitas calon hakim agung,

Gresnews.com mewawancarai Ketua KY Eman Suparman di Jakarta, Kamis

(17/5). Berikut petikan wawancaranya:



Kualitas CHA saat ini yang sudah terjaring masuk ke DPR sebanyak 12

orang. Apakah bapak yakin kualitasnya sudah sangat bagus?



Paling tidak bukan keyakinan saja. Itu kan hasil seleksi kami. Jadi saya

sudah memutuskan 12 orang itu dari berbagai aspek. Itulah orang yang

menurut kami terbaik. Jadi bukan keyakinan lagi. Kalau keyakinan kan

sebelum diputus. Sekarang kan sudah diputus. Itulah orang-orang yang

dari KY terpilih hanya saja saya berharap mudah-mudahan DPR memilih yang

terbaik di antara 12 orang itu.



Menurut KY, 12 orang itu sudah yang paling terbaik diantara 45 calon

hakim agung di tahap wawancara?



Tentu tidak. Saya harus akui. Tidak 12 itu 12 terbaik. Tapi karena yang

diminta adalah lima orang hakim agung yang seharusnya KY menyerahkan 15

orang, tapi KY hanya mampu mencari yang optimal itu 12 orang. Maka kami

menganggap yang optimal itu adalah 12 orang. Tapi tentu saja, kami

mengakui tidak semuanya 12 orang itu adalah terbaik. Tapi apa boleh

buat, karena kami juga tidak boleh me-ranking mereka. Tapi kami punya

ranking sebenarnya di antara 12 orang itu. DPR kan tidak mau diberikan

ranking. Karena mereka menganggap kalau KY memberikan ranking sama

dengan fait accomply DPR.



Apakah KY merasa tidak ingin terjebak seperti Panitia Seleksi Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menggunakan ranking?



Saya kira iya orang ketuanya saja profesor kok.



12 orang yang diserahkan ke DPR kan dari kalangan hakim karier semua

itu. Apa penyebabnya?



Memang dari nonkarier nggak ada yang bagus hasil akhirnya. Terus terang

saja harus kami akui dari kalangan non-karier itu parah betul dari sisi

hukum acaranya. Saya kira nggak bisa kita meloloskan calon hakim agung

yang tidak memahami hukum acara. Bagaimana jadinya nanti? Jadi kami

harus bertanggung jawab atas pengetahuan mereka. Karena mereka ini

orang-orang yang sebenarnya doktor. Tapi, masak doktor tidak tahu hukum

acara. Mengerikan banget.



Apakah dikhawatirkan kalau mereka menjadi hakim agung akan sulit untuk

bekerja?



Ya, apalagi kalau mereka tidak mengetahui hukum acara. Padahal di

Mahkamah Agung itu bukan hanya memutus perkara. Dia juga harus

mengetahui apa penerapan hukumnya, judex factie sudah benar atau tidak.

Bagaimana mereka bisa tahu judex factie sudah benar kalau hukum acaranya

saja belum paham. Mohon maaf, saya guru besar hukum acara. Oleh karena

itu, saya ketat betul untuk nonkarier yang tidak mengetahui hukum acara.



Apakah ini bukan karena kekhawatiran para hakim karier di MA yang

menilai nonkarier sudah terlalu banyak?



Jadi begini, untuk mengantisipasi itu, hakim karier di MA tidak semuanya

jelek. Ada juga yang baik dan mereka kooperatif dengan KY. Jadi mereka

mau melaporkan teman-temannya yang jelek. Saya bersyukur karena MA sudah

diisi oleh hakim agung yang pro terhadap KY. Mereka sudah jenuh juga

sebenarnya dengan perilaku hakim yang tidak beres itu. Mereka ingin baik

sebenarnya. Cuma karena mereka ingin baik, mereka menuntut tolonglah

gaji dan tunjangan kami dipenuhi.



Jadi menurut anda tidak ada perbedaan lagi antara hakim agung karier dan

nonkarier?



Tidak ada perbedaan dan perseteruan antara dua jenis itu. Justru saya

lebih senang jika di MA banyak hakim karier tapi integritasnya baik begitu.



Mengenai fungsi pengawasan KY, apakah laporan yang masuk semakin banyak?



Sebenarnya kalau dibilang semakin banyak juga tidak. Rata-rata saja

konstan pada dasarnya. Karena rupanya sekarang lebih tersosialisasi

fungsi dan peran KY. Paling tidak saya menyaksikan bahwa hakim ada

perubahan ke arah yang lebih baik. Karena begini, para hakim muda yang

mengancam mogok itu sebenarnya dalam indikasi KY, mereka ingin berbuat

baik tetapi tidak cukup gajinya. Maka mereka menuntut gajinya naik. Jadi

sebenarnya sekarang sudah ada kekhawatiran kalau saya berbuat tidak

baik, terus KY ini akan semakin gencar mengawasi kami. Lebih baik kami

minta naik gaji daripada kami menerima sogok terus. Itu indikasinya,

kami menangkap gejala ke arah yang lebih baik.



Jadi sudah mulai menjauh ya persepsi publik yang menilai hakim suka

menerima suap?



Tidak lagi seperti itu. Sekarang sudah banyak yang lebih baik. Karena

mungkin sudah malu mereka sama masyarakat dan pihak KY yang semakin

gencar mengawasi mereka.



Rencana seleksi calon hakim agung berikutnya terkait banyaknya hakim

agung yang mau pensiun bagaimana?



Sudah siap. Waktu saya jumpa jamuan makan malam di Istana Negara dengan

Pak Hatta Ali (Ketua Mahkamah Agung) beliau menyatakan sudah akan

berkirim surat lagi. Dia bilang kapan kami harus menyerahkan permintaan

calon hakim agung? Saya bilang secepatnya lebih baik. Juni itu sudah

paling lambat berkirim surat karena kalau kami tidak dikirim surat

segera maka kami akan lambat mengumumkan kepada publik. Akhirnya Pak

Hatta menjawab iya nanti paling lambat Juni saya akan mengirimkan suratnya.



Berapa yang diminta Ketua MA mengenai kebutuhan hakim agung berikutnya?



Mintanya kalau tidak empat atau lima lagi. Minta dilengkapi yang kurang

satu (terkait proses di DPR hanya akan menghasilkan empat padahal

kebutuhan lima) dan ditambahkan lagi empat atau lima. Tapi, saya

mengingatkan kepada beliau, kalau mau mengirimkan hakim karier, kirimkan

hakim terbaiknya, jangan yang bermasalah.



Terakhir kan ada pembentukan tim bersama antara KY dan MA untuk merevisi

kode etik dan pedoman perilaku hakim. Bagaimana kelanjutannya?



Menurut laporan dari Pak Asep (Asep Rahmat Fajar, juru bicara KY)

bersama Pak Ibrahim (Komisioner KY) dan Pak Jaja (Ahmad Jayus,

Komisioner KY) baik mereka. Sekarang sudah progres tapi saya belum tahu

detailnya, karena Pak Asep Rahmat belum melaporkan utuh kepada saya

pekerjaan mereka.



Artinya apakah nanti akan dilahirkan kode etik dan pedoman perilaku

hakim yang baru?



Paling tidak, walaupun tidak seluruhnya, baru yang dua dibatalkan, itu

akan di-recovery dengan bentuk dan bahasa melalui draf yang baru.

Seperti apa saya belum tahu tapi akan diatur kembali.



Apakah dipastikan tidak akan terjadi penolakan kode etik dari salah satu

pihak lagi?



Tidak. Karena Pak Hatta Ali sebenarnya lebih welcome dibandingkan Pak

Harifin (Harifin Andi Tumpa, mantan Ketua MA). Sekarang itu lebih baik

dia (Hatta Ali). Pak Hatta Ali sudah mempersilakan dia. Jadi memang

karena dia dulunya adalah Ketua Muda Pengawasan sehingga kelihatannya

beliau paham betul akan fenomena anak buahnya gitulah.



Hobi Anda apa?



Hobi saya ini olahraga renang. Kalau tidak berenang saya baca buku. Jadi

kalau saya di rumah saat waktu kosong, saya baca buku sampai saya ngantuk.



Buku yang paling suka dibaca apa?



Saya senang membaca buku yang berasal dari disertasi apapun saya suka.

Tapi umumnya berasal dari disertasi S3. Jadi hasil-hasil kajian akademik

dan itu merupakan hasil penelitian yang teruji oleh para guru besar.



Kuliner yang bapak sukai apa?

Kuliner saya itu sederhana sekali ya Mas. Murah sekali, tumis peda.

Kesukaan saya itu. Ah luar biasa itu pokoknya.



http://gresnews.com/berita/tatap_muka/1525175-eman-suparman-masak-doktor-tidak-tahu-hukum-acara-mengerikan-banget



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.