Kamis, 17 Mei 2012

[Koran-Digital] Negara tanpa Ayah

INDONESIA dalam kondisi kritis. Pasalnya negara telah melupakan peran

anak dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya sistem pendidikan, bak memenjarakan anak.



Sekolah di mata pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sahabat Ayah,

Irwan Rinaldi, seharusnya membangun kepribadian anak.



"Tapi anak justru dipaksa berangkat ke sekolah dan mempelajari berbagai

hal yang hanya mengelola otaknya.

Selain itu, hak anak juga direnggut dengan sistem rangking, akselerasi

dan sebagainya," ujar Irwan kepada Media Indonesia di Jakarta.



Hal itu, lanjut Irwan, yang membuat anak-anak Indonesia matang secara

akademis, tapi tidak psikologis dan spiritualitasnya. Karena itu anak

menjadi miskin konsep diri dan miskin kepribadian.



"Akibatnya jelas sekali, anak-anak Indonesia yang bisanya cuma

ikut-ikutan. Bila jadi pemimpin nantinya mereka cenderung plinplan dalam

mengambil keputusan," tegas Irwan.



Selain menguras hak anak dari segi sekolah formal, pemerintah Indonesia

tidak pernah melibatkan anak dalam hal apa pun. Anak-anak tidak diberi

harga diri, begitu Irwan mengistilahkannya. Irwan merujuk Finlandia,

yang melihat anak-anak sebagai aset dan bagian dari negara.



Orang dewasa di Indonesia sering kali lupa dan sibuk sendiri dengan

urusan mereka. Irwan mencontohkan pemberitaan dan penanganan bencana di

Indonesia, ketika anak-anak tidak pernah dilibatkan.



"Mereka hanya tahu dan menonton televisi yang disiarkan dengan bahasa

orang dewasa. Tidak ada orang dewasa yang berusaha menjelaskan itu ke

dalam bahasa mereka, itu yang membuat mereka kadang-kadang tidak

mendapatkan makna apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kita harus

membantu," kata dia.



Irwan berusaha menggugah masyarakat dan pemerintah untuk memperhatikan

hak anak yang terlihat sepele tapi ternyata punya efek dominan dalam

kehidupan psikologis anak melalui buku. Selain itu, Irwan aktif

berkeliling ke daerah-daerah untuk mendiskusikan peranan ayah kepada

para ayah Indonesia.



"Usaha saya ini tak selalu berbuah hasil manis. Kadang yang ikut hanya

dua orang, tapi saya tidak mundur, saya yakin dimulai dengan sedikit

akan menjadi banyak bila dilaksanakan dengan konsisten," ujarnya. (*/M-5)



http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/18/ArticleHtmls/Negara-tanpa-Ayah-18052012022013.shtml?Mode=1



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.