2014, partai tengah sodorkan 9 calon presiden. "Tak perlu dagang sapi lagi"
"Kita ikut melakukan revisi ini. Alasannya, dengan pengetatan yang
sekarang ini terlalu ketat sehingga hanya dua atau tiga pasangan capres
saja yang bisa maju. Terkesan menutup peluang bagi munculnya calon
presiden lain yg lebih diharapkan oleh rakyat, tetapi tidak akan
berpeluang karena tertutup ketatnya batas ambang tersebut," kata Martin
Hutabarat di Jakarta, Rabu (16/5).
PEMILIHAN Presiden (Pilres) masih dua tahun ke depan, tapi wacana jumlah
calon presiden yang bakal bertarung pada 2014 terus dihembuskan Partai
Demokrat.
Demokrat sebagai pemenang Pemilu 2009 mencoba tawar-menawar. Ambang
batas Presidential Threshold (PT) 20% atau 15%. Monggo! Kalau besaran
ambang batas 20%, calon presiden maksimal lima orang. Batas 15% memberi
peluang enam calon presiden untuk bertarung.
Wacana tersebut ditiupkan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat,
Saan Mustopa. "Usulan Partai Demokrat sama dengan persyaratan
Presidential Threshold (PT) pada Pemilu Presiden 2009 yakni 20 persen.
Namun, jika ada usulan agar diturunkan, Partai Demokrat masih bisa
menerimanya hingga 15 persen."
Tawaran Demokrat segera ditepis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang
memilih 'jalan damai' dengan memberi peluang kepada sembilan partai di
parlemen untuk mengusung calon dari tiap partai.
"Perlu didorong agar partai tengah untuk mengusung capres sendiri. Bila
ada 9 parpol yang lolos di parlemen, maka semua partai itu bisa
mengusung capres," kata Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta di gedung DPR
Jakarta, Rabu (16/5).
Hindari daging sapi
Menurut Anis, PKS akan mengupayakan syarat mengusung calon presiden atau
Presidential Threshold dimudahkan. Artinya, sama dengan persyaratan
ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold) dalam perolehan kursi di
parlemen.
"Menurut saya, syarat mengusung capres disamakan saja dengan PT. PKS
akan dorong syarat itu saat pembahasan RUU Pemilihan Presiden," ucap dia.
Persamaan syarat itu agar partai politik yang lolos Parliamentary
Threshold bisa mengusung kandidat presiden sendiri. Selain itu,
persyaratan yang mudah akan memberi pilihan luas kepada masyarakat.
"Presiden atau pemimpin tergantung kepada figur. Kita mesti melihat
presiden dipilih rakyat, partai politik cuma provider. Ada partai besar
tapi tak punya calon, begitu sebaliknya. Jadi tak perlu dagang sapi lagi."
Kandidat alternatif
Pendapat senada dikemukakan petinggi Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Anggota Dewan Pembina Gerindra, Martin Hutabarat menilai
persyaratan Presidential Threshold terlampau berat.
"Kita ikut melakukan revisi ini. Alasannya, dengan pengetatan yang
sekarang ini terlalu ketat sehingga hanya dua atau tiga pasangan capres
saja yang bisa maju. Terkesan menutup peluang bagi munculnya calon
presiden lain yg lebih diharapkan oleh rakyat, tetapi tidak akan
berpeluang karena tertutup ketatnya batas ambang tersebut," kata Martin
Hutabarat di Jakarta, Rabu (16/5).
Pilihan ideal, menurut Martin, adalah menerapkan Presidential Threshold
seperti halnya Parliamentary Threshold di ambang batas 3,5%. Tujuannya,
memberi peluang calon potensial dan rakyat mendapat peluang memilih
kepala negara dan kepala pemerintahan lebih banyak.
"Berapa idealnya? Gerindra akan berupaya mendorong revisi. Kalau tetap
15% atau 20% berarti menutup peluang pilihan alternatif," ungkap Martin.
Tidak demokratis
Suara penolakan kembali dilontarkan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Petinggi Hanura, Syarifuddin Sudding mendorong tersusun UU Pemilihan
Presiden yang tidak membatasi hak seorang warga negara untuk menjadi
pemimpin.
Idealnya Presidential Threshold 3,5% pula? "Ya saya kira karena kita
telah sepakat dengan Parliamentary Threshold 3,5% artinya partai-partai
yang telah lolos berhak mengajukan calon presiden. Tanpa ada lgi
pembatasan dalam UU Pilres terhadap batas ambang presiden," ungkap
Syarifuddin.
Menurutnya, sangatlah tidak adil bagi partai politik yang memiliki wakil
di parlemen dan lolos Parliamentary Threshold 3,5% tapi peluang
kandidatnya 'dipasung' untuk mengikuti Pemilihan Presiden yang
mensyaratkan minimal 15%.
"Sungguh tidak adil. Alangkah eloknya membuka peluang yang sama kepada
semua partai," ungkap Syarifuddin.
http://gresnews.com/berita/politik/1117175-2014-partai-tengah-desak-9-kandidat-presiden-pks-jadi-tak-perlu-dagang-sapi-lagi
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.