Minggu, 20 Mei 2012

[Koran-Digital] CYRILLUS HARINOWO: Secangkir Kopi di Kampoeng Aer

Secangkir Kopi di Kampoeng Aer PDF Print

Monday, 21 May 2012

Hari menjelang petang saat matahari secara pelan beranjak ke peraduan.

Warnanya yang jingga memenuhi langit di ufuk barat. Angin semilir

menerpa dedaunan di pinggir Sungai Cisadane.





Pada saat itu,beberapa orang dewasa dan anak-anak menekuni pancing di

depan mereka menunggu ikan memakan umpan. Saat itu, secangkir kopi Illy

menjadi pelengkap yang sungguh nikmat. Secangkir kopi tersebut bisa

menjadi pembuka maupun penutup makan yang pilihannya pun cukup banyak di

restoran Kampoeng Aer itu. Jadilah "wisata kuliner" tersebut menjadi

piknik yang sungguh menyegarkan dan memberikan keseimbangan hidup

setelah penat bekerja seharian.



Suasana seperti itu layaknya kita peroleh di suatu resor yang jauh dari

kebisingan kota. Suasana seperti itulah yang dewasa ini dikejar orang.

Mereka siap bersusah payah menembus kemacetan Jakarta– Puncak maupun

padatnya kendaraan Ciawi–Sukabumi demi menikmati suasana semacam itu di

Pancawati atau Cimande. Suasana seperti itu pulalah yang banyak dikejar

orang di Ubud, Gili Terawangan, dan Pantai Senggigi, Lombok maupun di

Pondok Mang Engking di Yogyakarta.



Namun suasana yang saya gambarkan pada awal cerita ini bukanlah suasana

yang harus dikejar jauh-jauh dan berlelah- lelah keluar kota

metropolitan Jakarta. Suasana seperti ini dewasa ini mulai banyak

ditawarkan di daerahdaerah permukiman baru seperti Bintaro dan Serpong.

Kampoeng Aer yang menjadi latar belakang tulisan ini adalah sebuah

restoran yang terletak di kawasan Serpong, di sisi timur dari Sungai

Cisadane yang melewati kawasan tersebut.



Restoran tersebut terletak tidak lebih dari setengah kilometer dari

Jalan Raya Serpong yang sering kali sangat padat. Terletak di sisi jalan

Gading Golf Boulevard yang menghubungkan Jalan Raya Serpong dengan

kawasan Summarecon, sangat dekat dengan area permukiman baru BSD, Alam

Sutera maupun kawasan Summarecon Serpong sendiri. Terletak di hamparan

yang cukup luas, sekitar 5 hektare, Kampoeng Aer sungguh menjadi oase

bagi keluarga, dari anak yang masih belajar berjalan sampai dengan orang

tua di kursi roda.



Sungguh suasana itulah yang saat ini bisa kita saksikan sehari-hari,

tetapi terutama di hari Sabtu atau Minggu. Kampoeng Aer,yang belum genap

setahun berdiri di tempat itu, merupakan penerus dari restoran Kampoeng

Aer yang dulunya terletak di belakang restoran Bandar Jakarta di kawasan

Flavor Bliss, Alam Sutera. Kawasan Flavor Bliss yang dewasa ini sangat

penuh dengan restoran dan menjadi daerah ramai tersebut tampaknya

menjadi semakin tidak cocok dengan suasana yang ingin digambarkan dengan

nama Kampoeng Aer.



Oleh karena itu di tempat yang baru, Kampoeng Aer sungguh ingin

ditampilkan agar mencerminkan secara penuh suasana kampung semacam itu.

Dewasa ini para pelanggan Kampoeng Aer memiliki pilihan untuk menikmati

makan mereka di banyak saung yang sudah dibangun di tempat tersebut

dengan mengandalkan udara segar yang memang cukup kaya di tempat itu, di

bawah kerindangan pohon jati di pinggir kolam atau di ruang yang

tertutup tetapi masih tetap menyisakan pemandangan dari jendela, bahkan

juga dengan kemungkinan untuk berkaraoke.



Para tamu juga dapat duduk di beranda utama yang menghadap ke kolam ikan

dengan latar belakang kerimbunan pohon-pohon pisang di pinggir Sungai

Cisadane. Di semua tempat tersebut kita tetap dapat menikmati secangkir

kopi Illy, yang banyak disajikan di hotel maupun daerah wisata Italia,

Swiss maupun daerah Eropa lainnya. Dengan mengamati banyak tamu yang

datang di tempat tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan yang cepat

bahwa tampaknya keberadaan Kampoeng Aer sungguh melengkapi kebutuhan

gaya hidup dari kelas menengah dewasa ini.



Kelas menengah tersebut memiliki pendapatan yang cukup tinggi dan bahkan

mengalami peningkatan terus- menerus setiap tahunnya. Jadilah kelompok

ini memiliki kemampuan untuk menikmatinya sebagai upaya untuk mencari

keseimbangan hidup. Itulah sebabnya kita bisa melihat tempat-tempat

minum kopi seperti Starbucks dewasa ini menjadi tempat yang begitu

banyak dikunjungi masyarakat kelas menengah.



Itulah pula mengapa jumlah gerai Starbucks saat ini sudah mencapai lebih

dari 125 toko di seluruh Indonesia dengan kecepatan pertumbuhan sangat

tinggi. Kita juga melihat berkembangnya Coffee Beans maupun Kopitiam

yang menjadi pesaing utama Starbucks di berbagai tempat di Indonesia.

Namun peluang ini pun mulai dimanfaatkan oleh jaringan tempat kopi lokal

seperti Exelso,Kopi Luwak,Kafe Bangawan Solo, dan Bale Kopi di Kampoeng

Aer tersebut.



Jika tempat-tempat minum kopi tersebut umumnya berada di tempat

keramaian seperti mal,kompleks pertokoan maupun di jalan raya utama,maka

suasana yang lebih hening mulai dicari orang. Itulah sebabnya kita

melihat berkembangnya restoran yang berbau resor seperti Rumah Kayu di

daerah Serpong maupun juga Telaga Sampireun di daerah Bintaro. Dengan

munculnya Kampoeng Aer dengan kawasan yang sangat luas di dalamnya,

pilihan masyarakat untuk mencari makanan dengan suasana hening semacam

itu menjadi semakin lengkap.



Di Kampoeng Aer tersebut saya menyaksikan satu keluarga besar berkumpul

di mana kakek nenek berkumpul dengan anak-anak yang telah melahirkan

cucu-cucu menikmati suasana saung di tempat tersebut. Bahkan karena

terdapatnya kursi santai di tiap saung, banyak keluarga tersebut

berleyeh-leyeh sambil menikmati anak-anak dan cucu mereka bermain di

lapangan, main ayunan,bermain mobil-mobilan yang sungguh kampungan

sebagaimana layaknya kita dapati di tempo dulu maupun bermain egrang

yang mulai banyak dilakukan oleh anak-anak dan kaum dewasa.



Hari Sabtu pekan lalu, saya menyaksikan kehadiran dua bus pariwisata di

Kampoeng Aer yang ternyata membawa rombongan penerima beasiswa Djarum

Foundation.Para siswa terbaik dari seluruh Indonesia tersebut pada

akhirnya memiliki pengalaman langsung untuk menikmati sisi lain dari

Jakarta, yang bahkan mungkin juga tidak dapat mereka dapatkan di tempat

mereka sendiri.



Saya juga menyaksikan di saung yang besar suatu reuni dari anak-anak SMA

Nusantara Tangerang yang dewasa ini mulai beranak cucu pula. Pada

akhirnya kita sungguh beruntung bahwa di tengah hiruk-pikuk kemacetan di

Kota Jakarta, kita masih memiliki kesempatan untuk melepaskan lelah di

daerah yang ternyata berada tidak jauh dari tempat kita bermukim.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO Pengamat Ekonomi



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496583/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.