Rabu, 09 Mei 2012

[Koran-Digital] EDITORIAL Ancaman Empat Gubernur

Tuntutan rakyat Kalimanta Pemerintahan sentralistis dan mematikan

aspirasi daerah tidak patut lagi diterapkan."



Silakan tanggapi Editorial ini melalui: mediaindonesia.com

WIBAWA pemerintah pusat kembali dipertaruhkan. Bibit pembangkangan pun

terus bersemai lantaran pusat tidak adil memperlakukan rakyat di daerah.



Pembangkangan teranyar ditunjukkan Forum Gubernur Se-Kalimantan pada

Senin (7/5). Empat gubernur yang tergabung dalam forum itu kompak

menggugat pusat terkait dengan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi di wilayah mereka akhir-akhir ini.



Forum gubernur itu menuntut penambahan kuota BBM untuk rakyat Kalimantan

karena patokan jatah tahun lalu, yakni 2 juta kiloliter, tidak lagi

mencukupi. Akibatnya kelangkaan BBM terus dirasakan warga. Antrean

mengular di SPBU menjadi pemandangan sehari-hari.



Tidak sekadar menuntut, Forum Gubernur Se-Kalimantan juga menyertakan

ancaman. Mereka sepakat akan menghentikan produksi hasil tambang jika

hingga 31 Mei pemerintah pusat tidak kunjung menambah kuota BBM.



Tuntutan rakyat Kalimantan wajar dicuatkan. Wajar kare n wajar

dicuatkan. Wajar karena bumi mereka termasuk penghasil tambang dan

sumber energi terbesar di Republik ini.



Kalimantan adalah lumbung batu bara, bergelimang gas alam, juga kaya

minyak bumi sehingga warga semestinya gampang mendapatkan energi.



Kontribusi Kalimantan terhadap geliat perekonomian nasional pun tidak

kecil. Dengan jumlah penduduk yang cuma 5,6% dari total pendu duk

Indonesia, mereka menyumbang 9,3% produk domestik bruto (PDB). Hampir

sepertiga dari kontribusi itu atau sekitar Rp200 triliun per tahun

dihasilkan sektor pertambangan.



Sungguh tidak adil apabila rakyat Kalimantan terus diterpa krisis

energi, padahal bumi mereka merupakan penghasil energi. Mereka jelas

ogah seperti ikan yang sekarat karena kehausan di dalam air.



Ancaman Forum Gubernur Se-Kalimantan tak boleh dianggap main-main.



Pemerintah pusat mesti bijak menyikapi persoalan itu, bukan malah

menyalahkan maraknya penyelewengan sebagai penyebab kelangkaan BBM di

Kalimantan. Kalau memang penyelewengan menjadi biang kerok, kenapa

polisi tidak dioptimalkan untuk mengatasinya?

Persoalan BBM di Kalimantan merupakan masalah ketidakadilan. Itulah yang

memupuk kejengkelan kemudian memantik keberanian keempat gubernur

mengancam dan membangkang pemerintah pusat.



Bukan kali ini saja kepala daerah membangkang kebijakan pusat. Pada

Agustus 2011, misalnya, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang

menentang pembangunan rel kereta api di Kalimantan karena proyek itu

menerabas hutan lindung. Di Riau bahkan sempat menggelora semangat

menyempal dari Indonesia karena dirasa adanya ketidakadilan pusat.



Kita tidak ingin bibit pembangkangan menular ke daerahdaerah lain. Kita

juga tidak akan menoleransi pembangkangan menggumpal menjadi gerakan

separatisme.



Karena itu, pusat harus pintar dan bijak menjaga harmoni dengan daerah.

Kebijakan yang adil bagi semua anak bangsa menjadi keharusan.

Pemerintahan sentralistis dan mematikan aspirasi daerah tidak patut lagi

diterapkan



http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/10/ArticleHtmls/EDITORIAL-Ancaman-Empat-Gubernur-10052012001011.shtml?Mode=1



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.