Rabu, 09 Mei 2012

[Koran-Digital] HENDARU TRI HANGGORO: Kawan Penasihat dan Pelawak

Kawan Penasihat dan Pelawak



Awalnya hanya sebagai penasihat tokoh utama, panakawan kemudian diberi

peran lain sebagai pelawak.

OLEH: HENDARU TRI HANGGORO



SUARA gamelan berhenti. Bagong masuk ke panggung menemui Petruk. "Truk,

Gareng kini punya penyakit aneh. Suka menggigit pantat orang," kata

Bagong. Petruk percaya. Setelah itu, Bagong bertemu dengan Gareng.

"Petruk kini berekor," ujar Bagong mencoba membohongi. Seperti Petruk,

Gareng percaya. Keduanya kemudian bertemu. Petruk waspada. Dia menutupi

pantatnya dengan tangan. Penasaran, Gareng berusaha melihat pantat petruk.



Keduanya berkejaran, hampir berkelahi. Beruntung, Semar datang

menengahi. Mereka akhirnya tahu bahwa Bagonglah dalang keonaran ini.

Semar berkata, "Membuat isu atau sas-sus itu tidak baik. Cuma bikin

celaka orang dan kisruh." Adegan-adegan ini terdapat dalam acara Ria

Jenaka di TVRI pada 1980-an.­ Sebuah acara yang menjadi corong penguasa

untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan melalui tokoh panakawan atau

biasa disebut juga punakawan. Tokoh-tokoh wayang yang lekat dengan

lawakan dan keanehan bentuk tubuh. Tak seperti awal kemunculannya.



Kemunculan panakawan dalam tradisi seni pertunjukan di Indonesia dapat

dilacak pada relief-relief candi dan naskah-naskah kuno Nusantara.

Beberapa relief di Candi Prambanan dari abad ke-9, menggambarkan

panakawan. Gambar-gambar dalam relief Prambanan mengisahkan tokoh-tokoh

utama yang didampingi oleh seorang pengiring. "Para pengiring itu

berpenampilan tampan dan cantik," tulis Edy Sedyawati, guru besar

arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dalam "Panakawan di

Masa Majapahit", makalah pada Seminar Naskah Nusantara tahun 2009.



Para pengiring itu menemani tokoh utama dengan pakaian yang berbeda.

Bentuk tubuh mereka normal seperti tokoh utama. Mereka menemani tokoh

utama hingga ke hutan. Menurut Edy, inilah arti dasar panakawan, kawan

yang diharapkan siap membantu tokoh utama, baik jahat maupun baik,

dimanapun. Kawan yang mampu memberikan nasihat kepada tokoh utama.

Tetapi istilah panakawan kala itu belum dikenal.



Panakawan berasal dari dua kata, pana dan kawan. "Pana berarti mumpuni,

sedangkan kawan dapat berarti seseorang yang cukup dikenal," tulis Trias

Yusuf, staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Diponegoro dalam

"Panakawan Dalam Tradisi Kesenian Pesisir Jawa", makalah pada Seminar

Naskah Nusantara. Menurutnya, istilah ini baru muncul pada masa

Yasadipura abad ke-18 di Surakarta. Istilah yang sepadan dengan

panakawan tersua dalam Kakawin Gathotkacasraya yang ditulis pada masa

Raja Warsajaya dari Kediri (1104-1135).



Kakawin tersebut memuat istilah Jurudyah Punta Prasanta untuk

menerangkan pengiring tokoh utama, Abhimanyu. Penyebutan itu merujuk

pada satu orang. Kata "Juru" menunjukkan pekerjaan sang pengiring,

mengurus atau mengasuh. Kata "Dyah" dapat berarti orang muda keturunan

raja-raja. Sementara kata "Punta" merupakan nama depan sang pengiring,

dan "Prasanta" nama panggilannya. Tokoh-tokoh dalam kakawin tersebut

bersifat historis-mitologis. Artinya, mereka ada walaupun kisah mereka

berbalut dengan simbol-simbol dan mitos.



Profesor Soetjipto Wirjosoeparto, mantan dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Indonesia, menyatakan bentuk tubuh pengiring dalam

Gathotkacasraya digambarkan layaknya manusia. "Dalam deskripsinya tidak

disebutkan bahwa tampilannya serba aneh dan kocak," tulis Soetjipto

sebagaimana dikutip Edy Sedyawati. Gambaran Ini masih sesuai dengan

relief Prambanan. Tugas mereka pun masih jauh dari melawak.



Ketika kemasyhuran Kerajaan Kediri meredup, Kerajaan Majapahit perlahan

bersinar. Candi-candi Majapahit segera berdiri di wilayah bekas Kerajaan

Kediri. Candi-candi itu memiliki relief yang menggambarkan para

pengiring yang agak berbeda dengan masa sebelumnya. Edy Sedyawati

menambahkan bahwa beberapa candi yang dibangun pada abad ke-14 seperti

Tegawangi, Kedaton, dan Surawarna mulai menampilkan relief adegan

pengiring berbadan gemuk.



Dalam relief Candi Tegawangi misalnya, terdapat gambar dua pengiring

berbadan gemuk. Pengiring itu masuk dalam relief cerita Sudamala, yaitu

cerita ruwatan yang melibatkan Sadewa, salah satu tokoh Pandawa. Kedua

pengiring sedang berpacaran dalam posisi yang menggelikan. Seorang

pengiring keluarga Pandawa, Semar, mulai dikenal melalui cerita Sudamala

dalam relief candi Sukuh tahun 1439 dan Kakawin Sudamala.



Berbadan serba bulat, berbibir maju, dan bermata besar, Semar tak melulu

memberikan nasihat, melainkan juga humor untuk tuannya. Dengan demikian,

Sedyawati berkesimpulan bahwa tokoh panakawan yang berbentuk tidak

lazim, namun bersifat lucu mulai muncul kala Majapahit.



Memasuki masa kesultanan Islam, para wali mengenalkan para pengiring

dengan bentuk dan fungsi yang berbeda itu ke dalam wayang. Menurut Ronit

Ricci, peneliti pada Universitas Michigan, dalam "Conversion to Islam on

Java", Jurnal KITLV, Vol. 195 No. 1 (2009), "Sunan Bonang dan Sunan

Kalijaga sering dianggap perekacipta pengiring tersebut dalam

pertunjukan wayang." Kedua sunan di tanah Jawa ini membalut kisah

Ramayana, Mahabarata, dan Sudamala dengan ajaran Islam. Padahal, kisah

Ramayana dan Mahabarata versi India sama sekali tidak menyertakan

pengiring untuk tokoh utamanya. Apalagi sampai yang berbentuk aneh.



Selain Semar, pada masa itu muncul pula nama-nama pengiring lain seperti

Petruk, Gareng, dan Bagong. Mereka tidak hanya sekadar penasihat

tokoh-tokoh utama, tapi juga berlakon sebagai pelawak-cum-kritikus.

Sebab, lawakan mereka hanyalah alat penyampai kritik sang pujangga atau

dalang. Gambaran tokoh ini semakin banyak ditemukan dalam karya-karya

sastra masa Yasadipura seperti Wedatama. Mereka kemudian dikenal dengan

nama panakawan.



Memasuki abad ke-20, panakawan populer dalam pertunjukan wayang,

ketoprak, dan seni pertunjukan lainnya. Penonton selalu menunggu

kehadiran mereka. Tak heran, penguasa Orde Baru menggunakannya sebagai

corong propaganda dalam acara Ria Jenaka.



http://historia.co.id/artikel/1/1014/Majalah-Historia/Kawan_Penasihat_dan_Pelawak



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.