Kamis, 10 Mei 2012

[Koran-Digital] KOMARUDDIN HIDAYAT: Beragam Persepsi tentang Indonesia

Beragam Persepsi tentang Indonesia PDF Print

Friday, 11 May 2012

Ketika masih duduk di sekolah dasar dulu, saya selalu menerima

penjelasan dari bapak/ibu guru bahwa Indonesia adalah negara yang sangat

indah, alamnya kaya raya,terbentang bagaikan zamrud khatulistiwa.



Penduduknya ramah-tamah, rukun, jujur, senang bergotong- royong, tetapi

juga gagah berani melawan penjajah. Dengan senjata bambu runcing para

pemuda mampu mengalahkan Belanda. Persepsi itu masih tertanam di benak

saya, tetapi secara bertahap mulai terkoreksi. Ini terjadi bisa saja

karena materi pengajaran dulu yang salah atau kondisi Indonesia sudah

berubah.



Setelah belajar sejarah,ternyata kekalahan Jepang di hadapan Sekutu

memiliki andil besar bagi peluang kemerdekaan Indonesia tanpa

memperkecil peran para pemuda yang gagah berani melawan Belanda dengan

senjata bambu runcing. Dan yang sangat menyedihkan adalah persepsi dan

keyakinan puluhan tahun yang mengatakan bahwa kepulauan Indonesia itu

sangat indah dan kaya, bagaikan zamrud khatulistiwa.



Kini yang terjadi tengah berlangsung penggundulan dan perusakan hutan.

Kandungan tambang di perut bumi pun diburu dan dikeruk dengan rakusnya

sehingga merusak lingkungan hidup, baik alam maupun lingkungan

sosialnya. Yang paling mencolok mata tentu saja di Situbondo yang

populer dengan sebutan "Lumpur Lapindo".Belum lagi yang jauh di tengah

hutan atau di lepas pantai.



Jadi,ketika di SD dulu memperoleh penjelasan bahwa Nusantara ini jadi

sasaran penjarahan oleh VOC,rasanya situasi hari ini tidak jauh

berubah.Kalau dahulu yang dijarah sebatas rempah-rempah, sekarang

berkembang menjadi kandungan minyak bumi, emas, nikel, hutan, kelapa

sawit, dan entah apa lagi. Lagi-lagi, yang menjarah adalah kekuatan

asing mirip zaman VOC dulu.



Jika dahulu ada istilah komprador, yaitu pribumi yang bersekongkol

dengan penjajah asing, sekarang jumlahnya juga semakin banyak.Bahkan

sekarang penjarahan semakin canggih,tidak hanya hutan jati dan pohon

besar yang dijarah dan ditebangi, tetapi "pohonpohon besar" berupa

lembaga keuangan dan pusat-pusat industri juga dikangkangi kekuatan asing.



Apa dan Siapa Indonesia?



Jawaban dari pertanyaan ini pasti akan bervariasi, tergantung kepada

siapa pertanyaan dikemukakan. Seorang teman pebisnis pernah sangat

tersinggung ketika mendengar pandangan orang asing bahwa Indonesia lahan

bisnis yang menggiurkan. Semua urusan, termasuk perizinan mudah diatur

asalkan ada uang pelicinnya. Tanpa uang pelicin semua urusan akan lamban

dan sulit di Indonesia.



Dengan uang semua urusan jadi lancar. Persepsi yang demikian tentu

sangat menyakitkan,tetapi kebenarannya sulit ditolak mengingat kita

semua mudah melihat dan mungkin punya pengalaman, misalnya ketika

mengurus SIM atau KTP mesti dikenai uang pelicin. Persepsi lain yang

mulai berkembang adalah Indonesia merupakan negara "pilkada". Hitung

saja, berapa ratus jumlah pemilihan kepala daerah yang berlangsung

setiap tahunnya.



Hanya saja disayangkan, eksperimentasi dan praktik demokrasi ini tidak

disertai penegakan hukum yang tegas dan jujur, tidak juga dibarengi

dengan pendidikan politik bagi rakyat. Akibatnya, setiap ada peristiwa

pilkada muncul money politic yang merusak mental rakyat dan kepala

daerah yang dihasilkan juga tidak bagus. Maka logis jika sudah puluhan,

bahkan di atas angka 100, mantan gubernur, bupati, wali kota, dan

anggota DPR yang berurusan dengan KPK dan jadi penghuni tahanan.



Persepsi lain yang mengemuka, Indonesia termasuk tiga besar setelah

India dan China yang senang mengunduh (download) foto dan gambar porno

lewat internet.Hobi pornografi ini seiring dengan membengkaknya pengedar

dan pengguna narkoba. Indonesia tidak saja sebagai pemakai, tetapi sudah

masuk kategori produsen narkoba di kawasan Asia. Persepsi lainnya,

Indonesia juga dikenal sebagai eksportir batu bara, minyak mentah, dan

TKI dengan keahlian rendah.Yang terakhir ini membuat wajah Indonesia

tercoreng.



Ketika bertemu teman dari Timur Tengah atau Malaysia, ketika pembicaraan

masuk ke ranah TKI, saya sering tersipu malu. Apa yang dikemukakan di

atas, fakta ataukah persepsi? Apa pun jawabannya, semua itu menutupi

kehebatan dan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang tak tertandingi.

Rasanya nation branding kita lemah yang kemudian mengemuka dalam

persepsi masyarakat dalam dan luar negeri jadi negatif.Persepsi ini

sangat penting. Bukankah para politikus itu sibuk membangun opini dan

persepsi bahwa dirinya hebat? Namun, persepsi pada akhirnya akan

diperkuat atau terkoreksi oleh kenyataan. 



PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT

Rektor UIN Syarif Hidayatullah



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493978/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.