Beragam Persepsi tentang Indonesia PDF Print
Friday, 11 May 2012
Ketika masih duduk di sekolah dasar dulu, saya selalu menerima
penjelasan dari bapak/ibu guru bahwa Indonesia adalah negara yang sangat
indah, alamnya kaya raya,terbentang bagaikan zamrud khatulistiwa.
Penduduknya ramah-tamah, rukun, jujur, senang bergotong- royong, tetapi
juga gagah berani melawan penjajah. Dengan senjata bambu runcing para
pemuda mampu mengalahkan Belanda. Persepsi itu masih tertanam di benak
saya, tetapi secara bertahap mulai terkoreksi. Ini terjadi bisa saja
karena materi pengajaran dulu yang salah atau kondisi Indonesia sudah
berubah.
Setelah belajar sejarah,ternyata kekalahan Jepang di hadapan Sekutu
memiliki andil besar bagi peluang kemerdekaan Indonesia tanpa
memperkecil peran para pemuda yang gagah berani melawan Belanda dengan
senjata bambu runcing. Dan yang sangat menyedihkan adalah persepsi dan
keyakinan puluhan tahun yang mengatakan bahwa kepulauan Indonesia itu
sangat indah dan kaya, bagaikan zamrud khatulistiwa.
Kini yang terjadi tengah berlangsung penggundulan dan perusakan hutan.
Kandungan tambang di perut bumi pun diburu dan dikeruk dengan rakusnya
sehingga merusak lingkungan hidup, baik alam maupun lingkungan
sosialnya. Yang paling mencolok mata tentu saja di Situbondo yang
populer dengan sebutan "Lumpur Lapindo".Belum lagi yang jauh di tengah
hutan atau di lepas pantai.
Jadi,ketika di SD dulu memperoleh penjelasan bahwa Nusantara ini jadi
sasaran penjarahan oleh VOC,rasanya situasi hari ini tidak jauh
berubah.Kalau dahulu yang dijarah sebatas rempah-rempah, sekarang
berkembang menjadi kandungan minyak bumi, emas, nikel, hutan, kelapa
sawit, dan entah apa lagi. Lagi-lagi, yang menjarah adalah kekuatan
asing mirip zaman VOC dulu.
Jika dahulu ada istilah komprador, yaitu pribumi yang bersekongkol
dengan penjajah asing, sekarang jumlahnya juga semakin banyak.Bahkan
sekarang penjarahan semakin canggih,tidak hanya hutan jati dan pohon
besar yang dijarah dan ditebangi, tetapi "pohonpohon besar" berupa
lembaga keuangan dan pusat-pusat industri juga dikangkangi kekuatan asing.
Apa dan Siapa Indonesia?
Jawaban dari pertanyaan ini pasti akan bervariasi, tergantung kepada
siapa pertanyaan dikemukakan. Seorang teman pebisnis pernah sangat
tersinggung ketika mendengar pandangan orang asing bahwa Indonesia lahan
bisnis yang menggiurkan. Semua urusan, termasuk perizinan mudah diatur
asalkan ada uang pelicinnya. Tanpa uang pelicin semua urusan akan lamban
dan sulit di Indonesia.
Dengan uang semua urusan jadi lancar. Persepsi yang demikian tentu
sangat menyakitkan,tetapi kebenarannya sulit ditolak mengingat kita
semua mudah melihat dan mungkin punya pengalaman, misalnya ketika
mengurus SIM atau KTP mesti dikenai uang pelicin. Persepsi lain yang
mulai berkembang adalah Indonesia merupakan negara "pilkada". Hitung
saja, berapa ratus jumlah pemilihan kepala daerah yang berlangsung
setiap tahunnya.
Hanya saja disayangkan, eksperimentasi dan praktik demokrasi ini tidak
disertai penegakan hukum yang tegas dan jujur, tidak juga dibarengi
dengan pendidikan politik bagi rakyat. Akibatnya, setiap ada peristiwa
pilkada muncul money politic yang merusak mental rakyat dan kepala
daerah yang dihasilkan juga tidak bagus. Maka logis jika sudah puluhan,
bahkan di atas angka 100, mantan gubernur, bupati, wali kota, dan
anggota DPR yang berurusan dengan KPK dan jadi penghuni tahanan.
Persepsi lain yang mengemuka, Indonesia termasuk tiga besar setelah
India dan China yang senang mengunduh (download) foto dan gambar porno
lewat internet.Hobi pornografi ini seiring dengan membengkaknya pengedar
dan pengguna narkoba. Indonesia tidak saja sebagai pemakai, tetapi sudah
masuk kategori produsen narkoba di kawasan Asia. Persepsi lainnya,
Indonesia juga dikenal sebagai eksportir batu bara, minyak mentah, dan
TKI dengan keahlian rendah.Yang terakhir ini membuat wajah Indonesia
tercoreng.
Ketika bertemu teman dari Timur Tengah atau Malaysia, ketika pembicaraan
masuk ke ranah TKI, saya sering tersipu malu. Apa yang dikemukakan di
atas, fakta ataukah persepsi? Apa pun jawabannya, semua itu menutupi
kehebatan dan kekayaan alam dan budaya Indonesia yang tak tertandingi.
Rasanya nation branding kita lemah yang kemudian mengemuka dalam
persepsi masyarakat dalam dan luar negeri jadi negatif.Persepsi ini
sangat penting. Bukankah para politikus itu sibuk membangun opini dan
persepsi bahwa dirinya hebat? Namun, persepsi pada akhirnya akan
diperkuat atau terkoreksi oleh kenyataan.
PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493978/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.