Penumpang Gelap di KPK PDF Print
Saturday, 12 May 2012
Seorang kawan yang kebetulan "apes" menceritakan pengalaman pahitnya
kepada saya saat dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dia bukanlah tersangka maupun saksi dalam satu kasus sangkaan korupsi,
melainkan hanya akan dimintai keterangan terkait sangkaan korupsi
terhadap teman sejawatnya. Beberapa hari sebelum jadwal pemanggilan
tiba, kawan saya itu didatangi oleh orang yang mengaku bisa mengatur
kedatangan dan perlakuan nyaman selama pemberian keterangan di KPK.
Orang itu meminta sejumlah uang dengan jaminan bahwa nanti di KPK
urusannya akan mudah dan pertanyaan-pertanyaan penyidik akan diarahkan
agar tak menjerat. Kawan saya menolak tawaran itu karena memang tak
merasa melakukan apa-apa untuk dijerat dengan tuduhan korupsi. Dia hanya
diundang untuk dimintai keterangan atas sangkaan korupsi oleh orang lain
yang terjadi di kantornya.
Dia tak mau mengeluarkan uang yang diminta orang yang mengaku dari KPK
itu. Namun, esoknya, saat datang memenuhi panggilan KPK, kawan saya itu
heran karena melihat orang yang mengaku orang KPK dan menawari kemudahan
pemeriksaan itu memang ada di Gedung KPK. Dia tampak mematut-matutkan
diri seakan-akan memang orang KPK yang bertugas melancarkan semua urusan.
Kawan saya bertambah heran karena pertanyaan penyidik sama dengan yang
diberitahukan kepadanya oleh orang yang mengaku dari KPK itu.Mengapa
pertanyaannya sama dengan yang ditawarkan,padahal dia tak mau memberikan
uang sepeser pun untuk ditanya dengan pertanyaan tertentu. Karena cukup
cerdas, kawan saya itu langsung menyimpulkan bahwa orang yang mengaku
dari KPK itu adalah penumpang gelap yang sebenarnya bukan orang KPK.
Dia hanyalah bagian dari sekelompok preman pemeras yang beroperasi di
Gedung KPK dan berusaha mengambil keuntungan dengan memeras orang-orang
yang punya urusan dengan KPK. Pertanyaan yang ditawarkan akan ditanyakan
oleh penyidik adalah benar-benar sama dengan yang kemudian ditanyakan
oleh penyidik.
Hal itu biasa saja. Untuk permintaan keterangan pertanyaannya pasti
standar sehingga bisa diduga sebelumnya, apalagi oleh orang yang memang
bekerja untuk mencari- cari kesempatan untuk melakukan pemerasan. Kawan
saya itu semakin yakin bahwa orang yang mengaku dari KPK itu hanyalah
preman pemeras sebab orang itu tampak memberi komando kepada beberapa
orang untuk menggedor-gedor mobil yang ditumpangi kawan saya itu sambil
memaki-maki, mengatakan," Koruptor,kamu."
Selama pemberian keterangan yang sampai berjam-jam pengawal pribadi dan
ajudan kawan saya itu diteriaki dan diteror oleh sekelompok orang yang
tampaknya sangat akrab dengan orang yang mengaku dari KPK itu. Kawan
saya yang lain pernah menceritakan hal yang hampir sama. Saat dirinya
disebut- sebut akan dipanggil untuk dimintai keterangan oleh KPK, dia
didatangi oleh seorang pengacara yang menawarinya menjadi kuasa hukum.
Pengacara yang cukup dikenal karena pernah ikut menangani satu kasus
besar itu mengaku sebagai pengacara yang sudah menjadi langganan dan
dipercaya KPK.Tak tanggung-tanggung, untuk urusan yang belum jelas kasus
korupsinya itu,sang pengacara meminta imbalan sebesar Rp7 miliar.Kawan
saya yang merasa tak melakukan korupsi dan tak punya uang Rp7 miliar itu
tak mau menerima tawaran sang pengacara.
Masalahnya dihadapi sendiri dan ternyata beres juga. Jadi pengacara yang
menawarkan jasa kepada kawan saya itu pun penumpang gelap yang ingin
mencari kesempatan untuk memeras orang-orang yang punya urusan dengan
KPK. Ketika diberitakan ada seorang tokoh terkenal datang ke KPK dengan
dikawal oleh sekelompok orang berambut cepak dan berpakaian safari
dengan sikap galak,menurut saya, hal itu bagian dari penumpang gelap.
Mereka, mengatasnamakan KPK,memungut imbalan tertentu, memberi jasa
pengawalan dan pengamanan pada sang tokoh.Mereka membebaskan sang tokoh
dari kerubutan pers dan bersikap kasar terhadap siapa pun yang mau
mendekati sang tokoh.Padahal sang tokoh itu mengaku tak membawa dan tak
mengenal pengawal yang kasar-kasar seperti itu.Sejatinya itulah
penumpang gelap yang, melalui bos tertentu, menarik biaya pengamanan
swasta secara gelap pula.
Pada 2010 saya pernah melaporkan langsung tentang penumpang gelap KPK
ini kepada pimpinan KPK. Seorang kenalan saya, politisi, dijerat kasus
korupsi oleh KPK dan diberitakan akan ditetapkan menjadi tersangka.
Seminggu sebelum benar-benar ditetapkan sebagai tersangka, kawan saya
ini didatangi oleh seorang yang mengaku dari KPK dan meminta uang
sebesar Rp7 miliar agar tidak dijadikan tersangka.
Orang yang mengaku dari KPK ini cukup meyakinkan karena memang sering
ada di Gedung KPK dan tampak bergaul akrab dengan orangorang KPK. Karena
takut dijadikan tersangka,kawan saya itu membayar dulu sebesar Rp3
miliar. Ternyata, seminggu setelah itu,kawan saya tetap dijadikan
sebagai tersangka.Ketika dia meminta pengembalian uang Rp3 miliar karena
tetap jadi tersangka, si pemeras yang mengaku orang KPK itu mengancam,
"Kalau kamu mengungkit- ungkit yang Rp3 miliar itu,kamu akan terkena
pidana baru yaitu terbukti menyuap kepada saya." Gila, kan? Masalah ini
saya laporkan kepada Pimpinan KPK dan Satuan Tugas Pemberantasan Mafia
Hukum dengan identitas pelaku dan korban yang jelas. Tapi, saya tak tahu
kelanjutannya. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam soal ini.
Pertama, KPK perlu membersihkan dan memastikan bahwa lingkungan dan
prosedur kerjanya bebas dari penumpangpenumpang gelap yang memeras orang
dengan menggunakan nama KPK tanpa KPK sendiri tahu.Kedua, siapa pun yang
punya urusan dengan KPK berhati-hatilah dengan penumpang gelap yang
banyak berkeliaran di KPK.
Biasannya orang yang bermasalah dengan KPK menjadi ketakutan dan mudah
terperangkap menjadi percaya pada penipu dan penumpang gelap yang
mengaku siap menolong. Jangankan kepada penipu yang berwujud manusia,
kalau di KPK ada kambing yang mengaku bisa menolong pun, dia akan
percaya pada kambing itu.Makanya,di atas semua itu, jauhilah korupsi
agar hidup tak dihantui oleh ketakutan dan pemerasan-pemerasan.
MOH MAHFUD MD
Guru Besar Hukum Konstitusi
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494258/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.