Jumat, 11 Mei 2012

[Koran-Digital] EDITORIAL Perlambatan Ekonomi

Jangan sampai pemerintah justru menciptakan labirin yang membelenggu pertumbuhan.''

PEMERINTAH masygul. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan melambat. Perlambatan mulai tampak dari pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini yang hanya 6,3%, lebih rendah 0,2% jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 6,5%.

Sejumlah analis memprediksi perlambatan akan terjadi sepanjang 2012. Mereka memprediksi ekonomi kita tahun ini hanya akan tumbuh 6,14% hingga 6,3%. Angka itu di bawah target pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi 6,5%, atau sama dengan pertumbuhan pada 2011.

Ada sejumlah faktor yang memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pertama, kinerja ekspor yang turun. Pertumbuhan ekspor triwulan pertama 2012 memang jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Pada kuartal pertama 2012 ekspor hanya tumbuh 6,8%, padahal pada kuartal pertama 2011 ekspor tumbuh 27%.
Situasi ekonomi global yang memburuk jadi kambing hitam tertekannya kinerja ekspor Indonesia.

Kedua, investasi yang belum optimal, padahal Indonesia punya peluang menggenjot hal itu, baik dari dalam dan luar negeri. Dengan mengantongi peringkat investment grade, Indonesia selayaknya bisa menyedot sebanyak-banyaknya investasi ke dalam negeri.

Hal itu diperburuk potensi melambatnya konsumsi masyarakat akibat ekspektasi inflasi yang meningkat. Ancaman terakhir itu tidak main-main karena konsumsi masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan nasional. buhan nasional.

Lebih dari separuh, yakni 55,1%, pertumbuhan ekonomi dalam negeri ditopang konsumsi masyarakat. Dengan begitu bisa dibayangkan apabila konsumsi turun, pertumbuhan bakal terpukul.

Namun, bukan pada tempatnya pemerintah gundah.
Ingatlah bahwa Indonesia sesungguhnya punya potensi untuk melesat.

Pasar yang besar, kekayaan komoditas yang tidak banyak dimiliki negara lain, ialah kekuatan untuk tumbuh menjadi negara maju.

Sayangnya, kebijakan dan birokrasi yang amburadul masih menjadi penghalang. Tetap berkutatnya bangsa ini pada permasalahan klasik seperti infrastruktur yang buruk, birokrasi yang berbelit, serta jeleknya kepastian hukum membuat manuver di sektor investasi terbatas.

Demikian pula kebijakan maju mundur seperti yang terjadi di sektor energi membuat investor ragu untuk memulai usaha di Indonesia. Kebijakan molor mungkret terkait dengan bahan bakar minyak bersubsidi juga turut mengerek ekspektasi inflasi, yang membuat masyarakat enggan melakukan spending.

Padahal, konsumsi masyarakat dan investasi merupakan garda terdepan ekonomi, saat pasar dunia melesu.

Jadi, bukan lagi saatnya mencari kambing hitam. Jangan terus berkutat dan mengeluhkan pasar dunia yang sedang suram. Seharusnya langkah pemerintah ialah menyapu bersih semua kerikil yang membelenggu.

Ekonomi biaya tinggi harus diberantas. Termasuk menghentikan wacana yang menimbulkan ketidakpastian. Jangan sampai pemerintah justru menciptakan labirin yang membelenggu pertumbuhan.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/12/ArticleHtmls/EDITORIAL-Perlambatan-Ekonomi-12052012001043.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.