Rabu, 09 Mei 2012

[Koran-Digital] SYAMSUDDIN HARIS: Golkar dan Capres 2014

Golkar dan Capres 2014 PDF Print

Thursday, 10 May 2012

Tatkala partai politik lain masih belum rampung mengonsolidasikan diri,

Partai Golongan Karya (Golkar) sudah sibuk dengan persiapan penetapan

calon presiden untuk Pemilu 2014.



Ada apa? Mengapa Aburizal Bakrie terkesan terburu-buru? Seperti

diketahui, Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar yang jadwal

rutinnya berlangsung setiap Oktober hendak dimajukan pada Juni atau Juli

2012. Sebagaimana dilansir sejumlah petinggi teras partai beringin itu,

rapimnas yang bersifat khusus (rapimnassus) itu direncanakan untuk

mematangkan penetapan Ical–– sapaan akrab Aburizal––sebagai satu-satunya

bakal capres dari Golkar.



Unsur pimpinan DewanPimpinanDaerah(DPD) Provinsi Partai Golkar

se-Indonesia bisa dikatakan tinggal mengetuk palu untuk meresmikan Ical

sebagai capres Golkar pada Pemilu 2014. Itu artinya, peluang tokohtokoh

Golkar lainnya seperti Jusuf Kalla (JK), Sultan Hamengku Buwono X, dan

Akbar Tandjung untuk diusung sebagai capres oleh Golkar hampir

tertutup.Apalagi bagi tokohtokoh masyarakat lain di luar kalangan

Golkar, kesempatan menjadi capres melalui partai kuning itu dapat

dikatakan hampir mustahil.



Momentum Elektabilitas?



Sulit dipungkiri bahwa popularitas publik hampir semua parpol di Tanah

Air dewasa ini tengah menurun drastis alias jeblok. Meski hampir setiap

saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengklaim berbagai keberhasilan

pemerintahannya di bidang ekonomi, hal itu ternyata tak mampu

mendongkrak popularitas Partai Demokrat.Kendati secara objektif

pertumbuhan ekonomi relatif tinggi, inflasi terkendali, kurs rupiah

terhadap dolar AS relatif stabil, dan cadangan devisa sudah di atas

USD100 miliar,semua perkembangan positif ekonomi makro tersebut ternyata

gagal memperbaiki citra publik Demokrat yang didera berbagai kasus korupsi.



Di tengah keterpurukan popularitas semua parpol itu yang menarikbahwa

Golkarternyata masih memperoleh dukungan terbesar dibandingkan parpol

lain.Sejumlah survei publik mengonfirmasi, Golkar memiliki elektabilitas

lebih tinggi dibandingkan PDI Perjuangan (posisi kedua) dan Demokrat

(ketiga). Meskipun sebagian besar responden survei-survei belum

menentukan pilihan, tampaknya momentum elektabilitas Golkar yang relatif

unggul inilah yang dimanfaatkan Ical untuk secepatnya mengonsolidasikan

diri, termasuk menetapkan bakal capres Golkar.



Faktor yang turut menjadikan Ical begitu antusias adalah fakta bahwa dua

parpol besar pesaing Golkar, yakni Partai Demokrat dan PDI Perjuangan,

masih gamang menentukan siapa kira-kira yang layak diusung pada Pemilu

2014. Di satu pihak,Demokrat dihadapkan pada realitas SBY tidak dapat

dicalonkan kembali dan masih berjuang membersihkan diri dari berbagai

skandal korupsi yang diduga melibatkan sejumlah petinggi partai. Di lain

pihak, partai banteng belum memiliki figur lain yang layak selain

Megawati yang telah gagal pada Pemilu 2009.



Calon Tunggal



Secara internal barangkali hampir tidak ada hambatan berarti yang

dihadapi Icaldalamrapimnassusmendatang. Forum rapat pimpinan yang hanya

melibatkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), para pimpinan DPD provinsi, serta

unsur pimpinan organisasi sayapdanormaspendiriitutampaknya tinggal

meresmikan pencalonan sang ketua umum sebagai satu-satunya capres

Golkar. Hanya,yangkurangdisiasati dan diperhitungkan lebih jauh oleh

jajaran teras Golkar adalah peluang dan elektabilitas Ical sebagai capres.



Pengalaman pilpres-pilpres sebelumnya juga pelajaran dari berbagai

pilkada langsung di provinsi dan kabupaten/kota menunjukkan, tingkat

elektabilitas parpol yang tinggi dalam pemilu legislatif tidak bisa

menjamin tingkat elektabilitas yang sama dalam pilpres dan pilkada.

Tidak sedikit parpol yang memenangkan pemilu legislatif di suatu daerah

justru gagal dalam pengusungan pasangan calon dalam pilkada.



Partai Golkar mengalami hal itu dalam Pilpres 2004. Meskipun memenangkan

pemilu legislatif, Golkar yang mengajukan Wiranto-Salahudin Wahid hanya

berada di urutan ketiga setelah SBY-JK dan Megawati-Hasyim Muzadi.

Kegagalan berulang pada 2009 ketika Golkar sebagai parpol pemenang kedua

pemilu legislatif mengusung JK-Wiranto tak mampu menghalangi SBYBoediono

memenangkan pilpres dalam satu putaran saja. Dilemanya, saat ini

elektabilitas Ical sebagai capres dapat dikatakan relatif rendah, masih

di bawah Megawati dan Prabowo (Partai Gerindra), serta tak lebih baik

dari elektabilitas mantan wapres,JK.



Perlu Konvensi



Berbagai pengalaman dan pelajaran tersebut semestinya meniscayakan

perlunya peninjauan kembali mekanisme pencalonan capres jika Golkar

benar-benar memimpin bangsa kita pada pemilu mendatang. Karena itu,

penentuan capres seharusnya tidak hanya didasarkan pada dukungan DPD

provinsi ataupun survei internal belaka, tetapi juga lebih didasarkan

pada mekanisme yang lebih terbuka,demokratis, dan membuka peluang bagi

setiap figur sebagai calon pemimpin terbaik bangsa kita.



Sebagai parpol yang jauh lebih berpengalaman dari parpol lain, memiliki

sumber daya tokoh yang tidak sedikit, dan relatif solid secara

organisasi, Pemilu 2014 semestinya menjadi momentum bagi Golkar untuk

melembagakan seleksi kepemimpinan yang lebih baik. Dalam kaitan

tersebut, seleksi capres melalui konvensi, pemilihan pendahuluan,

ataupun apa pun namanya, tetap lebih baik,terbuka,dan demokratis

ketimbang sekadar penetapan berdasarkan dukungan pimpinan daerah dan

hasil survei internal.



Selain itu, tradisi bahwa seolah-olah ketua umum memiliki hak istimewa

sebagai capres suatu parpol juga sudah waktunya diakhiri. Fungsi utama

parpol bukanlah sekadar menyiapkan sang ketua umum menjadi capres,

melainkan memfasilitasi siapa pun yang dianggap terbaik sebagai calon

pemimpin bangsa, termasuk mereka yang bukan anggota parpol. Saya kira

Golkar belum terlambat untuk itu.●



SYAMSUDDIN HARIS

Kepala Pusat Penelitian Politik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493583/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.