Rabu, 09 Mei 2012

[Koran-Digital] TAJUK,Renegosiasi Harga Gas

TAJUK,Renegosiasi Harga Gas PDF Print

Thursday, 10 May 2012

Ironis, negeri penghasil gas tidak bisa memenuhi pasokan gas untuk

industri domestik. Kelangkaan pasokan gas sudah pada tahap serius yang

mengancam hidup-mati industri.



Bila tak ada langkah tegas, kelangkaan pasokan gas bakal mengebiri

pertumbuhan industri ke depan.Ke mana produksi gas domestik selama ini?

Sebagian besar diekspor ke berbagai negara industri karena alasan

disparitas (perbedaan) harga yang begitu tajam. Dengan alasan itu,ekspor

didahulukan,tetapi kebutuhan di dalam negeri terabaikan. Benarkah

masalah harga yang lebih tinggi di luar negeri dibanding dalam negeri

sehingga harus diekspor?



Kalau mencermati beberapa penjualan gas ke berbagai negara di antaranya

ke China dan Jepang, itu tidak sepenuhnya benar. Sebagai contoh, ekspor

gas ke Negeri Panda yang sudah berlangsung bertahuntahun ditawarkan

dengan harga supermurah, jauh di bawah penawaran industri dalam negeri

yakni USD4 per million metric british thermal unit (MMBTU),sedangkan

penjualan di lingkungan domestik berkisar USD6-7 per MMBTU.



Karena itu,wajar kalau bermunculan nada protes dari sejumlah kalangan

untuk menghentikan ekspor gas ke luar negeri dengan harga murah. Di

tengah kegamangan para pelaku industri yang khawatir tak bisa

merealisasikan produksi karena kekurangan pasokan gas, muncul pernyataan

tak sedap dari Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH

Migas) Qoyum Tjandranegara bahwa ekspor gas telah menyebabkan kerugian

negara hingga ratusan triliun rupiah.



Mantan pejabat PT Perusahaan Gas Negara itu mengungkapkan, ekspor gas

mencapai 800.000 barel setara minyak per hari.Angka ekspor yang tinggi

dengan harga murah jauh di bawah harga keekonomian tersebut telah

menyebabkan kerugian negara yang mencapai Rp183 triliun per tahun. Kalau

memang itu benar, sayang sekali selama ini belum ada yang vokal

mengangkat persoalan tersebut ke permukaan.



Tudingan itu dibantah keras oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak

dan Gas (BP Migas).Pernyataan anggota Komite BPH Migas itu dinilai

selain menyesatkan, juga keliru karena formula perhitungan ekspor yang

digunakan tidak tepat. Pihak BP Migas menunjukkan kesalahan perhitungan

karena mengasumsikan harga gas rata-rata sama dengan harga minyak yaitu

USD111 per barel oil equivalent (BOE) atau setara harga gas rata-rata

sekitar USD18,5 per MMBTU.



"Jelas itu perhitungan yang keliru," kata Kepala Divisi Humas, Sekuriti,

dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana. Perdebatan dua pihak yang

berwenang dalam urusan migas itu tak perlu direspons untuk memberi

dukungan siapa yang benar dan siapa yang salah.Tetapi,urusan harga gas

ekspor terutama ke China yang nyata-nyata di luar nalar jelas terpampang

di depan mata,atau teriakan para pelaku industri yang memprotes

kekurangan pasokan gas itu lebih penting disikapi ketimbang berdebat

soal hitung hitungan harga jual.



Memang,kekurangcerdasan pengelola negeri ini tak bisa ditutupi bila

dikaitkan dengan penjualan gas ke luar negeri.Itu fakta yang

terbantahkan. Namun, di tengah kegalauan tersebut ada secercah harapan

untuk meminimalisasi masalah ekspor gas yang menyandera bangsa

ini.Pemerintah China, sebagaimana dikabarkan Menteri Koordinator

Perekonomian Hatta Rajasa,



bersedia merenegosiasi harga LNG Tangguh ke Fujian yang memang terlampau

murah karena tidak sesuai dengan formula harga internasional. Pemerintah

sedang menyusun tim renegosiasi kontrak yang beranggotakan di antaranya

dari BP Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.Kita cuma

bisa berharap,tim renegosiasi itu kelak betul-betul tangguh untuk

mendapatkan harga wajar gas ekspor



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493585/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.