TAJUK,Renegosiasi Harga Gas PDF Print
Thursday, 10 May 2012
Ironis, negeri penghasil gas tidak bisa memenuhi pasokan gas untuk
industri domestik. Kelangkaan pasokan gas sudah pada tahap serius yang
mengancam hidup-mati industri.
Bila tak ada langkah tegas, kelangkaan pasokan gas bakal mengebiri
pertumbuhan industri ke depan.Ke mana produksi gas domestik selama ini?
Sebagian besar diekspor ke berbagai negara industri karena alasan
disparitas (perbedaan) harga yang begitu tajam. Dengan alasan itu,ekspor
didahulukan,tetapi kebutuhan di dalam negeri terabaikan. Benarkah
masalah harga yang lebih tinggi di luar negeri dibanding dalam negeri
sehingga harus diekspor?
Kalau mencermati beberapa penjualan gas ke berbagai negara di antaranya
ke China dan Jepang, itu tidak sepenuhnya benar. Sebagai contoh, ekspor
gas ke Negeri Panda yang sudah berlangsung bertahuntahun ditawarkan
dengan harga supermurah, jauh di bawah penawaran industri dalam negeri
yakni USD4 per million metric british thermal unit (MMBTU),sedangkan
penjualan di lingkungan domestik berkisar USD6-7 per MMBTU.
Karena itu,wajar kalau bermunculan nada protes dari sejumlah kalangan
untuk menghentikan ekspor gas ke luar negeri dengan harga murah. Di
tengah kegamangan para pelaku industri yang khawatir tak bisa
merealisasikan produksi karena kekurangan pasokan gas, muncul pernyataan
tak sedap dari Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH
Migas) Qoyum Tjandranegara bahwa ekspor gas telah menyebabkan kerugian
negara hingga ratusan triliun rupiah.
Mantan pejabat PT Perusahaan Gas Negara itu mengungkapkan, ekspor gas
mencapai 800.000 barel setara minyak per hari.Angka ekspor yang tinggi
dengan harga murah jauh di bawah harga keekonomian tersebut telah
menyebabkan kerugian negara yang mencapai Rp183 triliun per tahun. Kalau
memang itu benar, sayang sekali selama ini belum ada yang vokal
mengangkat persoalan tersebut ke permukaan.
Tudingan itu dibantah keras oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak
dan Gas (BP Migas).Pernyataan anggota Komite BPH Migas itu dinilai
selain menyesatkan, juga keliru karena formula perhitungan ekspor yang
digunakan tidak tepat. Pihak BP Migas menunjukkan kesalahan perhitungan
karena mengasumsikan harga gas rata-rata sama dengan harga minyak yaitu
USD111 per barel oil equivalent (BOE) atau setara harga gas rata-rata
sekitar USD18,5 per MMBTU.
"Jelas itu perhitungan yang keliru," kata Kepala Divisi Humas, Sekuriti,
dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana. Perdebatan dua pihak yang
berwenang dalam urusan migas itu tak perlu direspons untuk memberi
dukungan siapa yang benar dan siapa yang salah.Tetapi,urusan harga gas
ekspor terutama ke China yang nyata-nyata di luar nalar jelas terpampang
di depan mata,atau teriakan para pelaku industri yang memprotes
kekurangan pasokan gas itu lebih penting disikapi ketimbang berdebat
soal hitung hitungan harga jual.
Memang,kekurangcerdasan pengelola negeri ini tak bisa ditutupi bila
dikaitkan dengan penjualan gas ke luar negeri.Itu fakta yang
terbantahkan. Namun, di tengah kegalauan tersebut ada secercah harapan
untuk meminimalisasi masalah ekspor gas yang menyandera bangsa
ini.Pemerintah China, sebagaimana dikabarkan Menteri Koordinator
Perekonomian Hatta Rajasa,
bersedia merenegosiasi harga LNG Tangguh ke Fujian yang memang terlampau
murah karena tidak sesuai dengan formula harga internasional. Pemerintah
sedang menyusun tim renegosiasi kontrak yang beranggotakan di antaranya
dari BP Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.Kita cuma
bisa berharap,tim renegosiasi itu kelak betul-betul tangguh untuk
mendapatkan harga wajar gas ekspor
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493585/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.