Jumat, 18 Mei 2012

[Koran-Digital] AINY FAUZIYAH: Menjadi Pemimpin Inspiratif

Menjadi Pemimpin Inspiratif PDF Print

Saturday, 19 May 2012

Setiap perusahaan membutuhkan pemimpin inspiratif. Pemimpin inspiratif

mampu mendorong karyawannya untuk berusaha mewujudkan misi perusahaan.





Ia menyebarkan virus semangat serta rasa memiliki kepada

karyawannya.Tentunya,hal ini bukanlah terjadi begitu saja. Seorang

pemimpin inspiratif melakukan "apa yang seharusnya dilakukan". Bahkan,

ia bukanlah tipe seorang atasan yang mempunyai prinsip, "Saya seorang

bos.Anda melakukan apa yang saya minta". Justru sebaliknya. Sebagai

panutan, ia mendorong karyawannya untuk melakukan "apa yang seharusnya

dilakukan" dan bukan melakukan "apa yang membuat Anda senang".



Masih ingat dengan semboyan Ki Hajar Dewantoro? Iing ngarso sung

tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang artinya ketika

di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan,dan di belakang

memberi dorongan. Seorang pemimpin adalah perintis, panutan, pemberdaya,

dan penyelaras di lingkungan ia bekerja. Anda pernah mendengar kisah

Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic? Tahun 1930 ketika terjadi

depresi besar di Jepang pada 1930, penjualan Panasonic mengalami

penurunan drastis.



Sementara perusahaan lain memberhentikan para karyawannya,Matsushita

justru tetap mempertahankan karyawannya. Ia menganggap karyawannya

adalah bagian dari keluarganya. Matsushita lebih memilih untuk memotong

jadwal produksi. Ia menjadikan buruh pabrik sebagai tenaga penjualan.

Luar biasanya,keputusan Matsushita ini justru membuat perusahaannya yang

saat itu bernama Matsushita Electric tetap bisa bertahan. Sementara itu,

perusahaan lainnya justru gulung tikar. Sayangnya, ketika Perang Dunia

II berakhir,Amerika Serikat mengendalikan Jepang.



Amerika menangkap para pengusaha Jepang termasuk Matsushita.Tentu saja

seluruh karyawan Matsushita tidak tinggal diam.Ke-15.000 karyawan

Matsushita dan keluarga membubuhkan tanda tangan untuk petisi pembebasan

Matsushita. Akhirnya Matsushita dibebaskan. Ia satu-satunya pengusaha

Jepang yang dibebaskan oleh Amerika saat itu. Matsushita adalah pemimpin

inspiratif. Sebagai pemimpin, ia benar-benar menjalankan kewajiban

sebagai panutan, perintis, pemberdaya, dan penyelaras.Apa yang telah ia

lakukan tidak hanya menginspirasi karyawannya, tetapi juga orang-orang

yang di seluruh dunia termasuk saya dan Anda.



Syarat Menjadi Pemimpin Inspiratif



Kisah Matsushita telah menggugah hati kita akan sebuah pertanyaan,

"Sebagai seorang pemimpin, sudahkah kita melakukan 'sesuatu yang

seharusnya kita lakukan?' Pertama,menjunjung tinggi kejujuran. Kejujuran

adalah kunci utama seorang pemimpin. Kita akan menjadi seorang pemimpin

yang dipercaya selama diri kita jujur.Yang dimaksud kejujuran di sini

bukanlah dalam hal keuangan semata.



Karena sebenarnya, sebagai manusia,kejujurandalamhalkeuanganadalah hal

yang mutlak tentunya. Yang dimaksud dengan kejujuran di sini adalah

keseimbangan antara apa yang kita pikirkan, dengan apa yang kita ucapkan

dan dengan apa yang kita lakukan. Sebagai pemimpin, kejujuran adalah

mutlak. Jadi,jika kita mengucapkan sesuatu apalagi menjanjikan sesuatu

tetapi tidak kita lakukan, maka hal itu berarti tidak jujur. Kedua,

bertanggung jawab. Seorang pemimpin inspiratif sudah tentu dirinya

bertanggung jawab.



Yang dimaksud bertanggung jawab di sini adalah berusaha mencapai tujuan

yang ditentukan. Setiap pemimpin yang bertanggung jawab, pasti dirinya

memiliki keberanian untuk mengambil keputusan demi melakukan "sesuatu

yang seharusnya dilakukan". Itulah sebabnya sebagai seorang pemimpin,

menjadi pribadi yang bertanggung jawab adalah mutlak. Ketiga,memiliki

kepedulian. Setiap pemimpin dituntut untuk memiliki kepedulian pada dua

hal yaitu pencapaian tujuan perusahaan serta kesejahteraan.



Jadi, jika diri kita mengaku sebagai seorang pemimpin yang peduli,tetapi

kita tahu bahwa apa yang kita lakukan sama sekali bukan untuk mencapai

tujuan perusahaan, apalagi kesejahteraan karyawan, maka kita tidaklah

patut menyebut diri kita sebagai pemimpin. Bukankah untuk menjadi

seorang panutan, kita perlu memiliki kepedulian? Keempat,menghormati

perbedaan. Sebuah perbedaan bukanlah sebuah permusuhan. Ketika seseorang

berbeda pendapat dengan kita,hal itu tidak berarti ia tidak menyukai

apalagi memusuhi kita.Adalah tugas kita sebagai seorang pemimpin untuk

menjembatani perbedaan demi mencapai sebuah tujuan, mengetahui

penyebabnya serta mencari solusinya.



Karena sebenarnya, perbedaan bukanlah ancaman melainkan kondisi yang

perlu ditindaklanjuti,bukan? Sebagai seorang pemimpin, dari keempat hal

di atas,manakah yang perlu kita tingkatkan? Yuk, kita jawab

sejujurnya.Selamat menjadi pemimpin yang inspiratif! Dan, selamat

menjadi pemimpin yang dipercaya, dicintai,dan dirindukan! 



AINY FAUZIYAH

Leadership Motivator & Coach



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496067/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.