Jumat, 18 Mei 2012

[Koran-Digital] TAJUK, Regenerasi

TAJUK, Regenerasi PDF Print

Saturday, 19 May 2012

Salah satu tugas terberat seorang pemimpin adalah menyiapkan penerus

atau penggantinya serta mengondisikan pergantian itu dengan sebaik dan

semulus mungkin.





Di zaman kerajaan Nusantara dulu, peralihan kepemimpinan dari seorang

raja kepada suksesornya akan menentukan nasib kerajaan itu. Di situlah

rintangan terakhir yang harus dilampaui seorang pemimpin atau raja

sebelum lengser keprabon (turun takhta). Banyak contoh pemimpin atau

raja yang berhasil melewati ujian berat ini. Dia dengan mulus

mengantarkan sang putra mahkota menjadi pemimpin yang diyakini di kelak

kemudian hari bisa membuat negerinya lebih makmur dan berjaya daripada

era kepemimpinannya.



Ini termasuk golongan pemimpin yang langka di abad modern seperti

sekarang ini. Kenapa langka? Karena dia adalah seorang negarawan besar

yang mendahulukan nasib rakyat dan bangsanya. Kita

membayangkan,negarawan model ini diam-diam telah "memilih" dan

"mengader" calon penggantinya tanpa diketahui banyak orang.Ketika

waktunya tiba,sang kader pun telah matang dan siap menggantikan

posisinya sebagai negarawan baru yang siap menjadi pemimpin sejati.

Banyak pula raja-raja atau pemimpin besar yang sangat hebat di masanya,

tetapi gagal dalam menyiapkan regenerasi.



Kita bayangkan pemimpin model ini suaranya lantang, tindakannya tegas,

mampu meraih simpati karena berhasil memakmurkan rakyatnya. Namun, semua

kehebatannya itu luntur ketika dia sadar bahwa waktunya untuk turun dari

kursi kekuasaan telah tiba. Karena tidak siap diganti dan tidak sempat

pula menyiapkan pengganti, sang pemimpin memaksakan diri untuk berkuasa

kembali. Begitu seterusnya ketika waktu pergantian tiba, pemimpin ini

terus menutup mata akan pentingnya regenerasi. Tentu yang dikorbankan

adalah bangsa dan negaranya.



Apa yang dilontarkan Ketua MPR Taufiq Kiemas yang meminta tokoh-tokoh

senior membuat komitmen untuk memberi kesempatan kepada generasi muda

dalam Pemilu 2014 ada benarnya. Usia bukanlah syarat utama seorang warga

negara untuk dipilih menjadi presiden dan wakil presiden.Tapi usia bisa

menjadi hal yang patut dipertimbangkan sesuai dengan konteks kebutuhan

calon pemimpin bangsa saat ini. Regenerasi adalah bagian penting dari

perubahan. Dalam dunia yang semakin dinamis, diperlukan sosok pemimpin

yang memiliki visi dan energi yang kuat untuk berselancar di atas arus

perubahan yang begitu dahsyat dan tak terelakkan.



Seorang guru besar pernah mengatakan,Pemilu 2014 memiliki makna yang

teramat penting bagi perjalanan bangsa dan sukses tidaknya era

kepemimpinan masyarakat sipil. Indonesia yang telah memilih jalan

demokrasi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia akan menjadi

contoh menarik di belahan dunia lain. Begitu banyak kekhasan yang

dimiliki Indonesia sebagai kajian para ilmuwan politik dalam melihat

perjalanan demokrasi. Negeri multietnis ini bisa menjadi contoh

keberhasilan demokrasi di Asia dan dunia.



Dan titik puncak penilaian itu adalah pada Pemilu 2014 yang juga disebut

sebagai tonggak kedua pasca- Reformasi 1998. Karena 2014 menjadi titik

awal kedua yang begitu penting, bicara soal kepemimpinan nasional juga

menjadi teramat penting. Wacana dan nama-nama calon pemimpin telah

muncul di ruang publik.Ada tokoh lama,ada tokoh baru.Dalam demokrasi

semakin banyak tokoh semakin baik.



Publik akan diberi banyak pilihan sehingga tidak terjebak pada itu lagi

itu lagi.Kesempatan patut diberikan kepada tokohtokoh baru tanpa

menafikan peran tokoh-tokoh senior.Regenerasi sering kali menyakitkan

bagi sebagian kalangan,tetapi ini hukum alam yang tak mungkin dielakkan.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/496068/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.