PADA 25-29 Juni 2012, madrasah akan punya hajat cukup besar, yaitu
menyelenggarakan kompetisi sains madrasah (KSM). Ajang itu terbilang
cukup inovatif mengingat madrasah selama ini selalu dikenal sebagai
sekolah yang secara khusus mengajarkan agama, tetapi lemah dalam
penguasaan ilmuilmu umum. Program itu juga menjadi tantangan tersendiri
bagi para pengambil kebijakan pengelolaan pendidikan Islam di
Kementerian Agama, terutama dalam rangka mengangkat citra madrasah yang
seakan jauh dari kepiawaian bersains-ria sebagaimana halnya
sekolahsekolah umum.
Melalui penyelenggaraan Madrasah's Science Competition and Expo MEDP
2012, Kementerian Agama berharap terjalinnya komunikasi antarmadrasah,
khususnya antarmadrasah peserta program Madrasah Education Development
Project (MEDP), sehingga terjadi experience sharing antara kepala
madrasah dan guru dalam pengembangan madrasah
berbasis sains. Kedua, kegiatan itu merupakan upaya untuk membangun
budaya kompetisi yang sehat dan menumbuhkan semangat berprestasi bagi
siswa-siswa madrasah.
Dari kegiatan itu memang ada harapan terpetakannya tingkat capaian
Madrasah Development Plan (MDP), terjalinnya kerja sama antara
madrasah-madrasah, stakeholders, dan pihak lain baik dari dalam maupun
luar negeri, utamanya lembaga internasional yang peduli peningkatan mutu
pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia, serta terpetakannya
siswa-siswa potensial dan berprestasi dari madrasahmadrasah se-Indonesia
untuk dipersiapkan sebagai peserta olimpiade sains internasional.
Tak ada yang salah dengan KSM, asalkan tak ada niat dibenak para
pengelola madrasah untuk menjadikan madrasah sebagaimana layaknya
sekolah umum. Menurut Malik Fadjar (1998), dengan menempatkan madrasah
sejajar dengan sekolah pada umumnya, sesungguhnya kita sedang lari
dari kesadaran sejarah madrasah yang dulu sangat kuat memberikan
kontribusi terhadap moralitas. Madrasah kita saat ini seakan-akan hanya
dijadikan sebagai 'cagar budaya' dengan mempertahankan paham-paham
keagamaan tertentu, tetapi lemah dalam memberikan semangat tauhid yang
selaras dengan agent of change pada setiap masa sehingga madrasah tanpa
disadari sebenarnya sedang kehilangan jati diri keislamannya.
Karakter madrasah sesungguhnya bermuasal dari ketulusan dan keikhlasan
niat para pengelola, yang tumbuh dan berkembang dari dalam masyarakat.
Prinsip melayani masyarakat (to serve the community) merupakan
perlambang sangat kuat dari madrasah, dari dulu hingga sekarang. Karena
itu, membuka kesempatan seluas
luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif ke dalam
lingkungan madrasah merupakan sebuah keniscayaan.
Karena itu jika madrasah ingin mengembangkan basis keilmuan secara baik,
menempatkan dan mengajak masyarakat untuk turut terlibat langsung
merupakan imperatif.
Beberapa kritik tentang madrasah yang selama ini me
nguat di tingkat masyarakat di antaranya ialah soal proses pendidikan
yang berlangsung di madrasah yang belum sepenuhnya mengarah ke
pengembangan karakter atau watak peserta didik, terkait dengan kurikulum
dan model pembelajaran pendidikan agama Islam yang cenderung direduksi
semata-mata sebagai penguatan aspek kognisi. Jika hal itu terus
dieksplorasi dengan baik, kemampuan akademis siswa dan guru madasah di
bidang sains juga akan berkembang, seiring dengan berkembangnya watak
dan karakter yang menjadi modal utama gaya belajar di madrasah.
Selain itu, madrasah perlu memberikan atensi yang lebih terhadap bobot
kontekstualitas dan relevansi muatan pendidikan agama Islam dengan
kompleksitas permasalahan dan tantangan
dalam lingkungan strategis peserta didik. Hal itu amatlah penting karena
dengan kesadaran semacam itu madrasah akan mampu menciptakan
pemimpinpemimpin bangsa masa depan yang memiliki tidak hanya ilmu umum,
tetapi juga karakter kuat dan moralitas teruji.
Di bidang manajemen, lemahnya koordinasi dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan di masa lalu juga ikut menambah persoalan sulitnya
madrasah berkembang. Dalam proses pengembangan kurikulum dan model
pembelajaran pendidikan agama Islam, tampaknya harus ada koordinasi
sinergis di antara kedua kementerian ini. Karena itu, penting untuk
merumuskan indikator keberhasilan pendidikan agama Islam secara lebih
rinci, yang berakibat pada lemahnya efektivitas pemantauan dan evaluasi
terhadap proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Jika masalah-masalah itu bisa diatasi, bukan tidak mungkin madrasah akan
menjadi suar bagi proses permodelan (modelling process) pengintegrasian
ilmu agama dan ilmu umum secara berkualitas, dan itu ditandai niat untuk
selalu mau belajar dan mengambil pelajaran dari praktik pendidikan yang
dulu berlaku di masa kejayaan Islam. Yang dibutuhkan madrasah saat ini
ialah konsistensi dan strategi pengembangan madrasah yang fokus dan
terarah karena madrasah memiliki begitu banyak energi dan kreativitas
yag belum terjamah dengan perencanaan program yang baik.
Momen KSM bisa merupakan pemicu bagi komunitas madrasah untuk
menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya.
Last but not least, madrasah juga harus menimbang kembali peran dan
fungsi masyarakat yang menjadi kekuatan madrasah selama ini dan seakan
pergi entah ke mana. Ketergantungan masyarakat madrasah terhadap
pemerintah harus dikurangi mengingat mayoritas madrasah memang milik
masyarakat.
Partisipasi masyarakat yang menjadi kekuatan madrasah selama ini harus
menjadi prioritas untuk dibangun dan dikembangkan kembali
http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/14/ArticleHtmls/CALAK-EDU-Karakter-Madrasah-14052012012020.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.