KERATON Kasunanan Surakarta Hadiningrat diakrabi konfl ik mulai 2004
silam. Itu berawal dari wafatnya Paku Buwono XII pada 11 Juni karena sakit.
Ia meninggalkan 6 istri dan 35 anak. Raja yang saat muda bernama Raden
Mas Gusti Suryo Guritno itu tidak meninggalkan wasiat soal penggantinya.
Ia juga tidak pernah mengangkat putra mahkota.
Konfl ik berkepanjangan pun terjadi di antara anakanaknya. Dua kekuatan
besar merasa paling berhak atas singgasana raja. Dua raja baru pun
muncul di Keraton Surakarta.
Dua putra Paku Buwono XII, Kanjeng gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi
dan KGPH Tedjowulan, samasama dinobatkan sebagai raja
baru Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Paku Buwono XIII.
Tedjowulan yang merupakan putra Gusti Raden Ayu (GRAy) Retnodiningrum
dinobatkan terlebih dahulu, yakni pada 31 Agustus 2004. Tedjowulan
bertakhta di Sasana Purnomo Badran di Kota Barat.
Selang sepuluh hari kemudian, 10 September 2004, giliran Hangabehi,
putra laki-laki tertua GRay Pradapaningrum, yang dinobatkan. Ia
bertakhta di keraton di Baluwarti.
Sejarawan Universitas Sebelas Maret Surakarta Tunjung W Sutirto menilai
perpecahan di keraton tinggalan Kerajaan Mataram Islam merupakan cerita
lama.
Jauh sebelumnya, bibit konfl ik sudah terjadi antara Paku
Buwono II dan saudara tirinya, Pangeran Mangkubumi.
Perseteruan keluarga itu kemudian menyulut berdirinya Kesultanan
Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai raja pertama dengan
gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.
"Ada tiga kali perang suksesi karena berebut takhta dan kekuasaan. Akar
persoalannya nyaris sama, yakni karena tidak ada pegangan yang valid
dalam proses alih kepemimpinan," tandas Tunjung.
Ia melihat suksesi atau pergantian raja tidak disiapkan secara matang
melalui suatu aturan baku yang dapat diakui dan diikuti semua trah
kerajaan. Yang dinamakan angger-angger (aturan) tidak pernah
mendapatkan tempat yang legal secara hukum positif keraton.
Dalam kasus suksesi Paku Buwono XII, raja yang mulai naik takhta pada 12
Juli 1945, itu sama sekali tidak jelas dan tidak tegas menyiapkan
penggantinya.
Dalam beberapa kesempatan ia menyatakan suksesi di Keraton Surakarta
harus dicari sendiri oleh putraputrinya, sesuai dengan keadaan yang
sedang berjalan.
Siapkan pengganti Kebijakan berbeda diterapkan Paku Buwono IX. Semasa
hidup, raja yang berkuasa pada 18611893 itu sudah menyiapkan
penggantinya, yakni sang putra yang masih berusia tiga tahun. Putra
mahkota itulah yang kemudian menjadi raja besar pada dinasti Keraton
Surakarta, yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng
Susuhunan Paku Buwono X dan dijuluki ratu ingkang minulya lan wicaksana
(raja yang mulia dan bijaksana).
Sejumlah dugaan pun menguar sebagai pemicu konfl ik. Salah satunya soal
perebutan harta.
Namun, bagi Tunjung, alasan itu kurang tepat. Soal aset keraton,
kasunanan bukan pemiliknya. Ia ada di tangan pemerintah, tetapi
pengelolaannya diserahkan kepada sunan.
"Karena itu, untuk operasional dan pengelolaan keraton, mereka sangat
bergantung pada hibah pemerintah. Harta tidak
menjadi pemicu krisis suksesi di Keraton Surakarta," jelasnya.
Seberat apa pun konfl ik yang kini melanda keluarga Keraton Surakarta,
Tunjung yakin itu bisa diakhiri.
Peluang rekonsiliasi antara pihak Hangabehi dan Tedjowulan masih terbuka
lebar. Apalagi kedua pihak sama-sama memiliki keinginan yang kuat untuk
tetap menjaga kewibawaan benteng terakhir kebudayaan Jawa itu.
Pemerintah bisa memosisikan diri sebagai fasilitator dan mediator bagi
kedua pihak. "Kata kuncinya ialah lebih baik menyelesaikan secara arif
daripada terusmenerus memelihara konfl ik," pungkas Tunjung.
http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/09/ArticleHtmls/Di-Surakarta-Keturunan-Raja-Berebut-Kuasa-bukan-Harta-09052012023017.shtml?Mode=1
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.