Selasa, 08 Mei 2012

[Koran-Digital] DINNA WISNU: Prancis, Sosialisme, dan Kita

Prancis, Sosialisme, dan Kita PDF Print

Wednesday, 09 May 2012

Di Prancis baru saja terpilih presiden baru bernama Francois Hollande

dari garis politik kiri yang Sosialis. Terpilihnya Hollande tidak serta

merta disambut meriah oleh jagat Eropa karena garis politik yang diusung

Hollande dianggap tidak sejalan dengan garis politik kanan yang selama

ini memimpin upaya untuk mengeluarkan Eropa dari krisis ekonomi

berkepanjangan.



Belum juga resmi dilantik, Hollande sudah diklaim akan mengalami masa

bulan madu yang sangat pendek.Ia ditekan untuk bergegas mengeluarkan

jurus penyelamatannya bagi Prancis dan Eropa. Presiden Amerika Serikat

bahkan langsung mengontak Hollande, menegaskan (untuk menjaga) aliansi

abadi antara AS dan Prancis, serta berharap ada terobosan baru bagi tata

kelola arsitektur ekonomi dunia dalam pertemuan negaranegara kaya G-8 di

Camp David, Maryland AS pada 18-19 Mei dan di KTT Trans-Atlantik NATO di

Chicago pada 20-21 Mei.



Respons umum pasar juga menunjukkan kehati-hatian dan kecenderungan

untuk tidak memberi banyak angin pada Hollande. Apakah pelajaran

berharga yang dapat dipetik dari kemenangan Francois Hollande dan sikap

publik terhadap kemenangantersebut? Pertama,pada akhirnya suatu negara

akan mencari selamat bagi diri sendiri dahulu sebelum menolong yang lain.



Prancis sebagai negara nomor dua terkaya di Eropa, dengan produk

domestik bruto terbesar nomor lima di dunia, sesungguhnya bisa saja

mengambil langkah-langkah berani untuk "menyelamatkan" Uni Eropa. Selama

ini sudah ada kerja sama dengan negara terkaya nomor satu di Eropa yakni

Jerman, untuk bersama- sama mencari jalan keluar bagi kemelut di Eropa

dengan doktrin "Merkozy" (Merkel-Sarkozy).



Namun, pada akhirnya Prancis menyadari juga bahwa fitur penduduk mereka

tidak bisa diselamatkan dengan caracara yang terlampau "kanan". Karakter

manusia Prancis itu khas.Di satu sisi mereka modern, disegani,

mewah,tetapi di lain pihak kegiatan ekonomi mereka tak luput dari

kegiatan ekonomi tradisional dan industri kreatif.



Di sana sektor pertanian memainkan peranan sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi khususnya yang bersumber dari peternakan, bertanam

gandum, gula beet, jagung, barley, kentang, serta buah-buahan termasuk

anggur. Sektor perdagangan mereka dikenal dengan produk-produk

manufaktur dan industri kreatif yang menghasilkan barangbarang mewah

kelas dunia,yang tiap tahun mendatangkan jutaan turis ke negara itu.



Sektor-sektor yang menghidupi perekonomian di Prancis bukanlah

sektor-sektor produksi berskala besar yang ditopang mesin. Penopang

ekonomi di sana justru manusia, petani, peternak, bahkan desainer

produk-produk mewah. Artinya bahwa ketika perekonomian hendak diperbaiki

kinerjanya, negara perlu mempertimbangkan bahwa target masyarakat

Prancis pada umumnya bukanlah untuk menjadi superkaya,melainkan untuk

hidup nikmat dalam harmoni dengan alam sekeliling.



Ritme kerja yang dicari bukanlah yang serbasibuk dan lembur. Mereka

butuh kebijakan ekonomi yang menjaga harmoni tersebut dan bukan memupuk

kompetisi. Masyarakat model ini peduli akan paket jaminan sosialnya dan

bukan ingin menghapuskannya. Garis kebijakan Hollande yang lebih ke

"kiri" secara tradisi membangkitkan harapan untuk kembali pada asas

kebersamaan tersebut.



Pemilu di Prancis ini menjadi contoh betapa pada akhirnya suatu negara

harus berani mengambil sikap untuk berbeda pandangan, bahkan ketika

harus berseberangan kebijakan dengan negara tetangga yang sudah

dipersatukan dalam Uni Eropa bertahun-tahun. Ketika garis kebijakan

regional tidak cocok untuk masyarakat lokal,pilihan lokallah yang akan

"naik".



Kedua, kemenangan tipis yang diperoleh Hollande atas Sarkozy

mengisyaratkan bahwa basis dukungan bagi Hollande pun tidak sepenuhnya

solid.Karena itu, besar kemungkinan Hollande akan memilih kebijakan yang

aman dan tidak mengundang kontroversi dari publik di Prancis.Apalagi

gaya kepemimpinan Hollande tergolong santun dan kompromis.Tidak akan

mengherankan bila Hollande akan cenderung mencari cara lihai untuk

menghindari konfrontasi dan situasi mendesak.



Tugas Hollande adalah termasuk untuk menjaga hubungan dengan

Jerman,Amerika Serikat, negara-negara Timur Tengah, serta dengan

mitra-mitra Uni Eropa. Selama ini Prancis memilih untuk bermain di zona

aman bersama Amerika Serikat walaupun cukup berani juga menyokong

negara-negara mantan jajahannya di Timur Tengah.



Ke depan kebijakan luar negeri Prancis akan menjadi sorotan.

Negara-negara mitra akan mendesak Hollande untuk menentukan arah kerja

sama antarmereka.Namun, jika Hollande konsisten dengan agenda

penyelesaian problem ekonomi di dalam negeri, kita akan menyaksikan

politik luar negeri yang lebih berorientasi ke dalam. Artinya bahwa

pilihan penduduk terhadap seorang presiden akan sangat menentukan arah

hubungan dengan negaranegara mitra dan posisi negara itu di mata dunia.



Semakin besar kontribusi ekonomi negara pada pertumbuhan ekonomi dunia,

semakin besar pula desakan dunia untuk menentukan sikap atas hubungan di

antara mereka. Dalam kasus ini Prancis dan Jerman adalah tulang punggung

perekonomian Uni Eropa sehingga kebijakan Hollande

ditunggu-tunggu.Desakan serupa juga bermunculan terhadap Indonesia dan

akan makin tajam menjelang pemilu.



Indonesia adalah tulang punggung kerja sama regional di kawasan ASEAN.

Jadi,pilihan bangsa ini atas pemimpinnya akan menentukan pula arah

hubungan dengan negara- negara mitra. Ketiga, segala aliran "isme" yang

diperdebatkan dalam upaya mencari jalan keluar kemelut ekonomi masa kini

sesungguhnya sudah ketinggalan zaman.



Meskipun Hollande mengusung aliran politik "kiri" yang notabene dekat

dengan aliranSosialisme,kitatidakbisa otomatismengatakanbahwasosialisme

yang diusung tersebut sama dengan sosialisme yang diusung oleh Prancis

20 atau 30 tahun lalu. Tidak berlebihan jugabiladikatakanbahwapilihan

publik kepada Hollande belum tentu karena loyalitas pada model ideologi

"kiri", melainkan karena protes terhadap cara-cara yang dipilih lawan

politik Hollande.



Sesungguhnya ruang imajinasi kita terhadap solusi baru yang akan

ditawarkan Hollande akan sangat terbatas bila kita berangkat dari asumsi

akan aliran Sosialisme belaka.Praktik investasi dan perdagangan global,

termasuk hubungan antara pemerintah dengan dunia bisnis, telah banyak

berubah dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini.



Pilihan masyarakat Prancis yang jatuh pada Hollande perlu kita maknai

sebagai desakan untuk perubahan pengelolaan sosial politik dan ekonomi

agar krisis yang kini membelit Eropa dapat usai. Bicara soal bersikap,

kita harus berani tampil di antara ragam hubungan antara negara dan kaum

kapitalis (pemilik modal) di berbagai negara dunia.



Kenyataannya, kaum kapitalis sudah sangat menggurita sehingga logika

untuk putus hubungan dengan mereka (seperti disarankan oleh aliran

"kiri") merupakan idealisme kosong saja. Mari kita coba bicara tentang

model investasi, perdagangan, dan pengembangan sumber daya manusia yang

memberdayakan sebanyak- banyaknya warga negara dan tidak semata-mata

menangguk untung besar bagi pemilik modal.



Tentu repot karena dalam dunia kapitalisme segala cara bisa dianggap

halal demi memperbesar keuntungan. Namun,karena kapitalisme tak bisa

berjalan tanpa ditopang oleh tenaga kerja yang kompeten dan negara yang

memfasilitasi, kita perlu berani menawarkan model-model kerja sama yang

menguntungkan dengan para pemilik modal.Semoga Hollande membuka peluang

lebih luas bagi dialog tersebut di tataran pemimpin dunia. 



DINNA WISNU

Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi,

Universitas Paramadina



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493381/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.