Kamis, 10 Mei 2012

[Koran-Digital] Editorial Tragedi Sukhoi

Dalam setiap misi penerbangan, keselamatan adalah prioritas. Tidak boleh ada kelinci percobaan atas nyawa manusia dalam misi apa pun.

TRAGEDI penerbangan kembali terjadi di Tanah Air. Sukhoi Superjet 100 (SSJ100), pesawat penumpang buatan Rusia yang tengah terbang promosi, jatuh di lereng Gunung Salak, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (9/5).

Pesawat berpenumpang 45 orang yang sebagian besar warga Indonesia itu kehilangan kontak dengan Bandara Halim Perdanakusuma beberapa saat setelah meminta izin turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki.

Tim SAR sudah menemukan puing-puing pesawat. Korban selamat dalam tragedi tersebut belum dilaporkan. Proses evakuasi korban pun belum dilakukan karena terhalang cuaca buruk.

Simpati, keprihatinan, dan dukacita yang mendalam kita sampaikan kepada warga yang anggota keluarganya menjadi korban dalam tragedi pesawat tersebut.

Penyebab jatuhnya pesawat baru berkapasitas 70-100 penumpang itu belum diketahui. Semua masih menjadi speku lasi sampai Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan hasil resmi penyelidikan.

Namun, tanpa mengurangi simpati terhadap keluarga korban yang masih berkabung, sejumlah catatan tentang misi penerbangan yang berakhir tragedi itu tetap harus dicer mati.

Sebelum terbang, pesawat SSJ100 dan para kru yang men gawakinya dilaporkan dalam kondisi layak. Bahkan, pada penerbangan promo sesi per tama, manuver terbang yang mengesankan telah diperagarharga US$35 juta dengan biaya kan pesawat yang diklaim berharga US$35 juta dengan biaya operasional rendah itu.

Pada demo flight kedua pun, beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusuma, pesawat itu masih memperagakan manuver spektakuler layaknya pesawat tempur.

Tidak mengherankan bila puluhan pesawat jenis itu dipesan para pembeli dari Indonesia, termasuk mereka yang ikut dalam joy flight tersebut.

Namun, fakta mengenai kesemrawutan administrasi penerbangan pesawat itu tidak boleh ditepiskan. Beberapa kali, kita mendapatkan pernyataan berbeda-beda tentang jumlah dan nama-nama penumpang. Beberapa nama yang tercatat dalam manifes belakangan dilaporkan tidak berada di dalam pesawat tersebut.

Sebaliknya, beberapa nama yang tidak tercatat dalam manifes justru ikut dalam penerbangan nahas itu. Bahkan, berkas manifes dari penerbangan itu pun dilaporkan ikut terbawa salah satu penumpang.

Lebih dari soal kesemrawutan administrasi, penerbangan SSJ100 dinyatakan belum mendapatkan izin dan sertifikat kelaikan udara dari pemerintah Indonesia. Padahal, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengharuskan hal itu.

Pemerintah harus mengusut tuntas dan menindak tegas seluruh pelaku yang bertanggung jawab di balik terjadinya tragedi Sukhoi.

Tragedi itu harus menjadi pelajaran mahal. Bahwa dalam setiap misi penerbangan, keselamatan adalah prioritas. Tidak boleh ada kelinci percobaan atas nyawa manusia dalam misi apa pun.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/11/ArticleHtmls/Tragedi-Sukhoi-11052012001010.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.