Jumat, 11 Mei 2012

[Koran-Digital] Gara-gara Sukhoi, Istana versus televisi lagi

Gara-gara Sukhoi, Istana versus televisi lagi





ISTANA Kepresidenan lagi-lagi mengkritik gaya media televisi di

Indonesia terkait pemberitaan mengenai kecelakaan pesawat Sukhoi

Superjet (SSJ) 100 di Bogor. Televisi dinilai sudah mengarahkan

pemberitaan untuk mencari siapa yang salah dalam kecelakaan itu dengan

membahas pelbagai aspek teknis.



"Saya sangat terganggu," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi dan

Public Relation Heru Lelono di Jakarta, Jumat (11/5).



Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus

Sudibyo, menyatakan media massa memang sebaiknya tidak menjustifikasi

atau membuat kesimpulan dari sebuah peristiwa semacam insiden kecelakaan

SSJ 100. Sebab kesimpulan siapa yang bersalah membutuhkan proses

investigasi yang sangat kompleks.



"Media harus menahan diri. Katakan saja kalau memang ahli yang

menyatakan ungkap hal itu baru sebatas analisis atau dugaan dari ahli,"

ucap Agus saat dihubungi gresnews.com.



Menurut Heru, media massa di negara lain tak akan pernah membuat

analisis sendiri, apalagi melakukan penghakiman sebelum ada keputusan

dari lembaga resmi yang menanganinya.



"Media televisi di negara manapun tidak pernah membuat analisis dan

judgement sendiri atas musibah seperti itu, sebelum lembaga seperti KNKT

(Komisi Nasional Keselamatan transportasi) membuat keputusan

penyidikannya. Hal ini akan rancu dan bisa merugikan banyak pihak. Saya

pikir kalau terjadi seperti ini pantas dikategorikan sebagai pelanggaran

etika jurnalistik yang bermartabat," kata Heru.



Lantas, bagaimana jika media sudah menyebut bahwa keterangan atau

analisis itu masih berupa dugaan?



"Saya tidak mengerti pantas atau tidak karena harus dilihat dulu

pemberitaan yang mana. Kadang-kadang media bikin judul yang heboh,

menghakimi itu memang harus dihindari," tegas Agus.



Kebebasan pers

Lebih jauh Agus menilai, kritik yang dilontarkan pihak Istana belum

masuk kategori ancaman terhadap semangat kebebasan pers. "Menurut saya

kritik Heru Lelono semacam itu belum termasuk ancaman. Belum otoriter,

jangan terlalu reaktif menyatakan mengganggu kebebasan pers atau tidak.

Pernyataan itu wajar, sekadar cerminan kekecewaan saja," kata dia.



Kendati demikian, Agus juga meminta agar Heru Lelono lebih spesifik

memberikan penilaian terkait media mana yang dimaksudnya. "Jangan sampai

kemudian semua media dianggap salah atas tayangan itu. Harusnya kritik

itu lebih spesifik. Tapi, Dewan Pers siap menindaklanjuti jika Istana

mau melayangkan pengaduan," ucapnya.



Bukan kali ini saja pihak Istana terganggu dengan model pemberitaan

televisi. Pada 28 Februari 2011, misalnya, Sekretaris Kabinet Dipo Alam

melaporkan Metro TV dan TV One ke Dewan Pers lantaran kedua media

tersebut dinilai menjelek-jelekkan pemerintah dan menimbulkan opini keliru.



Metro TV dimiliki oleh Surya Paloh, petinggi ormas Nasional Demokrat.

Sedangkan TV One dimiliki oleh Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar.



http://gresnews.com/berita/sosial/2021115-gara-gara-sukhoi-istana-versus-televisi-lagi



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.