Kesamaan Antara Irshad Manji dan Darmoghandul
Sabtu, 12 Mei 2012
Oleh: Harda Armayanto
Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Kajian Timur Tengah UGM
dan Dosen ISID Gontor
SEKILAS judul artikel di atas tidak nyambung. Apa urusannya Irshad
Manji, sang aktivis lesbian, dengan kitab kebatinan Darmogandhul?
Memang, tidak ada di dalam kitab tersebut nama Irshad Manji dicatut.
Penulis hanya ingin melihat beberapa kesamaan antara fenomena kedatangan
Irshad ke Indonesia dengan Kitab Darmogandhul yang kontroversial ini.
Artikel ini terinspirasi tatkala mengajar materi Aliran Kepercayaan dan
Kebatinan di Fakultas Ushuluddin ISID Gontor. Ditambah pernyataan dari
seseorang yang mengusik penulis tatkala ia melihat fenomena penolakan
Irshad ke Indonesia.
Teman saya, tak perlu disebutkan namanya, memang penolak gagasan-gagasan
Irshad, namun ia juga menolak orang-orang yang membubarkan diskusi yang
dilakukan Irshad.
"Namun demikian, saya tetap tidak setuju, bahkan mengutuk keras, semua
'penghentian paksa' diskusi-diskusi Manji di Indonesia beberapa hari
ini. Saya yakin, bahwa pemikiran se-kontroversial apapun harus disikapi,
dihadapi, bahkan dilawan dengan pemikiran juga. Otak versus otak, bukan
otot. Bukankah al-Qur'an memerintahkan kita untuk mengajak ke jalan
Tuhan dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebat dengan argumen yang
lebih baik?," begitu katanya.
Pernyataan teman di atas hampir sama dengan yang dilontarkan Ulil Abshar
Abdallah ketika terjadi pembubaran bedah buku Irshad. "Kami selalu
membuka ruang dialog dengan siapa saja, tapi kalau sudah mengedepankan
kekerasan dengan mengatakan orang yang berbeda pendapat dengan mereka
adalah kafir ini bukanlah sikap yang intelektual," jelas aktivis Islam
Liberal yang juga anggota dari Partai Demokrat ini.
Pernyataan teman itu, jika dilihat sekilas memang benar. Al-Qur'an
memang telah memerintahkan kita untuk mengajak ke jalan Tuhan dengan
hikmah, nasihat yang baik, dan berdebat dengan argumen yang lebih baik.
Namun perlu diketahui, bahwa Irshad sudah beberapa kali diajak dialog,
debat, maupun adu argumen. Sebagaimana yang diberitakan sebuah media
Islam, ketika peluncuran bukunya di Salihara, Irshad Manji sendiri
menolak untuk diajak diskusi. Padahal, ketika acara tersebut seorang
peserta juga sudah mengusulkan untuk perlunya membuka ruang dialog
dengan perwakilan aktivis yang menentang kegiatan tersebut.
"Posisi kita sebagai orang yang menghargai kebebasan, mengapa kita tidak
mengundang mereka (para pendemo) untuk berdialog secara terbuka, agar
mereka juga tercerdaskan dan bisa dewasa dalam memahami kebebasan
berpendapat", ujar peserta kala itu.
Namun usulan tersebut ditolak oleh Irshad, ia justru mengatakan bahwa
pihak yang tidak setuju dengannya dan ingin membubarkan acaranya adalah
kelompok yang tidak bisa dirubah cara berpikirnya.
"Saya tidak percaya bahwa dialog kita dengan mereka akan merubah cara
berpikir mereka. Pikiran mereka telah tercipta seperti itu, pikiran
mereka telah terdogma untuk tidak berubah," kata Irshad.
Umat Islam yang menolak diadakannya kegiatan Irshad telah melaksanakan
Surat al-Nahl: 125, sebagaimana yang dianjurkan teman di atas. Akan
tetapi faktanya Irshad menolak untuk diajak diskusi. Lantas, siapakah
yang tidak ilmiah di sini? Apakah para penolak atau Irshad sendiri?
Menjawab pernyataan teman saya tadi, saya berpendapat, "Bisakah kita
menjamin semua audiens yang anti terhadap Irshad memiliki kapasitas
keilmuan untuk beradu logika dengan Irshad? Alih-alih ingin menolak,
takutnya yang awam dan tidak mempunyai kapasitas keilmuan Islam malah
ikut-ikutan mendukung gagasan Irshad. Sampai di sini, di manakah
tanggungjawab kita sebagai Umat Islam? Di samping itu, terdapat fakta
bahwa memang ada orang-orang yang tergerak menolak Irshad secara spontan
karena menilai pemikiran Irshad benar-benar salah. Dan orang-orang ini
eksis, ada, alias real. Kalau kita mengajak menghormati Irshad dan
orang-orang JIL dengan pemikirannya, kita juga harus adil memperlakukan
orang-orang yang menolak Irshad dan JIL, kita harus juga menghormati
penolakan mereka.
Demikian pula dengan Kitab Darmogandhul yang telah menimbulkan pro dan
kontra. Yang pro terhadap karya ini mengatakan bahwa kita harus bijak
menyikapi cacian, ejekan, atau hinaan terhadap umat Islam yang ada dalam
Kitab itu. Dari situ, umat Islam akan menjadi bijak dan mendalami
agamanya. (Baca: Wawan Susetya, Kontroversi Ajaran Kebatinan,
(Yogyakarta: Narasi, 2007).
Masalahnya, apakah semua orang bisa bijak, pintar, dan mumpuni memfilter
ajaran-ajaran yang terdapat dalam Darmogandhul, meski menyesatkan?
Jawabannya, bisa jadi, umat Islam yang awam terhadap ajarannya malah
ngikut dan mengamini ajaran-ajaran Darmogandhul.
Barangkali, itulah kesamaan antara Irshad dan Kitab Darmogandhul ini.
Bahwa dua-duanya sama-sama mencela Nabi Muhammad SAW. Dalam bukunya
"Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini" halaman 96-97,
Irshad mengatakan:
"Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para
pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah.
Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk
menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana "ayat-ayat setan" –
ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad
dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Qur'an. Nabi kemudian mencoret
ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab
kesalahan catat tersebut. Namun, kenyataan bahwa para filosof muslim
selama berabad-abad telah mengisahkan cerita ini sungguh telah
memperlihatkan keraguan yang sudah lama ada terhadap kesempurnaan
al-Qur'an."
Adapun dalam Kitab Darmogandhul juga demikian, di situ tertulis:
"Yen nyebut nabi Muhammad, Rasulullah panunggal para nabi, Muhammad
makaman kubur, rasa kang salah, mila ewah bengok-bengok enjing surup,
nekem dada celumikan, jungkir-jungkir ngaras siti. Sedaya teda wineda,
trancam cacing, dendeng kucing sinirik, pindang ketek, opor lutung,
botoke sawer sawa, sate rase, lemeng kirik, pindang asu, bekakak babi
andapan, gorengan kodok, lan cindil. Gecok lintah ingkang mentah, becek
usus sona ingkang kebiri, kare kuwuk, bestik gembluk, niku winastan
karam, langkung sengit kalamun ningali asu, ulun kinten terus ing tyas,
batose resik kumresik."
Bahkan yang pro-kontra terhadap keduanya pun juga hampir sama. Jika umat
Islam diajak bijak menyikapi fenomena Irshad dengan dialog dan tanpa
kekerasan, seharusnya juga harus bijak bahwa ajakan itu sudah dilakukan
dan Irshad menolak.
Kalau kita diajak menghormati Irshad dan orang-orang JIL dengan
pemikirannya, maka, sepatutnya kita juga harus adil memperlakukan
orang-orang yang menolak Irshad dan JIL. Kita harus juga menghormati
penolakan mereka, karena mereka merasa terganggu dengan adanya Irshad.
Ingat kekerasan bukan hanya terhadap fisik semata, kekerasan non-fisik,
seperti akidah, jauh lebih menyakitkan para pengautnya.
Semoga Irshad dan pendukungnya sadar telah menyakiti keyakinan dan
perasaan mayoritas Umat Islam Indonesia. Dan semoga pula, para aktivis
JIL tak lagi menyakiti perasan umat Islam dengan kembali menghadirkan
tokoh-tokoh tidak perlu seperti Manji, yang akhirnya kembali melukai
perasaan umat.*
http://www.hidayatullah.com/read/22623/12/05/2012/kesamaan-antara-irshad-manji-dan-darmoghandul.html
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.