Selasa, 15 Mei 2012

[Koran-Digital] Hidup bak Teroris, Kisah dari Belantara Sawit Negeri Perak

Hidup bak Teroris, Kisah dari Belantara Sawit Negeri Perak PDF Print

Wednesday, 16 May 2012

ImageTKI asal Lombok yang bekerja di perkebunan sawit berdialog dengan

DPD dan Komnas HAM serta KBRI Kuala Lumpur, Selasa (8/5).





Lampu neon yang melekat di langit-langit rumah tua itu memendarkan

cahaya putih,menjadi penerang di gelap malam yang senyap.



Dalam kepungan kelam rimbun kelapa sawit, bangunan yang biasanya sunyi

itu mendadak ramai.Sekitar 30 orang bergegas ke halaman ketika lima

mobil datang. Mereka merupakan para tenaga kerja Indonesia (TKI) asal

Nusa Tenggara Barat. Malam itu di kawasan Slime River,Negeri Perak,

Malaysia,para pekerja migran ini kedatangan tamu: tim investigasi Dewan

Perwakilan Daerah (DPD) dan Komnas HAM.Kunjungan tim asal Jakarta ini

merupakan bagian dari penelusuran jejak kematian tiga TKI asal Lombok

Timur,Herman,34, Abdul Kadir Jaelani,25,dan Mad Noor,28.



Tidak ada kesaksian berarti dari puluhan orang yang sebagian besar buruh

perkebunan sawit itu.Kalaupun mereka mendengar cerita penembakan,itu tak

lebih dari keterangan yang disampaikan keluarga di Tanah Air.Lebih dari

itu,pertemuan yang difasilitasi KBRI Kuala Lumpur itu tak lain untuk

merekam nasib para TKI. Seperti ditebak,sengsara adalah wajah kehidupan

para TKI."Kami datang jauh-jauh ingin mengubah nasib.Tapi, kami justru

menjadi korban penipuan,"ungkap Asnadi, TKI asal Lombok Timur. Sopir

truk di perkebunan sawit itu menuturkan,gaji yang diterima ternyata tak

sesuai dengan perjanjian.



"Dulu ketika berangkat dijanjikan sekian ringgit per bulan.Tapi

kenyataannya,setengahnya pun tak sampai,"tuturnya. Nasib itu kian

menyakitkan karena paspor ditahan majikan."Kerja selama empat tahun tak

sekali pun paspor diberikan.Kami hanya dipinjami ketika akan pulang, itu

pun harus taruh jaminan 1.000 ringgit,"sebutnya. Tak tahan dengan

perlakuan itu,Asnadi kabur. Dia mencari majikan lain. Namun konsekuensi

yang harus ditanggung adalah dia menjadi TKI ilegal.



"Padahal sebenarnya saya ini legal. Karena lari menjadi ilegal.Ke

mana-mana jadi takut,lihat polisi pun takut.Kami tak ubahnya

teroris,"tuturnya. Tak dapat dimungkiri,hidup TKI di negeri jiran lebih

banyak bergelimang keprihatinan. Kemungkinan persoalan finansial ini

pula yang menjadi alibi polisi untuk menyebut Herman,Abdul Kadir,dan Mad

Noor nekat merampok. Ketua Tim Delegasi DPD Farouk Muhammad

menyatakan,kunci mengungkap peristiwa tembak mati tiga TKI Lombok berada

di tangan polisi Diraja Malaysia (PDRM).Kalau penyidikan berlangsung

fair, pelaku bisa dibawa ke pengadilan.



"Di situlah faktafakta seputar penembakan akan diketahui,"kata anggota

DPD asal NTB ini. Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Kuala Lumpur Mulya

Wirana mengatakan, jumlah TKI di Malaysia sekitar 2,5 juta orang dan

sebagian di antaranya ilegal.Menurut dia, TKI ilegal umumnya menghindari

pendataan karena takut dipulangkan. Hal itu menyebabkan penanganan

kasus-kasus yang terjadi terlewatkan atau terlambat.Pada peristiwa

penembakan tiga TKI,KBRI fokus mengawal kasus ini. 



ZEN TEGUH TRIWIBOWO

Kuala Lumpur



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/495246/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.