Selasa, 15 Mei 2012

[Koran-Digital] PAUL SUTARYONO: Manakala LPS Rate di Bawah BI Rate

Manakala LPS Rate di Bawah BI Rate PDF Print

Wednesday, 16 May 2012

Sungguh mengejutkan! Pada 9 Maret 2012, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

mengumumkan LPS Rate alias bunga penjaminan LPS sebesar 5,5%.





Itu berarti LPS Rateberada di bawah Bank Indonesia (BI) Rateyang

mencapai 5,75%.Padahal selama ini LPS Rate selalu di atas BI

Rate.Langkah LPS itu sejalan dengan upaya BI untuk menurunkan bunga

simpanan (baca: deposito) sehingga menyetrum penurunan bunga kredit

lebih signifikan.Apa implikasinya? Putusan LPS itu diambil dengan

mempertimbangkan kinerja perekonomian domestik yang cukup stabil

terlihat dari penurunan inflasi dari 3,65% per Januari 2012 menjadi

3,56% per Februari 2012.



Nilai tukar rupiah dan cadangan devisa stabil.Nilai tukar stabil pada

rentang antara Rp8.906 dan Rp9.106 per satu dolar AS.Cadangan devisa

meningkat dari USD112,0 miliar per Januari 2012 menjadi USD112,2 miliar

per Februari 2012. Pada awal 2012,BI kembali menegaskan untuk terus

menekan penurunan bunga kredit.Salah satu seninya adalah dengan

menipiskan bunga simpanan.Pada Agustus 2009,BI dan 14 bank nasional

papan atas telah bersepakat untuk menurunkan bunga deposito hingga

maksimal 150 basis poin (bps) (1,5%) di atas BI Rateyang waktu itu

mencapai 6,5% sampai tiga bulan ke depan.



Penipisan bunga deposito itu diharapkan akan menekan biaya dana sehingga

menurunkan bunga kredit. Sayangnya,upaya itu layu sebelum berkembang.

Hal itu bertujuan pula untuk mengerdilkan penghasilan bunga bersih (net

interest margin/NIM) yang merupakan selisih antara bunga kredit dan

bunga simpanan.Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Februari 2012 yang

terbit 13 April 2012 menunjukkan bahwa NIM rata-rata industri menipis

dari 6,06% per Januari 2012 menjadi 5,40% per Februari 2012.Tetapi,NIM

itu masih jauh di atas NIM 2- 3% seperti mimpi BI. Tengok saja rinciannya.



NIM Kelompok bank asing tercatat terkecil yang turun dari 4,48% per

Januari 2012 menjadi 3,89% per Februari 2012.Hal ini disusul NIM

kelompok bank asing yang menipis dari 4,39% menjadi 3,97% dan bank umum

swasta nasional (BUSN) devisa dari 5,63% menjadi 5,30%.NIM bank persero

pun terjun bebas dari 6,27% menjadi 5,31%, bank pembangunan daerah (BPD)

dari 8,16% menjadi 7,14%,dan BUSN nondevisa dari 10,78% menjadi 10,29%.

Jauh sebelumnya,BI mengusulkan agar LPS menggunakan Fasilitas Simpanan

BI (FasBI) bukan BI Ratesebagai acuan dalam menetapkan LPS Rate.



Apa itu FasBI? FasBI (deposit facility) adalah fasilitas yang diberikan

BI kepada bank nasional untuk menempatkan dananya di BI. Efektif 18

Januari 2012,suku bunga moneter yang semula 150 bps menjadi 200 bps di

bawah BI Rate.Dengan bahasa lebih bening,mengingat BI Rate saat ini

menyentuh 5,75%,bunga FasBI berada pada level 3,75%.Jurus ini untuk

mengerek tingkat efisiensi bank nasional. Namun, kini tiba-tiba LPS

Ratemerunduk di bawah BI Rate.



Lagi-lagi,implikasi apa saja yang akan muncul? Pertama,bunga deposito

akan menciut.SPI mencatat ratarata bunga deposito rupiah mencapai 6,05%

untuk tenor satu bulan,6,56% (tiga bulan), 6,94% (enam bulan),dan 6,82%

(12 bulan).Tatkala LPS Rateberada di bawah BI Rate, bunga deposito bakal

cenderung menciut. Coba lihat data bank pelat merah per 1 Mei 2012.Bank

Mandiri menawarkan bunga deposito rupiah Bank Mandiri 4,75%,5%,5,5%,5,5%

dibayangi BRI 4,75%,5,25%, 5,75%; BTN 5%,5%,5,75%, 5,5%; dan BNI 5,5%,

5,5%,5,75%,6% masing-masing untuk tenor satu hingga 12 bulan.



Demikian pula bank nasional papan atas lainnya seperti BCA dengan bunga

deposito 5%,5,25%,5,5%, 5,75%,Bank CIMB Niaga 5%, 5,25%,5,5%, 5,75%,dan

Bank Danamon 5,25%, 5,5%,6%,6% untuk tenor yang sama. Kedua,deposito

bagai macan ompong.Cepat atau lambat,deposito bakal menjadi instrumen

investasi yang tidak gurih lagi. Mengapa? Karena deposito tak

menghasilkan buah manis lagi terlebih ketika dipotong pajak penghasilan

(Pph) deposito 15%.Alhasil, deposan hanya menikmati bunga riil (real

interest) amat tipis.Sungguh,deposito bagai macan ompong. Ketiga,potensi

risiko cenderung naik.



Dapat diduga bank nasional akan berlombalomba memasang bunga deposito di

atas LPS Rate 5,5%.Lihat saja kini ada bank nasional yang telah

menawarkan bunga deposito 6% hingga 7% untuk tenor satu bulan dan 7,5%

untuk tenor tiga sampai 12 bulan. Terlebih tatkala nasabah kelas kakap

minta bunga deposito lebih tinggi lagi. Siapa mereka? Katakanlah, badan

usaha milik negara (BUMN),dana pensiun, perusahaan besar,dan perusahaan

multinasional.



Padahal,simpanan nasabah bank tidak akan diganti LPS ketika bank itu

pailit.Apakah nasabah tidak memahami potensi risiko itu? Mungkin

memahaminya,namun tak peduli. Jangan lupa formula bahwa makin tinggi

bunga deposito itu berarti bank tersebut sedang membutuhkan dana tinggi

pula untuk menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dan menambal modal yang mepet.



Kebutuhan modal itu akan makin melejit ketika BI menerapkan Basel III

pada 2013 yang berlaku 2019.Untuk itu,bank nasional harus menambah modal

inti minimum 6%,tambahan modal pelengkap 2%,dan modal untuk menyerap

kerugian 2%.Dengan bahasa lebih lugas,bank nasional wajib memiliki

kecukupan modal minimum (capital adequacy ratio/CAR) 10,5% naik dari 8%.



Alternatif Solusi



Adalah benar bahwa bunga deposito akan cenderung menipis.Namun,apakah

bunga kredit juga akan makin mini? Belum tentu.Maka sepatutnya BI tetap

berpedoman pada kebijakan suku bunga dasar kredit (SBDK/prime lending

rate). Bagaimana alternatif solusinya? Bank nasional wajib menipiskan

margin keuntungan (profit margin) dan premi risiko (risk premium) secara

bertahap melalui rencana bisnis bank (RBB) per tahun.



Langkah itu lebih terukur (measurable) dan visioner dalam jangka

menengah.Artinya,bank nasional tetap bebas menentukan margin keuntungan

sejauh tak melewati pagar SBDK.●



PAUL SUTARYONO

Pengamat Perbankan



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/495167/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.