Selasa, 15 Mei 2012

[Koran-Digital] Ibnu Burdah: Pemilu Presiden dan Masa Depan Mesir

  
Pemilu Presiden dan Masa Depan Mesir
Ibnu Burdah Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam; Dosen Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Mengingat sulitnya mencari tokoh yang dapat diterima semua pihak, proses pemilu yang bersih, jujur, dan adil akan menjadi syarat mutlak bagi legitimasi mereka untuk memerintah."

CI TA C I TA r e v o l u s i Mesir untuk mewujudkan demokrasi politik, keadilan dan kesejahteraan ekonomi, serta kesetaraan hubungan sosial ternyata tidak mudah menjadi kenyataan. Mewujudkan masyarakat demokratis yang menghargai perbedaan secara matang ternyata jauh lebih sulit daripada menumbangkan rezim Mubarak yang sudah menggurat-mengakar selama tiga dasawarsa. Menciptakan kesetaraan hubungan antarkelompok masyarakat yang plural ternyata juga tidak mudah. Terlebih lagi menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Itulah perjalanan berat Mesir pascarevolusi 25 Januari tahun lalu hingga sekarang.

Sebaliknya, fakta menunjukkan kondisi Mesir pascarevolusi

justru diwarnai ketidakstabilan ekonomi, sosial, politik, bahkan keamanan. Sebagian pemikir kenegaraan Mesir juga memperingatkan potensi ancaman terhadap pertahanan negara, terutama dari intelijen AS dan Israel, yang sudah mencium gelagat Mesir akan menjauh dari orbit mereka setelah jatuhnya Mubarak. Suasana pemilu merupakan titik rawan bagi penyusupan intelijen asing untuk mengacaukan situasi.

Peran Mesir di forum regional dan internasional seolah juga tidak lagi bertaji. Di Liga Arab, misalnya, Mesir yang merupakan tempat markas besar organisasi itu sekarang seperti dikangkangi negara mikro (duwailah/microstate) Qatar.

Pertemuan-pertemuan penting dan keputusan-keputusan strategis organisasi itu sering diambil di Doha, Qatar, bukan

di Kairo, Mesir.

Pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada 23-24 Mei ini menjadi momentum penting, setidaknya bagi upaya mengembalikan Mesir ke jalur cita-cita revolusi itu dan menegakkan kembali harga dirinya di mata negara lain. Jika proses pemilu itu berjalan lancar dan berhasil memilih presiden yang dapat diterima kalangan luas, baik sipil maupun militer, rakyat biasa maupun aktivis revolusi, dan kekuatan partai yang beragam spektrum ideologi dan kepentingan, niscaya pemilu itu akan menjadi harapan bagi titik tolak kebangkitan dan kemajuan negara itu. Jika presiden terpilih mampu menginstitusionalisasikan hasil-hasil revolusi rakyat ke dalam pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya kelompok, niscaya Mesir baru yang dicita-citakan revolusi 25 Januari bukanlah utopia belaka.

Memperburuk situasi?
Sebaliknya, jika proses pemilu itu cacat karena diwarnai kecurangan signifikan atau sebab lain, niscaya hal itu akan memperburuk situasi di Mesir. Proses pemilu presiden sejauh ini telah menganulir beberapa tokoh potensial. Coba kita tengok daftar kandidat tereliminasi berikut: Ayman Nour dari partai liberal al-Ghad, satu-satunya tokoh yang berani maju melawan Mubarak dalam pemilihan presiden selama 30 tahun rezim diktator itu. Kandidat lain ialah Abu Ismail yang memperoleh dukungan solid dari Partai al-Noor dengan basis kelompok salafi.
Kelompok itu dikenal sangat dekat dengan Arab Saudi dan ditengarai memiliki pendanaan yang luar biasa. Pun Umar Sulaiman, calon yang didukung anasir-anasir rezim lama. Penganuliran tersebut tidak bisa dipandang enteng sebab setiap kandidat memiliki dukungan yang luas dan kuat di masyarakat. Penganuliran Abu Ismail berubah menjadi demonstrasi besar-besaran yang digerakkan kelompok salafi hingga saat ini dan diperparah dengan bergabungnya kelompok liberal meski dengan mengangkat isu berbeda.

Jika proses itu yang terjadi, sulit membayangkan pemerintahan yang dihasilkan pemilu akan mampu membawa Mesir ke jalur cita-cita revolusi. Pemerintahan baru akan sulit melakukan apa pun, bahkan untuk menarik kekuasaan dari Dewan Tertinggi Militer kepada pemerintah sipil hasil pemilu, yang merupakan agenda terdekat dan terpenting pascapemilu. Mereka akan menemui banyak kesulitan untuk mengembalikan stabilitas politik, ekonomi, maupun keamanan di tengah-tengah euforia kebebasan dan kecenderungan menguatnya politik sektarian saat ini. Yang paling mengerikan, ancaman perpecahan potensial terus membayangi Mesir ke depan.

Kualitas para kandidat yang lolos kualifikasi sepertinya tidak perlu diragukan lagi, apalagi Mesir memang memiliki stok pemikir dan orang-orang hebat di Timur Tengah. Namanama seperti Amr Musa, Abdul Mun’im Abul Futuh, Muhammad Salim Awa, dan Khalid Aly bukanlah orang-orang dengan kapasitas intelektual dan integritas sembarangan. Yang menjadi masalah ialah seberapa besar mereka dapat diterima rakyat dan kelompok-kelompok yang beragam di tengah suasana seperti sekarang.

Dari kandidat-kandidat yang ada, tak ada satu pun yang dapat diterima secara luas di kalangan lain. Amr Musa, bagaimanapun, dipandang anak-anak muda revolusioner sebagai bagian rezim Mubarak meskipun ia lolos kualifi kasi dan sangat populer. Amr Musa adalah menteri luar negeri era

Mubarak sebelum 2001. Regulasi pemilu presiden menyebut larangan para petinggi masa Mubarak selama 10 tahun terakhir (setelah 2001) untuk turut serta dalam pemilu presiden ini. Kandidat lain, Abdul Mun'im Abul Futuh, sangat sulit diterima parlemen Mesir sebab sikapnya yang berseberangan dengan Partai Khurriyah wa al-Adalah (sayap politik Ikhwanul Muslimin) yang menyebabkannya dikeluarkan dari jemaah Ikhwanul Muslimin. Muhammad Musryi dan Khalid Aly kurang begitu dikenal dan sulit untuk sementara ini menyaingi popularitas dua kandidat itu. Mengingat sulitnya mencari tokoh yang dapat diterima semua pihak, proses pemilu yang bersih, jujur, dan adil akan menjadi syarat mutlak bagi legitimasi mereka untuk memerintah. Terlalu jauh untuk berbicara terwujudnya cita-cita revolusi 25 Januari dalam kehidupan masyarakat Mesir pada waktu-waktu dekat ini. Pulihnya stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan pascapemilu yang sukses sudah merupakan capaian historis yang amat berarti.

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/16/ArticleHtmls/Pemilu-Presiden-dan-Masa-Depan-Mesir-16052012012045.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.