Jumat, 11 Mei 2012

[Koran-Digital] Jangan Setengah Hati Tangani Kanker Hati

Jangan Setengah Hati Tangani Kanker Hati PDF Print

Saturday, 12 May 2012

Penanggulangan penyakit kanker hati di Tanah Air dinilai masih setengah

hati. Penderitanya dianggap "anak tiri", lantas diabaikan tanpa bantuan

dan pertolongan yang memadai.



Sepintas,Dody Purwanto Djalante, 54,terlihat sehat.Meski usianya

tergolong senja,Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tenggara

ini masih terlihat gagah dan lincah.Apalagi, pekerjaannya yang amat

sibuk tersebut menuntut tubuhnya untuk tetap prima setiap saat.

Makanya,tidak ada yang menyangka jika dalam badan Dody "hinggap"penyakit

serius,yaitu kanker hati.



Siapapun tentu tidak ada yang mau mengalami keadaan seperti

dia.Namun,pria berperawakan kurus ini selalu bersikap tabah dan

pasrah."Saya pasrah saja,semua diserahkan sepenuhnya kepada yang di

atas,"kata dia. Dody bercerita,dirinya menemukan ada yang tidak beres

dalam tubuhnya pada September 2008.Awalnya, secara tiba-tiba dia

merasakan sakit di bagian perut kanan atas selama tiga hari berturut-turut.



"Seperti ada yang mengganjal.Waktu itu saya sudah merasa ada sesuatu

yang aneh dalam tubuh saya,"ujar dia. Tak menunggu waktu lama, dia

memeriksakan keluhannya ke dokter jaga di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Kebetulan,dia sedang berada di Ibu Kota dalam rangka tugas negara.Namun,

jawaban yang dia dapatkan tidak memuaskan hatinya.Suami dari

Rahmatiah,51,ini lantas meminta untuk diperiksa oleh spesialis penyakit

dalam.



Setelah dilakukan tindakan endoskopi dan CT scan,barulah diketahui bahwa

dia menderita kanker hati stadium lanjut.Tidak hanya satu,kanker yang

didapatnya ada dua dan berukuran besar-besar.Yang pertama 8x10

sentimeter,dan yang lain 3x5 sentimeter. Vonis dokter itu membuat Dody

dan keluarganya kaget. Sebelumnya memang dia tidak pernah merasakan

tandatanda awal yang mencurigakan, juga riwayat keluarga yang mengidap

kanker hati.



"Dokter bilang sudah tidak bisa dioperasi dan harus menjalani pengobatan

jangka panjang,"ucapnya.Sejak saat itu,Dody mulai menjalani proses

pengobatan melalui serangkaian tindakan dan mengonsumsi sejumlah obat.

Masalahnya,biaya perawatan yang amat mahal menjadi beban tersendiri bagi

Dody.Meski memiliki jabatan yang lumayan tinggi,tetap saja pendapatannya

sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tidak bisa mencukupi semua biaya

pengendalian penyakitnya.



Untungnya,dia mengikuti program NexPAP (Patients Assistance Program)

dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Program ini berupaya meringankan

beban pasien yang secara finansial kurang mampu. Dody pun akhirnya bisa

tersenyum lega."Saya mendapatkan obat Sorafenib secara gratis setiap dua

bulan sekali selama satu tahun.Biaya sudah tidak menjadi masalah buat

saya.Dengan perawatan yang optimal,kanker saya sekarang stagnan dan

cenderung mengecil,"kata dia.



Memang harus diakui,perhatian pemerintah dan swasta terhadap penanganan

penyakit kanker hati masih rendah.Padahal, biaya pengobatan untuk

penyakit ini relatif mahal.Beberapa negara di Asia Tenggara seperti

Vietnam,Malaysia,dan Thailand telah memasukkan terapi target untuk

hepatocellular carcinoma(HCC),salah satu jenis kanker hati yang paling

umum, ke dalam daftar penyakit yang pembiayaannya dibantu oleh negara

melalui berbagai sistem.



Salah satunya adalah skema pembiayaan bersama (cost sharing) dengan

perusahaan farmasi serta berkolaborasi dengan organisasi advokasi kanker

atau rumah sakit setempat.Sementara di Indonesia,hingga saat ini

sebagian besar pasien kanker hati masih harus menanggung sendiri biaya

pengobatan yang mereka jalani.



"Beberapa jenis kanker lainnya, misalnya kanker paru,payudara,

ovarium,serviks, nasofaring, dan lain-lain sudah mendapat bantuan dari

pemerintah,sedangkan kanker hati belum. Saya amat menyayangkan,"kata

konsultan internis-gastroenterologis dari FKUI/RSCMProf Dr L A Lesmana

PhD SpPD-KGEH FACG dalam temu media di Hotel Le Meridien,Jakarta,Selasa

(27/3).



Diketahui,berdasarkan data Globocan yang dirilis oleh the International

Agency for Research on Cancer (IARC),pada 2008 tercatat 748.000 kasus

kanker hati yang terdiagnosa. Penyakit ini merupakan kanker dengan angka

kematian tertinggi ketiga,dengan 696.000 pasien meninggal dunia setiap

tahunnya.Lebih dari 85% dari kasus tersebut terjadi di negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494031/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.