Petani Tembakau sebagai "The Oppressed" PDF Print
Monday, 14 May 2012
Ketika di tingkat internasional perdagangan keretek dipersoalkan dan
kemudian ada tekanan— atau bujukan menggiurkan— pada tingkat nasional
agar keretek juga dipersoalkan,maka apa alasan dasarnya yang dianggap
sah,dengan keabsahan yang paling kuat dan karena itu bisa diterima
dengan baik oleh segenap pihak?
Alasan kesehatan masyarakat, alasan ekonomi, dan kemudian alasan
keagamaan, tentang halal-haram. Inilah puncaknya dan di masyarakat
berpenduduk muslim terbesar ini, alasan halal-haram dianggap dan
diharapkan menjadi kekuatan pemungkas untuk membungkam bisnis keretek
yang di Amerika sana mengalahkan telak perdagangan rokok putih. Alasan
demi alasan—juga yang bersumber pada agama— tak begitu manjur.
Ketika Bloomberg Initiative mengumumkan lewat website tentang gerakan
bertawaf dunia untuk "membungkam" bisnis keretek, di sana diumumkan
berapa besar dana yang telah dikeluarkan untuk mendukung langkah bisnis
global yang memakai tedeng alingaling dan berpura-pura berbicara tentang
kesehatan manusia dan masyarakat pada tingkat dunia. Demikian manusiawi,
demikian "care" dan meyakinkan langkah ini sehingga dunia pun guncang.
Sangat banyak pihak tergopohgopoh untuk ikut menyingsingkan lengan
baju.Kita maklum, ini bukan sekadar kerja bakti. Maka, di negeri kita,
para pejuang yang menyebut diri mereka "gagah berani", sebagaimana
tampak pada saat mereka berdiskusi untuk saling memberi stimulasi,mulai
mendesak. Ada suasana "dengki" pada keretek lebih dari masamasa sebelumnya.
Teriakan mereka: tak ada warisan budaya segala.Warisan apa? Tak ada
tradisi-tradisian. Banyak tradisi yang mati,jadi tak perlu risau. Tunggu
dulu. Mati dan "dimatikan" atau "direncanakan untuk dimatikan" itu beda.
Suatu tradisi penting mati, itu lumrah. Biar saja kalau memang mati.
Usahakan menghidupkannya kembali kalau hal itu mungkin.Tapi kalau
"dimatikan", pemiliknya jelas tidak rela. Lebih-lebih lagi teriakan
penuh permusuhan untuk dengan bersemangat "memuseumkan" keretek. Selain
langkah-langkah strategis yang disumbangkan para ilmuwan yang terlibat
dalam penelitian ini dan itu,para aktivis, para profesional di bidang
medis,muncul lagi langkah birokrasi yang lebih fandalistis.
Tapi patut dicatat: langkah itu "disokong" dari pihak luar sana atau
"ditekan" dengan target capaian yang ditentukan. Maka para politikus pun
membantu dengan dukungan perundang-undangan,bekerja sama dengan
pemerintah.Kemudian pemerintah—juga pemerintah daerah—menyusun
perda-perda yang mematikan. Perumusan perda sifatnya bukan hanya tidak
transparan dan tidak akuntabel secara sosial, melainkan juga sudah jelas
sangat sengaja mematikan bisnis keretek. Aturan sangat mematikan
diberlakukan,tapi bisnis itu tetap hidup.
Mereka tidak melawan, tapi tetap survive.Bahkan ketika senjata pemusnah
diterapkan, yaitu memberi beban cukai seberat-beratnya, bisnis itu masih
tetap tak tergoyahkan. Semua itu menjadi ancaman mengerikan bagi petani
tembakau.Bila pabrik keretek bisa dianggap "sumber api"kehidupan petani,
maka ketika "sumber api" itu dimatikan, tak usah banyak cingcong, semua
orang yang berpikir tahu, petani tembakau pun dengan sendirinya ikut
koit. Tapi seorang aktivis muda yang sangat dedikatif pada program itu
berteriak: saya akan berada di garis depan membela petani jika seluruh
langkah pengaturan dampak produk tembakau itu bermaksud membunuh petani
tembakau.
Hei, ada yang percaya pada suara yang tak disertai ketulusan politik
macam itu? Tidak ada. Dia mungkin mau menutupi sikap para politikus dan
birokrat kita yang tak memiliki empati kerakyatan sama sekali. Dia ingin
mengesankan memihak petani tembakau ketika tampak dan sangat terasa
bahwa kebijakan pemerintah di bidang itu tak memperlihatkan semangat
perlindungan pada petani tembakau. Pendeknya, ingin tampil "heroik"
supaya makna aktivis itu terasa bedanya dari para birokrat dan para
politikus. Tapi orang yang sama juga berteriak: naikkan terus ke tingkat
maksimal beban cukai itu.Arahnya?
Kalau bebannya sangat berat, biarlah industri keretek mati dengan
sendirinya. Dengan begitu mereka tak kentara bahwa mereka terlibat dalam
pembunuhan.Tapi siapa yang tak tahu akal culas ini? Adakah pabrik tak
merasakannya? Jangankan pabrik, petani pun tahu arti politik dari
pernyataan itu. Dan perlu dicatat, orang yang berteriak paling keras ini
harus bertanggung jawab atas matinya industri rumah tangga demi industri
rumah tangga di bidang keretek yang gugur dalam jihad melawan kezaliman.
Banyak industri rumah tangga yang telah menjadi syuhada karena langkah
ini. Apa sikap dan tanggung jawab aktivis muda itu pada kenyataan ini?
Dia akan mengatakan bahwa hal itu tak dimaksudkan begitu, sama seperti
dia mengatakan bahwa langkah ini semua tak dimaksudkan untuk membunuh
petani tembakau? Kalau ya,kenapa ada langkah dari Kementerain Pertanian
agar petani tembakau beralih ke tanaman lain? Dia akan menjawab bahwa
dirinya tak tahumenahu? Dan mengapa Gubernur Jawa Tengah sudah dengan
tegas memojokkan tembakau, dengan program yang menekankan barang siapa
sudah beralih dari tanaman tembakau ke tanaman lain akan disubsidi?
Apakah dia juga akan menjawab bahwa dia tak tahu akan adanya kebijakan
daerah ini? Semua kebijakan ini—sekali lagi dibantu dengan sikap all out
oleh sebagian golongan intelektual kita—arahnya buat mematikan budi daya
tanaman tembakau. Dengan kata lain,targetnya jelas: langkah demi langkah
kebijakan itu ditujukan untuk membuat petani tembakau sebagai golongan
tertindas di dalam negerinya sendiri. Para petani tembakau dibikin
menjadi the oppressed, kelompok tertindas, di tengah para sahabatnya
sendiri, di dalam masyarakatnya sendiri, yang dulu begitu ramah dan
bersahabat.
Dan diamkah mereka semua? Tidak.Mereka bangkit dan siap mempertahankan
diri di dalam garis "tempur" yang dibentangkan para penguasa, atas
dukungan banyak pihak tadi, demi menuruti tekanan kepentingan
asing.Tentu saja mereka boleh membuat aturan. Tapi petani tembakau
meminta, buatlah aturan yang enak bagi semua kalangan, dengan ketulusan
langkah kebijakan yang secara sosial dan politik akuntabel.
Aturan hendaknya memihak rakyat, juga petani tembakau, dan bukan membuat
petani tembakau merasa tersingkir serta terlunta- lunta sebagai the
oppressed di kampung halaman sendiri.
M SOBARY
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk
Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494513/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.