Jumat, 11 Mei 2012

[Koran-Digital] MOHAMMAD NASIH: Bebaskan Diri dari Mentalitas Budak

Bebaskan Diri dari Mentalitas Budak PDF Print

Saturday, 12 May 2012

"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua

buah bibir? Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan? Tetapi dia

tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan

yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari

perbudakan...." (QS Al-Balad: 8–13).



Maju, mundur, atau stagnasi sebuah negara sangat ditentukan oleh

mentalitas warga negara, terutama sekali para pemimpinnya. Tidak ada

negara maju yang tidak ditopang oleh mentalitas maju warga negara dan

terutama sekali para pemimpinnya. Warga dan pemimpin negara maju secara

umum memiliki kepercayaan diri untuk menempatkan diri sejajar dengan

warga bangsa yang lain dalam pergaulan internasional dalam konteks apa pun.



Bahkan dalam banyak kasus, mereka membuat semacam "rekayasa" untuk

membuat diri mereka ditempatkan dalam posisi ordinat atau di depan oleh

pihakpihak lain.Sebaliknya, negaranegara yang terbelakang adalah

negara-negara yang didominasi mentalitas inferior mereka dan sadar atau

tidak membuat mereka berada dalam posisi subordinat atau di belakang.

Mentalitas inferior sesungguhnya adalah mentalitas budak.



Disebut demikian karena secara umum budak adalah manusia yang tidak

memiliki kontrol atas diri mereka sendiri. Mereka telah kehilangan hak

sehingga membuka kesempatan eksploitasi dalam berbagai bentuk oleh

pihak-pihak lain. Dalam jangka yang panjang, para budak merasa seolah

berada dalam zona yang mau tidak mau mereka harus menikmatinya sehingga

kemudian mereka menganggapnya sebagai bagian dari "takdir" hidup.



Mereka ibarat seekor anak gajah yang ketika kecil diikat pada sebuah

pasak. Karena kekuatan anak gajah itu masih sangat terbatas,walaupun

telah berusaha berulang kali menjebol pasak itu, tetap saja tidak mampu

dan akhirnya berhenti untuk mencoba. Bahkan ketika anak gajah itu telah

menjadi dewasa, ia tidak memiliki inisiatif lagi untuk mencoba

melepaskan diri karena pengalaman masa lalu yang tidak pernah berhasil

untuk melakukannya.



Jadilah gajah yang bertubuh besar dan sesungguhnya telah memiliki

kekuatan yang berlipat-lipat dibandingkan waktu kecil itu tetap saja

terikat pada sebuah pasak yang bisa dijebol dengan satu kali tarikan

saja. Itulah gambaran sederhana sebuah proses yang menyebabkan fitrah

kemerdekaan yang ada dalam diri setiap individu manusia kemudian

sirna.Yang tinggal adalah inferioritas,lalu bertambah parah menjadi

ketundukan dan kepatuhan kepada pihak lain yang sesungguhnya berkualitas

sama.



Sifat inferior itu kemudian "diwariskan" kepada generasi

selanjutnya.Cara berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai budak tentu

saja sangat berpengaruh pada cara berpikir, bersikap, dan bertindak

anakanak mereka.Konstruksi paradigma dan perilaku generasi sebelumnyalah

yang kemudian membangun konstruksi yang sama pada generasi selanjutnya

sehingga perbudakan kemudian menjadi tradisi yang terus berlanjut secara

turun-temurun.



Kesadaran tentang ketidakmanusiawian sistem perbudakan telah

menginspirasi para nabi dan pemikir-pemikir yang concern tentang

perlunya kesederajatan seluruh umat manusia untuk menghapuskan sistem

perbudakan. Namun,secara faktual, substansi sistem perbudakan itu tak

pernah hilang. Ia hanya mengalami semacam metamorfosis atau perubahan

bentuk dari bentuk lama ke bentuk baru dengan akibat yang tidak kalah

mengerikan, bahkan lebih mengerikan.



Lebih ironis lagi, perbudakan itu terjadi atas bukan saja orang-orang

yang lemah,tetapi juga terjadi pada orang-orang yang memiliki kekuasaan

besar (baca: pemimpin) atas sebuah wilayah yang di dalamnya terdapat

banyak sekali penduduk atau warga negara. Itu terjadi karena para

pemimpin itu terjerat dalam desain yang membuat mereka menjadi tak

berdaya untuk membuat kepemimpinan mereka fungsional untuk melakukan

perbaikan.



Salah satu sistem jeratan yang saat ini sangat tampak adalah mekanisme

pemilihan umum yang sangat liberal dan sarat politik uang. Parahnya

lagi, perbudakan model baru itu didesain secara lebih sistematik oleh

negaranegara yang mengklaim diri secara formal menginisiasi penghapusan

sistem perbudakan. Dalam konteks ini, terjadi eksploitasi atas manusia

oleh manusia lain yang dalam konteks pergaulan internasional adalah

dilakukan oleh negara atas negara lain atau aktoraktor dalam sebuah

negara,termasuk pihak swasta yang mendapatkan dukungan dari pemegang

otoritas negara.



Menjadi Wabah



Indonesia sesungguhnya adalah negara yang terkena wabah penyakit

mentalitas budak ini. Itulah penyebab Indonesia tidak juga beranjak dari

ketertinggalan walaupun secara formal telah lama menjadi negara merdeka.

Memang telah terjadi banyak kemajuan, tetapi akselerasinya kalah jauh

dibandingkan dengan negaranegara lain. Bahkan, dalam banyak sektor,

Indonesia telah kalah oleh negara-negara yang sampai pada pertengahan

tahun 1990 masih banyak berguru kepada Indonesia dengan caramengirim

para mahasiswanya kuliah di Indonesia.



Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Jumlah warganya sangat banyak

dan sumber daya alamnya sangat melimpah. Penduduk dengan jumlah yang

besar di satu sisi memang menjadi masalah dalam aspek kependudukan. Tapi

di sisi lain merupakan potensi sumber daya,dalam konteks untuk

mendapatkan sumber sumber insani pembangunan bangsa. Dengan sumber daya

manusia yang berkualitas,sumber daya alam yang melimpah itu bisa

digunakan untuk menciptakan nilai tambah yang bisa membuat Indonesia

memiliki berbagai keunggulan dibandingkan negara-negara lain.



Keunggulan-keunggulan itulah yang akan bisa membuat Indonesia menjadi

negara yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dalam konteks

pergaulan internasional dengan negara-negara lain. Akan terjadi proses

saling bergantung antara Indonesia dengan negara-negara lain, bukan

hanya menjadikan Indonesia sebagai negara yang selalu tergantung.



Para pendiri bangsa sesungguhnya telah memiliki cita dan paradigma besar

untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya merdeka

secara legal dari penjajahan negara-negara lain, tetapi juga memiliki

kemandirian dalam mengisi kemerdekaan itu. Secara tegas, itu terdapat

dalam simbolsimbol kenegaraan yang dibuat. Istana negara diberi nama

"Istana Merdeka".



Demikian juga masjid yang terletak sangat dekat dengan istana negara itu

disebut dengan "Masjid Istiqlal".Kata istiqlaladalah bahasa Arab yang

berarti merdeka atau mandiri. Karena itu, tidak ada alasan separagraf

pun untuk tidak benar-benar merdeka dan menjadi bangsa merdeka dan

mandiri, melepaskan diri dari desain eksploitatif negaranegara lain.



Perlu Perubahan



Saat ini, sebuah agenda terpenting untuk membuat Indonesia bisa menjadi

negara yang maju secara akseleratif adalah mengubah mentalitas sebagai

budak.Terlebih sebagai negara dengan mayoritas penduduk yang beragama

Islam, sesungguhnya dorongan untuk menuju pada mentalitas merdeka dan

mandiri terdapat dalam Alquran.



Jika Alquran pada empat belas abad yang lalu, dalam situasi sistem

perbudakan yang sangat mengurat dan mengakar,menegaskan bahwa tugas

berat itu adalah memerdekakan budak (QS Al-Balad: 13), maka—dalam

konteks sekarang yang secara formal tidak dikenal lagi sistem perbudakan

tetapi mentalitas itu tetap ada—mentalitas perbudakan itulah yang harus

dienyahkan.



Melepaskan budak dari perbudakan dalam seluruh ayat Alquran akan menjadi

sangat relevan jika diinterpretasi kan dalamkontekssekarangsebagai

membebaskan manusia dari mentalitas budak. Dengan demikian, tidak akan

terjadi lagi eksploitasi yang dilakukan sebuah negara atas negara

lain,sebuah korporasi atas negara,dan bentuk-bentuk lainnya yang

semuanya itu pada muaranya menyebabkan eksploitasi oleh manusia atas

manusia lain. Dengan membebaskan mereka dari mentalitas sebagai budak,

praktik perbudakan dalam arti yang seluas-luasnya dan yang sejatinya

akan bisa dihentikan. Wallahu a'lam bi al-shawab.●



DR MOHAMMAD NASIH

Pengajar di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI dan

FISIP UMJ; Pengurus Dewan Pakar ICMI Pusat



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494096/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.