Minggu, 13 Mei 2012

[Koran-Digital] Peter Singer: Apakah Manusia Hari Ini Lebih Bernalar?

Peter Singer, GURU BESAR BIOETIKA PADA PRINCETON UNIVERSITY, PENGARANG BUKU ANIMAL LIBERATION, PRACTICAL ETHICS, THE EXPANDING CIRCLE, DAN THE LIFE YOU CAN SAVE

Pinker mengatakan, meningkatnya kemampuan nalar memberi kita kemampuan melepaskan diri dari pengalaman terdekat masa lalu, dan dari perspektif yang sempit atau perspektif pribadi, dan membingkai gagasan-gagasan dalam bahasa yang lebih abstrak dan universal.

Dengan maraknya berita di media mengenai perang, terorisme, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah yang represif, serta tokoh-tokoh agama yang menyesalkan semakin merosotnya standar perilaku publik dan pribadi, timbul kesan bahwa kita tengah menyaksikan runtuhnya bangunan moral manusia. Tapi, menurut saya, kita punya alasan untuk tetap optimistis mengenai masa depan umat manusia.

Tiga puluh tahun yang lalu, saya menulis sebuah buku dengan judul The Expanding Circle. Dalam buku ini, saya menegaskan bahwa, secara historis, siklus makhluk yang berkaitan dengan moral telah meluas, pertama dari suku menjadi bangsa, kemudian menjadi ras atau kelompok etnis, kemudian menjadi manusia secara keseluruhan, dan akhirnya menjadi hewan non-manusia. Semua itu jelas merupakan kemajuan moral (moral progress).

Kita mungkin berpikir bahwa evolusi berujung pada seleksi individu-individu yang hanya memikirkan kepentingan diri mereka sendiri, serta kepentingan keluarganya, karena gen pembawa sifat dalam keturunan manusia itulah yang lebih berpeluang menyebar. Tapi, seperti saya katakan saat itu, perkembangan nalar bisa membawa kita ke arah yang berbeda.

Di satu sisi, memiliki kemampuan nalar jelas memberi keuntungan dalam evolusi, karena ia memungkinkan manusia memecahkan persoalan-persoalan dan membuat rencana menghindari bahaya, dan dengan demikian meningkatkan prospek bertahan hidup. Namun, di sisi lain, nalar itu lebih dari sekadar alat memecahkan persoalan.

Ia lebih bagaikan eskalator: begitu kita menginjakkan kaki ke tangga berjalan ini, kita mungkin dibawanya sampai ke tempat-tempat yang tidak kita harapkan.

Terutama, nalar memungkinkan kita menyadari bahwa orang-orang yang sebelumnya berada di luar lingkar pandangan moral kita ternyata mirip dengan kita dalam hal-hal yang tertentu. Tidak mengakui mereka sebagai bagian dari makhluk yang memiliki moral merupakan pandangan sepihak atau bahkan keliru sama sekali.

Dalam bukunya yang diterbitkan barubaru ini, The Better Angels of Our Nature, Steven Pinker mendukung pandangan ini.

Pinker, guru besar psikologi pada Harvard University, banyak mengutip dari riset mengenai sejarah, psikologi, ilmu kognitif, ekonomi, dan sosiologi untuk menegaskan

bahwa era kita sekarang ini lebih aman dan tidak sekeras seperti di masa-masa kehidupan manusia masa lalu.

Menurunnya tingkat kekerasan tampak dalam lingkungan keluarga, antarwarga, suku, dan negara. Pada intinya, manusia hari ini kemungkinan besar tidak akan menemui kematian dalam kekerasan atau menderita akibat kekerasan atau kekejaman yang dilakukan orang lain, tidak seperti pendahulu-pendahulunya pada abad mana pun sebelumnya.

Banyak orang ragu terhadap pandangan ini. Ada yang memberi gambaran indah mengenai suku-suku pemburu dan pengumpul tanaman untuk makanan di masa lalu yang kehidupan mereka katanya lebih sederhana, lebih damai daripada kehidupan kita sekarang. Tapi penelitian atas tengkorak-tengkorak manusia yang ditemukan di situs-situs arkeologi menunjukkan bahwa sebanyak 15 persen manusia prasejarah menemui kematian dalam kekerasan di tangan orang lain. (Sebagai perbandingan, pada paruh pertama abad ke-20, dua perang dunia yang terjadi saat itu di Eropa menyebabkan kematian tidak lebih dari 3 persen.) Bahkan suku-suku yang diagung-agungkan oleh antropolog sebagai “lemah lembut”—misalnya suku Semai di Malaysia, suku Kung di Kalahari, dan Inuit di Kutub Utara—ternyata mempunyai tingkat pembunuhan, menurut jumlah penduduk, sebanding dengan Detroit, salah satu kawasan dengan tingkat pembunuhan paling tinggi di Amerika Serikat. Di Eropa, peluang Anda dibunuh orang sekarang kurang dari sepersepuluh, dan di beberapa negara hanya seperlimapuluh, dari apa yang bakal Anda alami andaikata Anda

hidup 500 tahun yang lalu.

Pinker sepakat bahwa nalar merupakan faktor penting yang mendasari kecenderungan yang digambarkannya.

Untuk mendukung pandangan ini, Pinker merujuk pada Flynn Effect—penemuan penting oleh filsuf James Flynn bahwa sejak dimulainya tes IQ, skornya telah meningkat cukup tinggi. Menurut definisinya, IQ rata-rata ditetapkan pada angka 100. Tapi, untuk mencapai tingkat ini, hasil tes kasarnya harus distandardisasi.

Jika rata-rata seorang remaja sekarang ini mengikuti test IQ pada 1910, maka ia bakal mencapai skor 130, yang lebih baik daripada 98 persen mereka yang mengikuti tes pada tahun itu.

Tidak mudah mengatakan kenaikan ini akibat pendidikan yang lebih baik, karena aspek-aspek tes yang paling mendorong naiknya skor tidak memerlukan perbendaharaan kata yang baik atau bahkan kemampuan matematika, melainkan kemampuan mengakses nalar yang abstrak. Ada teori yang mengatakan bahwa kita telah mencatat skor tes IQ yang lebih baik karena kita hidup dalam suatu lingkungan yang lebih kaya simbol.

Flynn sendiri berpendapat bahwa sebaran modus nalar inilah yang berperan dalam hal ini.

Pinker mengatakan, meningkatnya kemampuan nalar memberi kita kemampuan melepaskan diri dari pengalaman terdekat masa lalu, dan dari perspektif yang sempit atau perspektif pribadi, dan membingkai gagasan-gagasan dalam bahasa yang lebih abstrak dan universal.

Semua ini, pada gilirannya, membawa kita pada komitmen moral yang lebih baik, termasuk menghindarkan diri dari kekerasan.

Kemampuan nalar semacam inilah yang meningkat selama abad ke-20.

Maka, ada alasan meyakini bahwa kemampuan nalar kita yang meningkat ini telah memungkinkan kita mengurangi pengaruh unsur-unsur impulsif dalam diri kita yang menyebabkan timbulnya kekerasan. Mungkin inilah yang mendasari turunnya sejak 1945 angka kematian akibat perang—penurunan yang bahkan lebih tajam selama 20 tahun terakhir. Jika demikian halnya, maka tidak terbantahkan bahwa kita masih menghadapi persoalan yang berat, termasuk sudah tentu ancaman bencana perubahan iklim. Tapi, bagaimanapun, cukup alasan bagi kita untuk mengharapkan kemajuan dalam kehidupan moral manusia

http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/05/14/ArticleHtmls/Apakah-Manusia-Hari-Ini-Lebih-Bernalar-14052012011007.shtml?Mode=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.