TAJUK,Etika Ucapan Pejabat PDF Print
Wednesday, 09 May 2012
Pejabat adalah figur publik sehingga setiap ucapan maupun tindakannya
pasti akan menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika ucapan dan
tindakan seorang figur publik terekam oleh media.
Jadi selayaknya ucapan dan tindakan dari seorang pejabat bisa
dipertanggungjawabkan. Ucapan dan tindakan bertanggung jawab bukan hanya
tentang akurasi, tapi juga harus menjunjung etika disesuaikan budaya di
mana sang pejabat mengucapkan. Ucapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Marzuki Alie mengenai kasus korupsi menuai kontroversi.
Marzuki pada Sarasehan Pendidikan untuk Mengkritisi RUU Pendidikan di
Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (7/5), mengatakan bahwa pelaku
korupsi adalah orang-orang pintar dan lulusan perguruan tinggi. Marzuki
memberi contoh perguruan tinggi UI, Universitas Gadjah Mada (UGM),
Institut Pertanian Bogor (IPB), dan beberapa organisasi kemasyarakatan
serta kemahasiswaan.
Ucapan ini memancing komentar balasan, terutama beberapa pihak yang
mempunyai hubungan khusus dengan tiga universitas tersebut di atas. Kita
bisa berasumsi bahwa ucapan Marzuki ada benarnya, tapi tidak benar
sepenuhnya atau mungkin lebih banyak salahnya. Ucapan Marzuki memberikan
kesan generalisasi bahwa lulusan beberapa perguruan tinggi ternama
adalah koruptor atau maling.
Meski kita yakin maksud Marzuki tidak menggeneralisasi karena misal ada
yang melakukan itu hanyalah oknum. Namun, masyarakat atau beberapa pihak
mempunyai penilaian yang miring ucapan tersebut. Marzuki seolah
menyalahkan lembaga pendidikannya, bukan menyalahkan orangnya.Jika
probabilitas yang melakukan tindakan korupsi di lembaga pendidikan
bersangkutan sangat kecil, sangat tidak bijak menyebutkan seolah lembaga
pendidikan mencetak seorang koruptor.
Jadi wajar jika ucapan Marzuki langsung mendapat respons keras dari
beberapa pihak.Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menganggap
ucapan Marzuki tidak cerdas. Anies menilai Marzuki, sebagai ketua DPR
yang merupakan pejabat tinggi negara, juga tidak pantas menyampaikan
ucapan seperti itu. Mahasiswa program doktorat UI, David Tobing, bahkan
menggugat Marzuki.
Dalam gugatan David tidak berbicara soal kebenaran atau penyangkalan
dari ucapan Marzuki,tapi yang dia tekankan adalah kepantasan ucapan dari
seorang figur publik. Ikatan alumni IPB dan UI pun angkat bicara dan
menyesalkan ucapan Marzuki. Ini soal kepantasan. Ucapan itu akan
mempunyai dampak berbeda ketika yang mengucapkan bukan seorang pejabat
yang notabene seorang figur publik.Bukan kali ini saja ucapan Marzuki
mengundang kontroversi.
Ucapan yang terkait dengan bencana tsunami di Sumatera Barat sebelum ini
juga memunculkan kontroversi. Bukan salah atau benar, tapi kepantasan
dari ucapan tersebut. Jadi penekanan respons dari ucapan Marzuki
tersebut bukan soal salah benar—meskipun hal ini masih bisa
diperdebatkan— tapi soal kepantasan. Pejabat yang merupakan figur publik
harusnya bisa lebih menempatkan diri dalam melontarkan sebuah
ucapan.Apalagi ucapan tersebut terekam oleh media sehingga menjadi
konsumsi publik.
Pejabat memang harus lebih cerdas dalam mengucapkan kata-kata atau
kalimat dibandingkan dia sebelum menjadi pejabat. Sebaiknya, ucapan
seorang pejabat tidak hanya mengutamakan kebenaran, tapi juga etika
sehingga ucapan tersebut benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.Inilah
tanggung jawab seorang pejabat. Namun, figur publik bukan hanya seorang
pejabat, semua pihak yang sangat dikenal atau mempunyai kedudukan khusus
di masyarakat juga seorang figur publik.Jadi, penilaian beretika atau
tidak seorang figur publik dari ucapan dan tindakan mereka sendiri.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493330/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.