Selasa, 08 Mei 2012

[Koran-Digital] TAJUK,Etika Ucapan Pejabat

TAJUK,Etika Ucapan Pejabat PDF Print

Wednesday, 09 May 2012

Pejabat adalah figur publik sehingga setiap ucapan maupun tindakannya

pasti akan menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika ucapan dan

tindakan seorang figur publik terekam oleh media.



Jadi selayaknya ucapan dan tindakan dari seorang pejabat bisa

dipertanggungjawabkan. Ucapan dan tindakan bertanggung jawab bukan hanya

tentang akurasi, tapi juga harus menjunjung etika disesuaikan budaya di

mana sang pejabat mengucapkan. Ucapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) Marzuki Alie mengenai kasus korupsi menuai kontroversi.



Marzuki pada Sarasehan Pendidikan untuk Mengkritisi RUU Pendidikan di

Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (7/5), mengatakan bahwa pelaku

korupsi adalah orang-orang pintar dan lulusan perguruan tinggi. Marzuki

memberi contoh perguruan tinggi UI, Universitas Gadjah Mada (UGM),

Institut Pertanian Bogor (IPB), dan beberapa organisasi kemasyarakatan

serta kemahasiswaan.



Ucapan ini memancing komentar balasan, terutama beberapa pihak yang

mempunyai hubungan khusus dengan tiga universitas tersebut di atas. Kita

bisa berasumsi bahwa ucapan Marzuki ada benarnya, tapi tidak benar

sepenuhnya atau mungkin lebih banyak salahnya. Ucapan Marzuki memberikan

kesan generalisasi bahwa lulusan beberapa perguruan tinggi ternama

adalah koruptor atau maling.



Meski kita yakin maksud Marzuki tidak menggeneralisasi karena misal ada

yang melakukan itu hanyalah oknum. Namun, masyarakat atau beberapa pihak

mempunyai penilaian yang miring ucapan tersebut. Marzuki seolah

menyalahkan lembaga pendidikannya, bukan menyalahkan orangnya.Jika

probabilitas yang melakukan tindakan korupsi di lembaga pendidikan

bersangkutan sangat kecil, sangat tidak bijak menyebutkan seolah lembaga

pendidikan mencetak seorang koruptor.



Jadi wajar jika ucapan Marzuki langsung mendapat respons keras dari

beberapa pihak.Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menganggap

ucapan Marzuki tidak cerdas. Anies menilai Marzuki, sebagai ketua DPR

yang merupakan pejabat tinggi negara, juga tidak pantas menyampaikan

ucapan seperti itu. Mahasiswa program doktorat UI, David Tobing, bahkan

menggugat Marzuki.



Dalam gugatan David tidak berbicara soal kebenaran atau penyangkalan

dari ucapan Marzuki,tapi yang dia tekankan adalah kepantasan ucapan dari

seorang figur publik. Ikatan alumni IPB dan UI pun angkat bicara dan

menyesalkan ucapan Marzuki. Ini soal kepantasan. Ucapan itu akan

mempunyai dampak berbeda ketika yang mengucapkan bukan seorang pejabat

yang notabene seorang figur publik.Bukan kali ini saja ucapan Marzuki

mengundang kontroversi.



Ucapan yang terkait dengan bencana tsunami di Sumatera Barat sebelum ini

juga memunculkan kontroversi. Bukan salah atau benar, tapi kepantasan

dari ucapan tersebut. Jadi penekanan respons dari ucapan Marzuki

tersebut bukan soal salah benar—meskipun hal ini masih bisa

diperdebatkan— tapi soal kepantasan. Pejabat yang merupakan figur publik

harusnya bisa lebih menempatkan diri dalam melontarkan sebuah

ucapan.Apalagi ucapan tersebut terekam oleh media sehingga menjadi

konsumsi publik.



Pejabat memang harus lebih cerdas dalam mengucapkan kata-kata atau

kalimat dibandingkan dia sebelum menjadi pejabat. Sebaiknya, ucapan

seorang pejabat tidak hanya mengutamakan kebenaran, tapi juga etika

sehingga ucapan tersebut benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.Inilah

tanggung jawab seorang pejabat. Namun, figur publik bukan hanya seorang

pejabat, semua pihak yang sangat dikenal atau mempunyai kedudukan khusus

di masyarakat juga seorang figur publik.Jadi, penilaian beretika atau

tidak seorang figur publik dari ucapan dan tindakan mereka sendiri.



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493330/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.